Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad Al-Lakhmi Asy-Syathibi Al Gharnathi Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam Terbitan (KDT) Al Charnathi, Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad AI-Lakhmi Asy- Syathibi Al I'tisham/Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad Al-Lakhmi Asy-Syathibi Al Gharnathi; penerjemah, Shalahuddin Sabki, Bangun Sarwo Aji Wibowo, Masrur Huda Fr.; editor, Edy Fr, Fajar Inayati. — Jakarta: Pustaka Azzam, 2006. 960 him.; 15 cm Judul asli: Al I 'tisham ISBN 979-26-6150-6 l.Sunnahdanbid'ah. I. Judul. II. Sabki, Shaiahuddin. III. Wibowo, Bangun Sarwo Aji. IV. Fr, Masrur Huda. V. Fr, Edy. VI. Inayati, Fajar. 297.405 Desain Cover : A & M Desain Cetakan : Pertama, September 2006 Penerbit : PUSTAKA AZZAM Anggota IKAPIDKI Jakarta Alamat: Jl. Kampung Melayu Kecil 111/15 Jak-Sel 12840 Telp: (021) 8309105/8311510 Fax: (021) 8299685 E-Mail: [email protected] Dilarang memperbanyak isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit All Rights Reserved Hak terjemahan dilindungi undang-undang PENGANTAR PENERBIT Alhamdulillah, kebesaran dan keagungan-Mu membuat kami selalu ingin berteduh dan berlindung, hingga tetesan kekuatan yang Engkau ciprat-kan membuat kami mampu menyisir huruf-huruf dan kalimat yang tertuang dalam buku ini dan sekaligus menerbitkannya; ia berisi tentang dua hal yang salah satunya sanggup membuat jiwa dan hati manusia menjadi batu, bahkan lebih keras dari batu. Shalawat dan salam semoga Allah haturkan kepada cahaya maksum yang ajarannya tetap bisa terjaga hingga hari ini. Para sosiolog, politikus, dan sejarahwan dari berbagai negara sepakat bahwa bangsa Arab tidak akan pemah bisa bangkit seperti yang pemah kita saksikan, kecuali dengan keutuhan Islam dan kemurniannya dalam menyatukan dan memperbaiki kondisi, jiwa serta perilaku umat. Dahulu kondisi yang indah, damai, dan kental dengan keislaman pernah ada, namun kemudian menjadi goncang setelah melemahnya kaum muslim. Kemudian timbul suara dari sebagian mereka yang akidah dan ibadahnya telah terkotori bid'ah dengan menjadikan agama sebagai kambing hitam kemunduran. Namun, lain halnya dengan orang yang melihat dengan mata hati keshalihan, sebab ia berkeyakinan bahwa hanya agama yang sanggup membawa kebaikan dan kesatuan, dan tidak mungkin menjadi penyebab kerusakan dan keruntuhan. Mereka tidak sadar atau mungkin menyadari bahwa hal-hal baru yang dimasukkan dalam akidah dan ibadah (bid'ah) telah menggerogoti kekokohon dan keindahan dalam kesatuan umat. Bukan hanya kesatuan, namun hal itu juga sanggup mendorong dan melemparkan umat ke dalam api neraka, sebab bid'ah adalah sesat dan setiap yang sesat hanya bisa bermuara di neraka. Berkaitan dengan hal tersebut kami memandang penting (kalau tidak dikatakan sebagai keharusan) untuk mengkaji dan menerbitkan buku yang semestinya menjadi panduan umat dalam membedakan antara bid'ah dan sunnah, sebab keduanya memiliki pemisah yang sangat tipis dan cara pelaksanaan yang terselubung. Dalam buku ini —seperti yang ditandaskan oleh Muhammad Rasyid Ridha— para pembaca akan menemukan sebagian kalimat yang berada di antara dua tanda baca ini () dengan bentuk bold atau tanda baca lainya untuk mencocokkan makna tulisan, sebab ia tidak akan cocok kecuali dengan kalimat yang ditunjuk sebagai pengganti dari kalimat aslinya. Tujuannya adalah untuk membedakannya dengan kalimat yang lain dan memberitahukan bahwa kalimat tersebut termasuk bagian dari revisi. Para pembaca juga akan menemukan tanda tanya pada sebagian tempat yang terdapat di antara dua tanda kurung seperti ini (?) dengan bentuk bold, mengisyaratkan tentang ketidakjelasan kalimat dengan redaksi yang ada, atau terdapat kesalahan, tetapi belum diketahui kalimat aslinya. Namun yang perlu diketahui adalah Muhammad Rasyid Ridha tidak selalu meletakkan tanda tersebut pada setiap tempat yang terdapat kesalahan dan keraguan. Kalau Muhammad Rasyid Ridha sebagai ulama besar dan pembaharu dalam Islam masih merasa bingung dan ada bagian tertentu yang tidak dapat ia fahami, maka dengan kerendahan hati kami memohon kontribusi positif dan kritik yang membangun, agar buku induk yang membahas tentang bid'ah dan Sunnah ini dapat menjadi panduan ummat dalam menjalankan syariat yang suci dari dekil dan rona bid'ah. Akhirnya, hanya kepada Allah kami memohon taufik dan hidayah, sebab hanya mereka yang mendapat keduanya yang akan menjadi umat yang selamat dan mengakui bahwa dalam hal-hal yang biasa itu terdapat sesuatu yang luar biasa. Ilahi anta maqsudi wa ridhaka mathlubi. KATA PENGANTAR oleh: Muhammad Rasyid Ridha "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali(agama)Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai." (Qs. Aali 'Imraan [3]: 103) "Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sesungguhnya la telah diberi petunjuk kepada jalan yang Jurus." (Qs. Aali 'Imraan [3]: 101) Perbandingan antara ulama yang memiliki kemampuan berdiri sendiri —dalam mendayagunakan keilmuannya— banyak kita jumpai pada dekade awal, namun tidak demikian yang terjadi pada zaman belakangan ini. Imam Asy-Syathibi misalnya, ia termasuk salah satu dari mereka yang berjumlah sedikit itu, sehingga kita hanya menemukan sedikit sekali karya-karya sang imam. Bisa kita lihat kitab Al Muwalaqat dan kitab Al l'tisham yang ada pada tangan para pembaca sekalian, yang oleh para penyair disanjung karena kedalamannya dalam menyampaikan, Sedikit darimu adalah cukup bagiku Namun yang sedikit darimu bukanlah sesuatu yang sedikit. Penerbit Dar Al Kutub Al Khudaiwiyah telah menyuguhkan ribuan tulisan yang sarat dengan khazanah-khazanah keilmuannya yang mungkin akan membuat mata Anda lelah untuk menelaahnya. Yang Anda lihat saat ini adalah karangan dan tulisan yang sangat banyak, namun sebenarnya hanya mencakup hal penting yang sedikit, atau yang memiliki kuantitas besar namun kurang berkualitas. Adapun di dalam karya yang termasuk dalam jajaran yang sedikit, akan Anda temukan keilmuan yang benar, yang tidak akan Anda dapatkan pada buku atau karangan selainnya. Semua itu lantaran pertolongan Allah kepada si pengarang, yang tidak diberikan kepada selain dirinya. Kitab ini termasuk dalam salah satu kitab yang berjumlah sedikit. Oleh karena itu, ia membawa wacana yang baik untuk ilmu dan pengetahuan Islam secara menyeluruh. Hal ini tentu tidak lepas dari keterbukaan bagian Administrasi Dar AlKutub AlKhudaiwiyah untuk mencetak kitab ini. Para sosiolog, politikus, dan sejarawan dari berbagai negara sepakat bahwa bangsa Arab tidak akan pernah bisa bangkit seperti yang pernah kita saksikan kecuali karena pengaruh Islam dalam menyatukan