UNIVERSITAS INDONESIA THE SEMIOTICS OF SCREAMING: SEBUAH STUDI MENGENAI INKORPORASI TEKNIK VOKAL BERTERIAK DAN LIRIK LAGU PADA BAND METALCORE SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Amira Waworuntu 0606096603 FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI SARJANA REGULER DEPARTEMEN ANTROPOLOGI DEPOK DESEMBER 2011 The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Amira Waworuntu NPM : 0606096603 Program Studi : Antropologi Judul Skripsi : The Semiotics Of Screaming: Sebuah Studi Mengenai Inkorporasi Teknik Vokal Berteriak Dan Lirik Lagu Pada Band Metalcore Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dr. Tony Rudyansjah, MA ( ) Penguji : Dr. Dave Lumenta ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 30 Desember 2012 ii Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Amira Waworuntu NPM : 0606096603 Tanda Tangan : ............................... Tanggal : 30 Desember 2011 iv Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Amira Waworuntu NPM : 0606096603 Program Studi : Sarjana Reguler Departemen : Antropologi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jenis Karya : Skripsi demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : The Semiotics Of Screaming: Sebuah Studi Mengenai Inkorporasi Teknik Vokal Berteriak Dan Lirik Lagu Pada Band Metalcore Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 29 November 2011 Yang menyatakan: (Amira Waworuntu) v Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 Nama: Amira Waworuntu NPM: 0606096603 Judul: The Semiotics Of Screaming: Sebuah Studi Mengenai Inkorporasi Teknik Vokal Berteriak Dan Lirik Lagu Pada Band Metalcore ABSTRAK Aliran Metalcore adalah sebuah subgenre dari Heavy Metal yang menggunakan teknik vokal yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan berteriak atau yang seringkali disebut screaming. Ketika mendengarkan ataupun menyaksikan sebuah lagu dibawakan dengan cara nyanyi berteriak, muncul sebuah anggapan bahwa aliran Metalcore ini membawa dampak negatif karena menerapkan teknik vokal yang keras, intimidatif dan penuh emosi. Tidak jarang teknik vokal screaming ini dianggap meniru “suara setan”. Pernyataan ini tidak mengherankan apabila mengetahui bahwa memang ada beberapa aliran musik yang sengaja menirukan “suara setan” tersebut dan menerapkannya ke dalam lagu. Metalcore tentunya bukan merupakan sebuah aliran musik yang berasal dari Indonesia, namun sudah banyak band yang mulai memainkan aliran ini dan banyak diantaranya yang sudah cukup terkenal. Cara bernyanyi dengan berteriak sudah bukan lagi hal yang baru, namun masih banyak yang menganggap bahwa Metalcore memicu hal-hal negatif kepada para pendengarnya. Masih ada stereotype yang melekat pada screaming. Oleh karena itu, para pelaku Metalcore tanah air melihat bahwa perlu dilakukannya transformasi makna teknik vokal screaming agar menyadarkan masyarakat bahwa apa yang mereka sampaikan melalui teriakan bukanlah bersifat negatif. Caranya adalah dengan menulis lyric lagu yang memiliki pesan positif sesuai dengan norma-norma sosiokultural yang berlaku di masyarakat. Dengan tetap mengacu pada ciri-khas screaming, para pelaku Metalcore tanah air berusaha menyampaikan sebuah pesan moral melalui lyric lagu yang mereka teriakkan. Kata Kunci: Semiotika, Metalcore, Screaming, Lyrics vi Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 Name: Amira Waworuntu NPM: 0606096603 Title: The Semiotics Of Screaming: A Study Of The Screaming Vocal Technique And Song Lyrics Incorporated In Metalcore Bands ABSTRACT Metalcore is one of the subgenres of Heavy Metal which uses a vocal technique which differs from many before it called screaming. When one hears or sees a song that is being sung by way of screaming, one tends to associate it with having a negative impact on its listeners because of the loud, intimidative and emotional lyrics. Also, it is not uncommon for screaming to be thought of as an act of trying to replicate Satanic voices. This statement comes at no surprise because as a matter of fact there are certain genres of music that deliberately try to sound Satanic and apply it to the songs that they play. As we may know, Metalcore is not a genre of music that originates from Indonesia. Even so, there are many bands these days that are performing this genre and many of them are already quite well known. Singing by screaming is no longer considered something new in the music world, yet there are still people who believe that Metalcore triggers negativity towards its listeners. There is still a stereotype attached to the act of screaming. Therefore, they who are active in the Indonesian Metalcore scene realize that there has to be an act of transformation towards the meaning of the screaming vocal technique in order to make people aware that what they are conveying through these screams are not negative. They soon figured out that writing song lyrics that have a positive message in accordance with the sociocultural norms in the society was what had to be done. By continuing to refer to the essence of Metalcore with its screaming, Indonesian Metalcore musicians are trying to convey moral messages through the song lyrics. Keywords: Semiotics, Metalcore, Screaming, Lyrics vii Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan perlindungan-Nya hingga saya mampu menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini adalah dalam rangka memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Sosial Jurusan Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Tema skripsi ini berasal dari sebuah keinginan pribadi saya untuk memperlihatkan bahwa ilmu Antropologi dapat digunakan pula untuk mengkaji fenomena yang bersifat kontemporer; seringkali ilmu Antropologi dianggap hanya memfokuskan pada hal-hal yang bersifat “kuno” oleh masyarakat awam. Selanjutnya, saya melihat bahwa banyak diantara masyarakat kita yang masih melakukan stereotyping tanpa terlebih dahulu memperdalam apa yang mereka nilai tersebut. Simbol, bahasa, norma-norma sosio-kultural; inilah yang memperkaya sekaligus membedakan satu bangsa dengan bangsa lain, satu komunitas dengan komunitas lain dan bahkan satu individu dan individu lainnya. Jadi pada dasarnya Antropologi tidak akan ada habisnya, baik ilmunya sendiri dan juga obyek penelitiannya. Musik Metal merupakan salah satu aliran favorit saya secara pribadi, bahkan dapat dikatakan bahwa pribadi saya terbentuk olehnya. Musik menemani saya dalam segala kegiatan keseharian saya, dalam kebahagiaan dan keterpurukan. Musik telah menjadi bagian yang sangat besar dari hidup saya. Tanpa menyadari sebelumnya, saya seakan-akan berpedoman pada isi lagu yang dinyanyikan dan diteriakkan oleh mereka. Musik yang bertempo cepat dipadu dengan suara yang begitu agresif menarik perhatian saya bahkan membuat saya termotivasi untuk ikut terjun ke dunia Metal sebagai seorang pelaku. Mungkin akan terdengar sedikit aneh, namun saya merasa bahwa musik Metal telah ada untuk saya ketika mereka yang di sekitar saya sibuk menjalani hidupnya masing- masing; seakan-akan musik Metal adalah seorang teman yang setia menemani selalu. Saya mendapat sebuah panggilan di dalam hati untuk membuka mata masyarakat awam yang men-stereotype musik Metal sebagai hal yang negatif justru untuk mempertimbangkan bahwa ada juga sifat positif yang dapat di lihat. viii Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 Saat penulisan skripsi ini, saya sebagai pelaku juga banyak menjalani proses pembelajaran terutama ketika mewawancarai informan. Mereka yang diwawancara dapat dianggap sebagai idola pribadi saya dalam dunia musik Metal di Indonesia. Segala yang mereka ungkapkan kepada saya selain untuk data pendukung skripsi ini juga saya gunakan sebagai bekal dalam menjalani kehidupan bermusik bersama teman-teman saya. Walaupun proses penulisan skripsi ini memakan waktu yang cukup lama, saya merasa bahwa dalam perjalanannya, saya merasa mendapat tambahan ilmu dan pengalaman yang luar biasa yang juga harus di-share dengan para pembaca skripsi ini. Memang betul bahwa skripsi ini saya tulis sendiri, namun tidak akan dapat terselesaikan tanpa dukungan yang sangat berharga dari informan, teman-teman, keluarga tercinta dan juga pembimbing skripsi saya. Dengan segala kesibukan pihak-pihak tersebut, mereka masih mampu menyisakan waktu dan perhatiannya untuk saya, oleh karena itu saya sangat bersyukur telah dikaruniai tim pendukung yang kuat dalam penulisan skripsi ini. Pada awalnya saya mengalami ketakutan bahwa tema skripsi ini kurang “antropologis” sehingga sempat ingin menyerah dan mengganti tema tersebut, namun pembimbing saya berhasil meyakinkan bahwa tema ini cukup unik dan dapat memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah Antropologi. Ini merupakan sebuah dorongan semangat bagi saya; dapat melanjutkan penulisan skripsi dengan tema yang saya minati secara pribadi dan sekaligus mendapat pembimbing skripsi yang sangat open-minded terhadap fenomena ini. Proses penulisan dan juga pembelajaran dalam skripsi ini telah menguji saya dalam menjalani hidup; banyak sekali pengalaman yang tidak akan saya dapatkan apabila tidak menjalani proses ini. Walaupun masih banyak dihiasi kekurangan, saya berharap skripsi ini dapat membuka mata pembaca terhadap segala kemungkinan dan perspektif yang telah diberikan kepada saya oleh ilmu Antropologi. Jakarta, 30 Desember 2011 ix Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011 UCAPAN TERIMA KASIH Skripsi ini tidak akan bermakna tanpa adanya mereka yang senantiasa mendukung, mengkritik dan memotivasi saya dalam prosesnya, baik dalam bentuk yang terlihat maupun tidak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya ingin memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, blood of my blood, atas segala nikmat, karunia, perlindungan dan juga nafas yang telah diberikan hingga saat ini. Saya juga ingin mengucapkan segala terima kasih kepada mereka yang telah menemani keseharian saya, terutama dalam proses pembuatan skripsi ini: 1. Mom, Dad, Damar and Acip… Thank you for putting up with me at home. Keluarga kecil saya ini telah banyak mengorbankan waktu dan perhatiannya untuk saya seorang. Sungguh egois apabila saya tidak menyebut mereka terlebih dahulu sebagai yang selalu menemani saat di rumah. Home is where the heart is, jadi hati saya ada pada keluarga di rumah. Acip, I hope this will make you get well soon… Mom and Dad, I finally did it! I’m not from FIB like you guys but we still graduated from the same university! After this… Damar! Like Mom always says; it’s in the blood. 2. Dr. Tony Rudyansjah, MA sebagai pembimbing saya. Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, beliaulah yang berhasil meyakinkan saya bahwa tema skripsi saya ini cukup signifikan untuk dikatakan sebagai tulisan ilmiah. Inilah yang lalu memotivasikan saya untuk terus berjuang. Terima kasih Mas Tony atas segala pengalaman yang telah diberikan kepada saya, segala dukungan moral dan juga segala waktu yang telah dikorbankan demi mahasiswinya yang satu ini. I am in total respect of your guidance throughout this journey of mine. 3. Dr. Dave Lumenta sebagai penguji ahli mendadak saya. Terima kasih telah bersedia on such short notice untuk menjadi penguji saat sidang skripsi, dan juga terima kasih telah membaca skripsi ini dengan seksama sehingga dapat memberikan banyak masukan kepada saya. I look forward to discussing further about music with you. x Universitas Indonesia The semiotics..., Amira Waworuntu, FISIP UI, 2011
Description: