ebook img

Tafsir Al-Mishbah Jilid 01 PDF

653 Pages·2002·22.06 MB·indonesian
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Tafsir Al-Mishbah Jilid 01

. -Tlfih Bufcu BerasaJ Dari •; Pf&yQfc ---------------- K txfe Rut v 1 vo. Register c o l tanggal 15 -0 9 - 9CC& 0& 09 * x l Jumlah \ TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an Oleh: M. QURAISH SHIHAB Hak cipta dilindungi undang-undang All rights reserved Cetakan I, Sya'ban 1421 / November 2000 Cetakan II, Ramadhan 1425 / November 2004 Cetakan III, Rabi‘ul Awal 1426 / April 2005 Cetakan IV, Rajab 1426 / Agustus 2005 Cetakan V, Dzulqa'dah 1426 / Desember 2005 Diterbitkan oleh: Penerbit Lentera Hati Jl. Ir. H. Juanda No. 166 Ciputat, Jakarta 15419 Telp./Fax: (021) 7424373 http://www.lenterahati.com e-mail: [email protected] Kerjasama dengan Perpustakaan Umum Islam Iman Jama Jl. Raya Pasar Jum’at No. 46 Telp. (021)7699528 Lay Out / Arab: Wahid Hisbullah Desain Sampul: Lisa S. Bahar Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Shihab, M. Quraish Tafsir A1 Mishbah : pesan, kesan dan keserasian Al-Qur’an / M. Quraish Shihab. — Jakarta : Lentera Hati, 2002. 15 vol.; 24 cm. Diterbitkan atas kerja sama dengan perpustakaan Umum Islam Iman Jama’. ISBN 979-9048-08-7 (no. vol. lengkap) ISBN 979-9048-09-5 (vol 1) 1. AI Quran — Tafsir. I. Judul. 7.122 Sanksi Pelanggaran Pasal 14: Undang-Undang No. 7 Tahun 1987 Tentang Hak Cipta < ayat 1 :, Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak i f suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama V ^ 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah). ■ ayat 2 Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual \\ *o .kepadaumumsuatuciptaanataubaranghasilpelanggaranhakdptasebagaimanadimaksud w — ~ dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). M. Quraish Shihab TAFSIR AL-MISHBAH Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an VOLUME Surah Al-Fatihah Lentera Surah Al-Baqarah V PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ARAB LATIN a dh \ r J* V J? th b o J* zh t O ts ' 4 t C gfr j i h c f c kh j q d ii k i dz J l J c m r z 0 j n s J w d* « h J1 sy a* sh 4 y a (a panjang), contoh siJJlil : al-Malik i (i panjang), contoh : ar-Rahim u (u panjang), contoh j : al-Ghafur A l-hamdu lifiah segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kitab suci al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad saw. .yang telah menjelaskan al-Qur’an dengan ucapan, sikap, dan keteladanan, demikian pula kepada para sahabat dan keluarga beliau. Al-Qur’an al-Karim adalah kitab yang oleh Rasul saw. dinyatakan sebagai: “Ma'dubatullah (Hidangan Ilahi).” * Hidangan ini membantu manusia untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan tentang Islam dan merupakan pelita bagi umat Islam dalam menghadapi berbagai persoalan hidup. Kitab suci ini memperkenalkan dirinya sebagai hudan li an-nas (petunjuk bagi seluruh umat manusia), sekaligus menantang manusia dan jin untuk menyusun semacam al-Qur’an. Dari sini kitab suci al-Qur’an berfungsi sebagai mukjizat, yakni bukti kebenaran dan sekaligus kebenaran itu sendiri. Lima belas abad yang lalu ayat-ayat Allah itu diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. “Tidak ada seorang pun dalam seribu lima ratus tahun ini yang telah memainkan alat bernada nyaring yang demikian mampu serta berani dan yang demikian luas getaran jiwa yang diakibatkannya seperti apa yang dibaca oleh Muhammad saw., yakni al- Qur’an.” Demikian orientalis Gibb berkomentar. Bahasanya yang demikian mempesona, redaksinya yang demikian teliti, dan mutiara pesan-pesannya yang demikian agung, telah mengantar kalbu masyarakat yang ditemuinya berdecak kagum, walaupun nalar v Sefcapur Sirifi sebagian mereka menolaknya. Nah, tethadap yang menolak itu al-Qur’an tampil sebagai mukjizat sedang fungsinya sebagai hudan ditujukan kepada seluruh umat manusia, namun yang memfungsikannya dengan baik hanyalah orang-orang yang bertakwa: “Alif Um Mtm, itulah (al-Qur’an) kitab yang sempuma, tiada keraguan di dalamnya, dia adalah petunjuk untuk orang-orang bertakwa”' (QS. al-Baqarah [2]: 1-2). '' Masyarakat Islam dewasa ini pun mengagumi al-Qur’an. Tetapi sebagian kita hanya berhenti dalam pesona bacaan ketikaf dilantunkan, sealfaii-akan kitab suci ini hanya diturunkan untuk dibaca. Memahg, wahyu pertama memenntahkan membaca Iqra’bismi rabbika, bahkafr kata iqra ’ diulanginya dua kali, tetapi ia juga mengandung makna telitilah, dalamilah, karena dengan penelitian dan pendalaman itu manusia dapat meraih kebahagiaan sebanyak mungkin. “Kitabyang telah kami turunkan kepadamu penuh berkah agar mereka memikirkan ayat-ayatnya dan agar ulul albab mengingat!menarik pelajaran darinya” (QS. Shad [38]: 29). Bacaan hendaknya disertai dengan kesadaran akan keagungan al- Qur’an, pemahaman dan penghayatan yang disertai dengan tad^akkur dan tadabbur. Al-Qur’an mengecam mereka yang tidak menggunakan akal dan kalbunya untuk berpikir dan menghayati pesan-pesan al-Qur’an, mereka itu dinilainya telah terkunci hatinya. “Apakah mereka tidak memikirkan al- Qur’att, atau hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad [47]: 20). Umat Nabi Musa dan ‘Isa as. pun mendapat petunjuk melalui kitab suci, tetapi, “Di antara mereka ada ummiyyun, tidak mengetahui al-Kitab kecuali amanf’ Begitu kecaman Allah yang diabadikan dalam QS. al-Baqarah [2]: 78. Ibn ‘Abbas menafsirkan kata “ummiyyun” dalam arti tidak mengetahui makna pesan-pesan kitab suci, walau boleh jadi mereka menghafalnya. Mereka hanya berangan-angan atau amant, dalam istilah ayat di atas, yang ditafsirkan oleh Ibn ‘Abbas dengan “sekedar membacanya”. Itulah yang diibaratkan al-Qur’an seperti “keledaiyang memikul buku-buku” (QS. al- Jumu'ah [62]: 5) atau “seperti penggembala yang memanggil binataugyang tak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta (maka sebab itu) mereka tidak mengerti” (QS. al-Baqarah [2]: 171). Al-Qur’an menjelaskan bahwa di hari Kemudian nanti Rasulullah saw. akan mengadu kepada Allah swt. Beliau berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumkujumatku telah menjadikan al-Qur’an ini sebagai sesuatuyang mahjura” (QS. al Furqan [25]: 30). vi Sekapur Sirifi Menurut Ibn al-Qayyim, banyak hal yang dicakup oleft kata () mahjura, antara lain: a. Tidak tekun mendengarkannya. b. Tidak mengindahkan halal dan haramnya walau dipercaya dan dibaca. c. Tidak menjadikannya rujukan dalam menetapkan hukum menyangkut ushuluddin (prinsip- prinsip ajaran agama) dan rinciannya. d. Tidak berupaya memikirkan dan memahami apa yang dikehendaki oleh Allah yang menurunkannya. e. Tidak menjadikannya sebagai obat bagi semua penyakit-penyakit kejiwaan. Semua yang disebut di atas tercakup dalam pengaduan Nabi Muhammad saw. Tentu saja kita tidak ingin termasuk dalam kelompok yang diadukan Rasul saw. itu. Tetapi, kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang yang ti^iak memahami al-Qur’an dengan baik dan benar. Kendati demikian, kita harus mengakui bahwa tidak jarang orang yang berminat mengenalnya menghadapi kendala yang tidak mudah diatasi, seperti keterbatasan - dari segi waktu atau ilmu dasar - maupun kelangkaan buku rujukan yang sesuai; yakni sesuai dari segi cakupan informasi, yang jelas dan cukup, tetapi tidak berkepanjangan. Adalah kewajiban para ulama untuk memperkenalkan al-Qur’an dan menyuguhkan pesan-pesannya sesuai dengan kebutuhan dan harapan itu. Memang, para pakar al-Qur’an telah berhasil melahirkan sekian banyak metode dan cara menghidangkan pesan-pesan al-Qur’an. Salah satu di antaranya adalah apa yang dinamai metode maudhu'i atau metode tematik. Metode ini dinilai dapat menghidangkan pandangan dan pesan al-Qur’an secara mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicarakannya. Ia lahir setelah para pakar menyadari bahwa metode yang diterapkan sebelumnya sangat menyita waktu, bahkan menghidangkan aneka informasi yang tidak selalu dibutuhkan oleh pembacanya. Karena banyaknya tema yang dikandung oleh kitab suci umat Islam itu, maka tentu saja pengenalan menyeluruh tidak mungkin terpenuhi, paling tidak, hanya pada tema-tema yang dibahas itu. Dengan demikian, kesulitan atau harapan yang dikemukakan pada awal uraian, belum juga terselesaikan. Memang, telah lahir upaya-upaya yang dilakukan para pakar, katakanlah seperti Fazlurrahman dalam bukunya "Tema-tema pokok al- Qur'an”; atau Mahmud Syaltut dalam bukunya “Ila al-Qur’an al-Karim." vii Sefcapur Sind Namun apa yang mereka kemukakan masih sangat singkat, dan dalam bahasa asing, sehingga belum memuaskan mereka yang dahaga. Al-Qur’an memiliki tiga aspek: 1) Aqidah, 2) Syariah dan 3) Akhlak. Pencapaian keriga tujuan pokok ini diusahakan oleh al-Qur’an melalui empat cara: a. Perintah memperhatikan alam raya, b. Perintah mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia, c. Kisah-kisah, dan d. Janji serta ancaman duniawi atau ukhrawi. Demikian kesimpulan Mahmud Syaltut ketika memperkenalkan al-Qur’an, yang dalam buku Membumikan al-Qur’dn penulis tambahkan bahwa, “Di celah-celah uraian tentang tujuan dan cara al-Qur’an itu, ditemukan pula keftiukjizatan/keistimewaan al-Qur’an, paling tidak dalam tiga aspek: a. Ketelitian dan keindahan redaksinya, b. Isyarat-isyarat ilmiahnya, dan c. Pemberitaan hal gaib masa lalu dan datang yang diungkapnya.” Apakah.hidangan ini — walau disertai dengan beberapa contoh — telah memperkenalkan al-Qur’an dengan baik? Jawaban yang menafikan lebih cenderung untuk diucapkan daripada yang mengiyakan. Pada tahun 1997 penerbit Pustaka Hidayah menerbitkan karya penulis “Tafsir al-Qur’an al-Kanm”. Ada 24 surah yang dihidangkan di sana. Uraiannya banyak merujuk kepada al-Qur’an dan as-Sunnah dengan menggunakan metode tahlili, yakni menafsirkan ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam setiap surah. Penekanan dalam uraian-uraian tafsir itu adalah pada pengertian kosa kata dan ungkapan-ungkapan al- Qur’an dengan merujuk kepada pandangan pakar bahasa, kemudian memperhatikan bagaimana kosa kata atau ungkapan itu digunakan oleh al- Qur’an. Dalam memilih urutan surah-surah yang diuraikan di sana, penulis berupaya mendasarkannya pada urutan masa turun surah-surah tersebut. Dimulai dengan al-Fatifcah sebagai induk al-Qur’an, disusul dengan surah yang memuat wahyu pertama Iqra \ selanjutnya al-Muddatstsir, al-Mu^ammil, dan seterusnya hingga surah ath-Tbariq. Menghidangkan tafsir al-Qur’an berdasar urut-urutan turunnya diharapkan dapat mengantarkan pembaca mengetahui rentetan petunjuk Ilahi yang dianugerahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya. Di viii

See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.