suara, memperbaiki kondisi, jiwa, dan perilaku mereka. Namun kondisi yang indah itu menjadi goncang setelah melemahnya kekuatan kaum muslim, dan hilangnya kerajaan dan kebudayaan Islam. Kemudian sebagian mereka menjadikan agama yang mereka anut sebagai kambing hitam kemunduran mereka. Namun, lain halnya dengan orang yang melihat dengan mata hati, bisa dipastikan ia akan yakin bahwa hanya agama yang sanggup membawa kebaikan dan perbaikan, dan tidak mungkin agama menjadi penyebab kerusakan dan keruntuhan, karena satu cacat tidak akan sanggup untuk menjadi dasar dari berbagai macam cacat yang ada dan bertentangan. Jika agama yang dianut kaum muslim memiliki pengaruh yang tidak baik bagi kaum muslim pada dekade terakhir, maka sudah tentu hal itu dikarenakan satu sisi, tetapi bukan sisi yang telah menyebabkan kebaikan kondisi kaum muslim terdahulu. Sisi lain tersebut tidak lain adalah bid'ah dan hal-hal baru lainnya yang sanggup memecah belah kesatuan mereka dan menyingkirkan mereka dari jalan yang lurus. Oleh karena itu, menguak permasalahan bid'ah dan sesuatu yang baru merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat bagi kaum muslim untuk urusan agama dan dunia mereka, yang sekaligus akan menjadi pertolongan terbesar bagi mereka yang menyuarakan reformasi Islami. Telah banyak ulama yang menuliskan pendapat mereka tentang bid'ah, dan kebanyakan berkisar tentang buruknya bid'ah, perintah untuk menjauhinya, dan bantahan terhadap para pelakunya. Akan tetapi beberapa kelompok saling berbantah dan menganggap kelompoknya benar sedangkan yang lain sesat dan melakukan bid'ah, baik karena mereka melakukan bid'ah dalam agama atau karena mereka tidak mengetahui maqasid-nya, atau karena mereka tidak bersikap lentur dalam memandang dan mengamalkan nash. Dalam hal ini kami tidak mengetahui ada seseorang yang mendapat petunjuk seperti yang diperoleh Al Imam Abu Ishak Asy-Syathibi dalam riset ilmiah yang menjadi dasar terbentuknya tema buku ini yang kemudian terbagi menjadi beberapa bab yang berisi pembahasan-pembahasan. Seandainya kitab ini dikarang tidak pada masa kemunduran umat Islam dalam hal keilmuan dan agama, maka kitab ini pasti akan menjadi dasar kebangkitan baru untuk menghidupkan Sunnah dan memperbaiki tatanan akhlak serta sosial kemasyarakatan. Akan tetapi penulis kitab ini —yang juga penulis kitab Al Muwafaqat— termasuk dalam pembaharu- pembaharu yang luar biasa dalam Islam. Tidak ada yang menandingi kecermatannya dalam menuangkan buah pikiran. la seperti si bijak dalam ilmu sosial kemasyarakatan; Abdurrahman Ibnu Khaldun. Keduanya membawa karya yang tidak dapat diungguli oleh seorang pun sebelumnya. Namun sayang sekali, umat tidak banyak memanfaatkan ilmu mereka sebagaimana mestinya. Kitab Al Muwafaqat tidak tertandingi dalam penyusunan bab-babnya (ushul fikih, hukum syariah dan rahasia-rahasianya). Demikian juga dengan kitab Al Itisham, sehingga isi kitab tersebut sangat menyenangkan dan memuaskan, walaupun penulisnya — semoga Allah melimpahkan rahmat- Nya kepadanya— belum menyelesaikan penulisannya. Penulis memulai tulisannya dengan pembukaan tentang keanehan Islam saat awal kemunculannya dan hadtts, "Bada 'al islaamu ghariibari" (Islam muncul —dianggap— aneh). Dengan hal tersebut ia memberi isyarat yang mendasar dan berdasar. Pembahasan-pembahasan yang ada dalam buku ini terbagi menjadi sepuluh bab: Bab I: Definisi, penjelasan arti, dan pengambilan kata bid'ah dari segi lafazh. Bab II: Tercelanya bid'ah dan buruknya tempat kembali para pelaku bid'ah. Bab II: Tentang umumnya celaan terhadap bid'ah dan hal-hal baru dalam agama. Bab IV: Sumber pengambilan ahli bid'ah dalam berdalil. Bab V: Hukum bid'ah hakikiyah dan idhafiyah serta perbedaan keduanya. Bab VI: Hukum-hukum bid'ah tidak hanya satu macam. Bab VII: Bid'ah masuk dalam perkara adat atau hanya perkara ibadah. Bab VIII: Perbedaan antara bid'ah, al maslahat al mursalah, dan istihsan. Bab DC: Sebab-sebab terpecahnya kelompok yang membuat bid'ah di kalangan umat Islam. Bab X: Penjelasan makna shirathal mustaqim yang diselewengkan oleh ahli bid'ah kemudian mereka tersesat setelah adanya petunjuk yang jelas. Pada bab-bab tersebut terdapat permasalahan-permasalahan yang mempunyai kemiripan dalam pembahasannya. Dalil-dalilnya juga banyak yang berbenturan. Dikarenakan banyaknya syubhat (sesuatu yang telah tercampur sesuatu sehingga tidak memungkinkan untuk menghukuminya halal) serta banyaknya pendapat-pendapat yang berusaha menerangkan tema yang sedang dibahas, maka sangat lumrah jika sulit merumuskan tema buku ini, LX Al I'tisham sulit untuk memisahkan antara permasalahan inti dengan permasalahan tambahan, kecuali bagi mereka yang mempunyai mata batin yang kuat, seperti yang dimiliki oleh penulis. Buku ini juga menyajikan dasar pemahaman yang luas, penyajian kata yang kuat, dan ketepatan serta kefasihan bahasa dalam pengungkapannya. Permasalahan yang paling rumit dalam pembahasan ini diantaranya adalah perkara Sunnah dan mustahabbah (disukai). Suatu pekerjaan digolongkan bid'ah bisa karena sifat-sifatnya atau cara mengerjakannya, seperti cara mengerjakan shalat yang kemudian melazimkan diri mereka untuk berhenti sejenak untuk berdzikir atau mengucapkan doa-doa yang ma 'tsur (diterima secara turun-temurun) secara bersama-sama, lalu lama kelamaan mereka menggolongkannya sebagai salah satu syiar agama, sehingga mereka menganggap orang-orang yang menentang mereka atau yang meninggalkan hal tersebut sebagai orang yang ingkar terhadap agama. Penulis berbicara panjang lebar tentang bid'ah dan memunculkan semua bentuk syubhat (hal yang meragukan) dalam permasalahan tersebut, kemudian menyerangnya dengan kritikan-kritikan, lalu pada akhirnya ia memberi solusi tepat terhadap permasalahan tersebut. Aku sengaja tidak menyebutkan sisi penting pokok-pokok ajaran Islam untuk para ulama yang sangat mengerti hal-hal syar'i, para politikus yang handal dalam masalah hukum, serta para pemimpin dan para hakim; yaitu hal-hal yang berkenaan dengan mashalih al mursalah dan alistihsan yang diambil dari pokok-pokok pendapat Imam Malik dan Abu Hanifah An- Nu'man, sebab dari dan dengan keduanya nampak ada perbaikan serta kebaikan dalam kehidupan manusia pada setiap zaman dan tempat. Penulis menerangkan letak kesamaan sesuatu yang mereka sebut sebagai bid'ah hasanah dengan al istihsan dan mashalih almursalah (definisi tiga hal ini akan disebutkan nanti), kemudian beliau mengungkap semua syubhat lalu menghilangkan semua keraguan-keraguan yang ditimbulkan. Beliau menerangkan bahwa bid'ah bukan berasal dari dua dasar ini —baik dalam segi keberadaannya dan sisi dasarnya, maupun dalam sebab dan
Description: