HUMANIORA Volume XIII No. 1 Februari ■ 2001 Halaman 64 - 81 PROSES TERBENTUKNYA HETEROGENITAS ETNIS DI PONTIANAK PADA ABAD KE-19 Hasanuddin1 dan Budi Kristanto2 1. Pengantar antara Cina dan India. Jalur inilah yang me- rupakan jalan dan kemudahan terpenting Yang ingin dicapai tulisan ini adalah me- untuk menyelenggarakan transportasi dan mandang setiap perkembangan masyarakat komunikasi yang menarik berbagai etnis Pontianak sebagai suatu kesatuan. Sebagai untuk berdatangan ke Pontianak, dan meru- konsep kesatuan tercakup segala aspek pakan hal yang bersifat taktis dan strategis perkembangan sejarah pada masa lalu. Sa- bagi suatu kerajaan untuk kepentingan poli- lah satu konsep kesatuan yang mencakup tik, sosial ekonomi, kebudayaan dan militer- berbagai unsur dan dimensi, yaitu interaksi nya. Bahkan, kebesaran, kemegahan, dan antara penduduk pribumi dan pendatang/ kemasyhuran kerajaan pada umumnya ter- pedagang, dapat saling mempengaruhi di- gantung pada ramainya lalu lintas perhu- mensi kesatuan itu. Sehubungan dengan bungan dan jenis-jenis alat yang digunakan ini, masalah komunikasi sangat penting ka- pada masa itu. rena jalur-jalur komunikasilah yang mem- Interaksi antarunit terjadi lewat komuni- bentuk jaringan golongan lapisan sosial; de- kasi, mulai dari hubungan perkawinan, pe- ngan menciptakan komunikasi sosial timbul rang, diplomasi, sampai pada pelayaran aliran besar kultural yang membawa ideo- dan perdagangan. Dari jaringan komunikasi logi, sistem kepercayaan, sistem politik, dan itu timbullah proses integrasi di antara berbagai unsur kebudayaan lainnya. daerah-daerah dan unsur-unsur sosialnya. Dari segi geografis, Pontianak terletak di Dengan perkembangan pusat-pusat kekua- antara jalur perdagangan Selat Malaka dan saan pada waktu tertentu, perjalanan se- merupakan daerah transito perdagangan, jarah Pontianak secara jelas menunjukkan baik dari timur maupun barat Nusantara, kecenderungan ke arah integrasi progresif terutama hubungannya dengan Singapura yang sudah barang tentu proses tersebut sebagai pusat perdagangan setelah jatuh- mengalami pasang surut. nya Malaka dan merupakan jalur pelayaran 1 Doktorandus, staf Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Manado. 2 Doktorandus, staf Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Manado. 64 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 Hasanuddin dan Budi Kristanto, Proses Terbentuknya Heterogenitas Etnis Lagi pula, yang menarik dalam persa- gupi permintaan tersebut, dan menugaskan maan kekuasaan dan kecenderungan so- Syarif Abdurrahman untuk mengamankan sial dalam menghadapi pengaruh dari luar, wilayah tersebut yang pada masa itu Syarif konflik antara kelompok menurut sikap pro Abdurrahman bagi kalangan elite politik atau kontra kekuasaan asing dalam struktur Mempawah kurang disenangi karena peri- kekuasaan feodalistis yang mengandung lakunya. Pada 23 November 1771 bersama benih-benih disintegrasi, perpecahan tidak sejumlah pengikutnya sebagian besar hanya terjadi karena perbedaan ideologi, orang Bugis yang menetap di Mempawah tetapi juga karena kepentingan ekonomi dengan menggunakan 15 buah kapal me- dan loyalitas kepada tradisi atau keluarga ninggalkan Mempawah, Syarif Abdurrah- sehingga sering timbul adanya berbagai man dan pengikutnya berangkat melalui pertentangan berdasarkan perlawanan et- rute perjalanan muara Sungai Kapuas dan nis. selanjutnya ke Sungai Peniti guna mencari sarang para perompak, tetapi hasilnya ialah belum juga ditemukan sarang para perom- 2. Berdiri dan Berkembangnya Kerajaan Pontianak pak tersebut. Kemudian Syarif Abdurrah- man melanjutkan kembali perjalanannya Berdirinya Kerajaan Pontianak bermula dan menjumpai sarang para perompak ter- dari riwayat hidup Syarif Abdurrahman -- sebut --sekarang dikenal dengan daerah pendiri Kerajaan Pontianak--. Sebagai anak antara Batu Layang dan Nipah Kuning-- muda yang cakap dan tampan, dia telah para perompak tersebut berhasil diusirnya menunjukkan bakat dan ambisinya yang dari kawasan muara Sungai Kapuas. Seba- besar. Masa mudanya penuh dengan pe- gai seorang ahli siasat dan pengalamannya tualangan, seperti melakukan pelayaran ke dalam pentualangan, Syarif Abdurrahman Siak dan Palembang, mengadakan kegiat- memilih untuk mendirikan pusat keduduk- an perdagangan lada di daerah Banjarma- annya di sekitar Sungai Kapuas sampai sin, mengadakan perang dan berhasil me- tempat pertemuannya dengan Sungai Lan- ngalahkan kapal Francis di Pasir (Banjar- dak.2 masin), juga mengalahkan jung-jung Cina, Menurut Panji Pustaka dalam Nomor dan sebagainya. Di wilayah Banjarmasin Soeltan Pontianak dinyatakan bahwa se- beliau diangkat menantu oleh Sultan Saad telah Syarif Abdurrahman tiba di daerah dengan mengawini Ratu Sirih Anom, kemu- pertemuan Sungai Kapuas dan Sungai Lan- dian diberi gelar Pangeran Syarif Abdur- dak, kemudian ia memulai pembukaan hu- rahman Nur Alam, yang sebelumnya telah tan yang banyak dihuni hantu dan berhasil mengawini puteri Tjandramidi, anak Opu diusirnya setelah beberapa hari menem- Daeng Menambon. Karena ambisinya yang bakkan bedil. Setelah hantu-hantu itu ber- sangat kuat, akhirnya di daerah tersebut dia hasil diusirnya, kemudian daerah ini dibe- sangat dibenci oleh kerabat kerajaan se- rinya nama Pontianak. Pada saat pem- hingga terpaksa bertolak kembali ke Mem- bentukan daerah Pontianak, Syarif Abdur- pawah.1 rahman kembali ke daerah Mempawah dan Sejak pertengahan abad 18, VOC mera- mengajak keluarganya ke daerah yang baru sa terganggu atas adanya perompak-pe- dibuka tersebut. Tanggal 8 Syahban 1192 rompak/bajak laut terhadap kapal-kapal da- H para raja di Kalimantan Barat menghadiri gangnya di kawasan perairan muara pengangkatan Syarif Abdurrahman sebagai Sungai Kapuas. Hal ini mengakibatkan ke- raja di Kerajaan Pontianak. Kemudian Yang rugian yang cukup besar bagi VOC karena Dipertuan Haji Raja Muda dari Riau atas hasil bumi dari Kerajaan Landak, utamanya nama seluruh rakyat mengangkat Pangeran lada dan hasil tambang intan, jatuh ke Syarif Abdurrahman Nur Alam dengan gelar tangan para perompak tersebut. Untuk itu, Maulana Sultan Syarif Abdurrahman, Sultan para pembesar VOC meminta bantuan ke- di Kerajaan Pontianak. Rabu, 20 Rajab pada Panembahan Mempawah guna me- 1185 H merupakan hari jadi berdirinya dae- ngamankan wilayah di sekitar muara Su- rah Pontianak, peristiwa ini juga dicatat da- ngai Kapuas dari para perompak. Kemu- lam tambo kerajaan.3 dian Panembahan Mempawah menyang- 65 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 HUMANIORA Volume XIII No. 1 Februari ■ 2001 Halaman 64 - 81 Veth mengatakan bahwa pada 7 Januari ekonomis maupun militer merupakan ke- 1772 di wilayah inilah mereka mulai mem- rajaan yang kuat. Dengan kedudukannya buka hutan dan mendirikan pemukiman yang cukup kuat Syarif Abdurrahman ber- baru, kemudian membangun sebuah surau usaha melakukan ekspansi, yang menjadi (Mesjid Jami' sekarang) dan beberapa wak- keinginan pertama adalah Kerajaan Sang- tu kemudian didirikan sebuah bangunan gau. Adanya ancaman tersebut, Raja Sang- (Keraton Kadriah sekarang) dengan bahan gau selaku vazal (negeri bawahan) Banten sederhana yang terbuat dari bahan bambu meminta bantuan, tetapi pihak Banten yang dan daun ilalang. Setelah itu wilayah ini secara resmi masih dipandang mempunyai dikembangkannya menjadi pusat pelayaran suzereinitas sesungguhnya sudah tidak dan perdagangan. Daerah yang strategis berdaya lagi melakukan tindakan tersebut, membawa kemajuan dalam pelayaran dan maka pada 26 Maret 1778 Sultan Banten perdagangan karena kemudian banyak pe- bersama para pembesarnya menyerahkan dagang datang ke wilayah tersebut dengan supremasi Banten kepada VOC6 dan selan- mengadakan hubungan dagang, seperti Bu- jutnya menyerahkan kekuasaan Sanggau gis, Melayu, Cina, Sanggau, Sukadana, kepada Sultan Pontianak. Mempawah, dan Sambas.4 Dalam menghadapi situasi baru itu serta Setelah berdirinya Kerajaan Pontianak, penuh kesadaran akan kekuasaan kom- orang Dayak banyak berdatangan dan se- peni, maka Syarif Abdurrahman mengakui cara bergelombang membuka perkampung- supremasinya dengan menandatangani an sepanjang tepian Sungai Ambawang. kontrak (perjanjian) dengan VOC pada 5 Kelompok pertama berjumlah dua puluh ke- Juli 1779. Setelah penobatannya sebagai luarga dengan membuka daerah perkam- Sultan Pontianak dan Sanggau dengan ge- pungan yang sekarang disebut Kampung lar Sultan Syarif Abdurrahman Nur Alam Durian. Kelompok kedua berjumlah empat Ibnu Hamid Husin Alkadri, Vereenigde puluh keluarga di bawah pimpinan Macan Oost-Indische Compagnie (VOC) menga- Sumit membuka perkampungan cabang kuinya sebagai Sultan Pontianak dan Sang- kiri. Kelompok ketiga, berjumlah enam pu- gau dengan mengutus Residen Rembang luh keluarga dipimpin Tumenggung Maja, Willem Adrian Palm yang bertujuan untuk membuka perkampungan masuk ke sim- mengikat berbagai perjanjian, yaitu meng- pang kanan. Kelompok keempat berjumlah atur sistem pemerintahan dan memperta- delapan puluh keluarga, dipimpin Mangku hankan kerajaan secara bersama-sama. Kipang, mendiami Kampung Pasak. Kelom- Jika sultan wafat, para menteri mengusul- pok kelima berjumlah seratus dua puluh kan calon sultan kepada kompeni dan seka- keluarga, membuka perkampungan di dae- ligus mengangkatnya sebagai sultan. Sul- rah Pancaroba, Ngabang, dan Landak.5 tan mengangkat para menteri dengan sepe- Dari awal inilah komunitas Dayak tumbuh ngetahuan kompeni. Sultan hanya boleh dan berkembang di Pontianak. membangun benteng atas persetujuan gu- Dengan adanya jaminan Sultan Pontia- bernur jenderal. Apabila kompeni memba- nak atas pelayaran dan perdagangan di ka- ngun benteng, sultan harus mengizinkan wasan Sungai Landak dan Sungai Kapuas dan membantunya. Bila ada serdadu atau Kecil, lalu lintas perdagangan di Pontianak pegawai kompeni lari kepada sultan, sultan cukup ramai. Jalur perdagangan yang di- harus menyerahkannya kepada kompeni. kuasai dan diatur oleh sultan sangat meng- Mata uang Belanda yang berlaku di Batavia untungkan bagi kerajaan. Cukai yang ma- juga diberlakukan di kesultanan. Sultan suk dari hegemoni dagang ini merupakan tidak diharuskan memungut cukai ekspor pendapatan (revenuen) yang besar bagi ke- dan impor kecuali oleh Peter Kompeni. Hak rajaan dan menyebabkan Pontianak secara monopoli atas hasil hutan seperti intan, 66 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 Hasanuddin dan Budi Kristanto, Proses Terbentuknya Heterogenitas Etnis emas, lada, sarang burung, sisik ikan, bulu, belah pihak. Pada masa kekuasaannya per- dan sagu dengan harga jual yang ditentu- masalahan yang dihadapi sering mendapat kan kompeni. Wilayah Pontianak dan Sang- bantuan dari Raffles, terutama tentang ada- gau tidak diperbolehkan menanam ceng- nya para perompak yang menghalangi jalur keh, pala, dan kopi; jika ditemukan, harus pelayaran dan perdagangan di Pontianak. ditebang dan dilarang diperdagangkan. Sul- Dalam menghadapi para perompak, utama- tan tidak diharuskan melakukan perdagang- nya yang dipimpin oleh Pangeran Anom, an kecuali sepengetahuan kompeni dan bekerja sama dengan perompak Ilanun para pedagang berasal dari negeri Pontia- yang sering menyerang para pedagang nak dan Sanggau harus membawa pas yang berniaga di Pontianak, Mempawah kompeni. Bila terjadi serangan dari luar, dan Banjar, kemudian ia menyurati Thomas kompeni wajib menolong sultan. Sultan dan Raffles dan meminta bantuannya guna me- daerah bawahannya diwajibkan membantu lawan para perompak tersebut, yang secara kompeni terhadap serangan musuhnya dari langsung kepentingan perdagangan Inggris darat dan laut. Orang-orang Cina yang me- di Kalimantan juga akan mendapatkan netap di Pontianak dan Sanggau di bawah dampak yang ditimbulkan dari para perom- yuridiksi kompeni, orang-orang Cina yang pak tersebut.9 beragama Islam juga di bawah yuridiksi Letak geografis Kerajaan Pontianak ber- kompeni, kecuali anak-anaknya yang ber- ada di daerah persimpangan sungai besar agama Islam di bawah kekuasaan sultan. (Sungai Landak dan Sungai Kapuas) se- Para pendatang Jawa, Melayu, Bali, Bugis, hingga jalur inilah yang merupakan jalan dan Cina yang ingin menetap di Pontianak atau kemudahan yang terpenting untuk me- dan Sanggau harus sepengetahuan kom- nyelenggarakan transportasi dan komuni- peni. Sultan agar mengadakan upacara se- kasi di sekitar negeri-negeri Pontianak; me- bagai perjanjian setia kepada kompeni, gu- rupakan hal yang bersifat taktis dan stra- bernur jenderal, tentara, dan kepada Prince tegis bagi suatu kerajaan untuk kepen- van Oranje dan Nassau.7 Dengan adanya tingan politik, sosial ekonomi, kebudayaan, perjanjian tersebut VOC telah berhasil me- dan militernya. Bahkan, kebesaran, keme- ngikat Kerajaan Pontianak dan memperluas gahan, dan kemasyhuran kerajaan pada kepentingan politiknya untuk menguasai umumnya tergantung kepada ramainya lalu daerah-daerah di sekitar Kerajaan Pontia- lintas perhubungan dan jenis-jenis alat yang nak dan berangkat dari inilah VOC pertama digunakan. Kepentingan Belanda untuk me- kali mengatur dan menguasai Kerajaan nguasai daerah pesisir Kalimantan Barat Pontianak. terpenuhi dengan berusaha mengadakan Setelah Sultan Syarif Abdurrahman wa- kontrak atau perjanjian-perjanjian dengan fat pada tahun 1808, Syarif Kasim me- kerajaan-kerajaan yang berada di wilayah ngangkat dirinya menjadi Sultan Pontianak pesisir tersebut. Pada akhir tahun 1820-an dan menghadap Gubernur Jenderal di Ba- dan 1830-an, Pontianak, Mempawah, Sam- tavia untuk menyatakan bahwa ia bertahta bas, dan negeri-negeri kecil di pesisir barat sebagai Sultan Pontianak. Walaupun se- lainnya telah menandatangani perjanjian- sungguhnya Sultan Syarif Abdurrahman perjanjian dengan pihak Belanda. Dengan menunjuk putranya Syarif Usman (Pange- adanya perjanjian-perjanjian tersebut Be- ran Ratu) sebagai pewaris Kesultanan Pon- landa telah berhasil mengikat kerajaan- tianak, Syarif Usman yang usianya masih kerajaan di Kalimantan Barat dan mem- muda mengakui bahwa saudara tuanya, perluas kepentingan politiknya, yang pada Syarif Kasim, sebagai Sultan Pontianak umumnya memuat isi perjanjian-perjanjian untuk sementara waktu, dan keputusan ini yang sangat merugikan kerajaan-kerajaan tidak mendapat persetujuan dari penduduk tersebut. Pontianak yang menginginkan Syarif Us- Pada tahun 1819 Pangeran Syarif Us- man sebagai Sultan Pontianak.8 man menggantikan Sultan Syarif Kasim Pada masa kekuasaannya, Sultan Syarif Alkadri menjadi Sultan di Pontianak. Akan Kasim berusaha menjalin hubungan de- tetapi, hal ini ditolak oleh Pangeran Syarif ngan Thomas Raffles. Hal ini dibuktikan de- Abubakar (putra Syarif Kasim) yang juga ngan adanya pemberian hadiah dari kedua menginginkan tahta kesultanan, kemudian 67 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 HUMANIORA Volume XIII No. 1 Februari ■ 2001 Halaman 64 - 81 ia menghadap Gubernur Jenderal di Ba- banyak berdatangan para pedagang dari tavia. Peristiwa ini juga mendapat kecaman daerah Bugis, Banjar, Bangka, dan Beli- dari penduduk Pontianak yang mengingin- tung, Serasan, Tambelan, Sampit, Kambo- kan Syarif Usman menjadi Sultan Pontia- ja, Bali, Melayu, dan sebagainya. Kemudian nak. Setelah itu, Gubernur Jenderal Belan- para pedagang ada yang berminat dan me- da mengirimkan Komisaris Roesler untuk minta restu kepada sultan untuk menetap mengakui dan mengangkat Pangeran Ratu dan membuka pemukiman baru di sepan- Syarif Usman menjadi Sultan Pontianak jang Sungai Kapuas, yang kemudian di- dengan gelar Sultan Syarif Usman bin Sul- kenal dengan kampung-kampung yang ber- tan Abdurrahman Alkadri dan ia juga tetap orientasi dengan daerah asal pendirinya.12 menjadi Panembahan di Mempawah. Pa- Kedatangan para pedagang dari berbagai ngeran Syarif Abubakar diberi gelar Pange- etnis ini didasari oleh adanya hubungan ran Muda. Sultan Syarif Usman memberi- kerja sama antara sultan dengan para pe- kan kepadanya tunjangan sebesar f. 6.000 dagang. Sultan juga dengan tangan terbuka setiap tahun.10 mengizinkan para pedagang untuk menetap Setelah wafatnya Sultan Syarif Usman di Pontianak, yang sekaligus bersama- pada tanggal 12 April 1855, sebagai putra sama mengembangkan Pontianak. Dengan sulung Syarif Hamid Alkadri menggantikan- berdirinya kampung-kampung tersebut ter- nya menjadi Sultan Pontianak. Sebelum- bentuklah heterogenitas etnis yang merupa- nya, Syarif Hamid pernah memerintah di kan ciri utama komposisi penduduk di Pon- daerah Kubu berdasarkan keputusan Pe- tianak. merintah Belanda pada 7 Oktober 1841. Baik pada masa Sultan Syarif Usman mau- 3. Pertumbuhan Penduduk dan Pola pun Sultan Syarif Hamid Alkadri, daerah ke- Pemukiman kuasaan Sultan semakin berkurang dan Be- Dalam suasana yang amat sibuk di du- landa semakin memperluas wilayah kekua- nia perdagangan pada abad ke-19, jatuh- saannya di Pontianak. Sementara itu, ka- nya kerajaan-kerajaan besar di Kalimantan wasan Pontianak di sekitar Sungai Kapuas Barat seperti Kerajaan Sambas, Sukadana, Kecil semakin ramai dikunjungi para pe- Kubu, dan Sintang menyebabkan bergeser- dagang yang telah menjadikan pusat per- nya pusat-pusat perdagangan sebagai aki- dagangan dan pusat pemerintahan Residen Belanda di Kalimantan Barat.11 bat dari peperangan. Pergeseran pusat per- dagangan membawa pengaruh yang amat Sekitar tahun 1872 Sultan Syarif Hamid besar bagi perkembangan Pontianak. Hal Alkadri meninggal, sebagai gantinya Syarif ini menjadikan Kerajaan Pontianak ber- Yusuf Alkadri yang juga putra sulung; kembang menjadi pelabuhan terbesar dan Sultan Syarif Hamid Alkadri diangkat seba- sekaligus sebagai kota perdagangan ter- gai Sultan Pontianak. Pada masa kekuasa- besar di Kalimantan Barat.13 Akibatnya, Ke- annya, ia telah kehilangan politiknya, dalam rajaan Pontianak termasuk ke dalam ke- menentukan pajak harus tunduk kepada rajaan-kerajaan terpenting yang berada di pemerintah Belanda dan sultan hanya wilayah Kalimantan, termasuk Sambas, dan mengkoordinasi penarikan pajak yang ke- Banjar.14 mudian hasilnya diserahkan kepada Peme- Perkembangan daerah Pontianak mem- rintah Belanda. Sultan Syarif Yusuf terkenal buat jalur pelayaran dan perdagangan se- sebagai sultan yang sangat kuat berpegang makin menarik bagi para pedagang dengan teguh pada ajaran-ajaran Islam dan men- kedatangan banyaknya kapal Nusantara jadikannya terkenal di antara raja-raja, baik dan kapal-kapal asing ke pelabuhan Pon- yang ada di Kalimantan Barat maupun di tianak dengan membawa barang-barang luar Kalimantan Barat sehingga semakin dagangan untuk dipasarkan di daerah Pon- 68 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 Hasanuddin dan Budi Kristanto, Proses Terbentuknya Heterogenitas Etnis tianak. Kembalinya kapal-kapal tersebut ngan suku bangsa lain. Hal ini disebabkan mengangkut barang-barang komiditi berupa orang Dayak selalu mengikuti suatu filsafat berlian, emas, lilin, rotan, tengkawang, ka- bagi hidupnya. Menurut pandangan mereka ret, tepung sagu, gambir, pinang, sarang bahwa hakikat kehidupannya adalah se- burung, kopra, lada, kelapa, dan sebagai- bagai petani padi. Pekerjaan sebagai petani nya, yang kemudian dipasarkan ke wilayah dipandang paling mulia karena merupakan dalam dan luar Nusantara.15 rahmat bagi kehidupannya. Oleh karena itu, Tidak sedikit para pedagang yang ke- menjadi petani tentu saja tidak dapat me- mudian tertarik untuk bermukim di Pontia- netap di Pontianak karena tidak tersedianya nak. Setiap bangsa diberi lokasi tersendiri lahan pertanian yang cukup, apalagi jika untuk membangun tempat kediaman (fon- harus menganut sistem perladangan ber- dachi). Mereka mendirikan pemukiman/per- pindah, mereka bermukim dan membuat kampungan setelah mendapat izin dari sul- perkebunan di sekitar Sungai Ambawang tan. Pada masa itu banyak didirikan kam- seperti Kuala Ambawang, Pancaroba, Pu- pung yang berorientasi pada daerah atau guk, Retok, Lingga, dan sebagainya. negara dari mana pedagang tersebut ber- Jumlah penduduk Kalimantan Barat se- asal dan bermukim di wilayah sekitar pusat cara keseluruhan, pada tahun 1830 tercatat pemerintahan kerajaan. Terdapat Kampung sebanyak 250.075 jiwa. Jumlah orang Cina Bugis, Melayu, Tambelan Sampit, Banjar, yang menetap cukup besar. Pada tahun Bali, Bangka-Belitung, Kuantan, Kamboja, 1770 para buruh tambang Cina berjumlah Bansir, Saigon, Arab, Tanjung, Kapur, Parit 10.000 jiwa, tahun 1810 berkisar 32.000 Mayor, dan sebagainya. jiwa, tahun 1829 berjumlah 32.925 jiwa, dan Berdasarkan nama-nama kampung ter- tahun 1900 berjumlah 41.400 jiwa. Angka- sebut dapat diketahui bahwa meningkatnya angka tersebut menunjukkan bahwa per- jumlah penduduk Pontianak, khususnya tumbuhan imigran Cina meningkat setiap golongan pribumi, Cina, Eropa, dan bangsa tahun dibandingkan dengan penduduk pri- lainnya berkaitan erat dengan perkembang- bumi dan pendatang lainnya. Pada tahun an kegiatan pertanian, ekonomi, dan per- 1830 jumlah penduduk Kalimantan Barat dagangan. Para pendatang yang menetap tercatat 250.075 jiwa dengan perincian di Pontianak secara bertahap dapat me- Suku Dayak 143.026 jiwa, Melayu 71.085 narik penduduk yang ada di daerah asal jiwa, Bugis 2.281 jiwa, Arab 955 jiwa, Eropa untuk pindah ke tempat pemukiman yang 13 jiwa, dan Cina 32.925 jiwa.16 baru. Dalam pada itu, tidak diperoleh kete- Semakin banyaknya para pendatang rangan tersendiri mengenai komposisi pen- yang membuka perkampungan baru yang duduk Pontianak. Pengetahuan mengenai berorientasi pada asal daerah dan bangsa, komposisi hanya dapat disimpulkan dari ke- menciptakan heterogenitas etnis yang me- terangan Veth yang menyatakan bahwa rupakan salah satu ciri utama komposisi jumlah penduduk Pontianak sangat sedi- penduduk Pontianak. Di daerah Kalimantan kit,17 Berkaitan dengan jumlah penduduk Barat pada masa itu telah terjadi urbanisasi Pontianak, terdapat beberapa keterangan dari daerah sekitarnya. Dengan demikian, didasarkan atas etnis, seperti Tobias W. Pontianak menarik penduduk daerah peng- menyatakan bahwa etnis Melayu berjumlah huluan untuk melakukan urbanisasi. Kaum 25.200 jiwa dan etnis Cina berjumlah 3.500 urbanis terdiri atas orang Melayu yang pada jiwa. Hartmann H.S. berpendapat bahwa umumnya berasal dari Mempawah dan etnis Melayu berjumlah 8.403 jiwa dan etnis Sambas, dan orang Cina yang bermata Cina berjumlah 1.159 jiwa. Selanjutnya, pencaharian sebagai pedagang. Suku Francis menambahkan bahwa etnis Melayu Dayak yang merupakan penduduk asli berjumlah 11.122 jiwa, etnis Cina berjumlah daerah tersebut justru kurang tertarik untuk 11.391 jiwa, etnis Arab berjumlah 900 jiwa, berurbanisasi ke Pontianak, padahal suku dan etnis Bugis berjumlah 1814 jiwa. Van bangsa lain dari luar Kalimantan Barat se- Lijden juga mengungkapkan bahwa etnis cara terus-menerus bermigrasi ke Ponti- Melayu berjumlah 7.486 jiwa, etnis Cina anak. Jumlah orang Dayak yang menetap berjumlah 1.711 jiwa, etnis Dayak ber- di Pontianak relatif kecil dibandingkan de- jumlah 105 jiwa, dan etnis Arab berjumlah 69 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 HUMANIORA Volume XIII No. 1 Februari ■ 2001 Halaman 64 - 81 216 jiwa. Dalam kartu statistik Van Mervil sungai yang akhirnya sampai ke pusat per- Van Carnbel, jumlah penduduk Pontianak dagangan di daerah muara sungai.21 Pola termasuk juga Mandor kira-kira 36.637 semacam ini banyak dijumpai di wilayah jiwa,18 dan Vleming menambahkan kete- Pontianak, selain dicirikan dengan keletak- rangan bahwa baik di Pontianak maupun di annya, juga ditandai oleh adanya pertukar- Singkawang, hanya sepertiga jumlah luas an barang komoditi. daerahnya yang berpenghuni,19 sedangkan Sungai-sungai besar sebagai main road orang Cina yang bermukim di Pontianak pa- mempunyai anak-anak sungai yang oleh da tahun 1843 berkisar 15.000 orang dan penduduk dikenal dengan sebutan parit- hidup dalam kelompok-kelompok kongsi.20 parit yang berfungsi sebagai lalu lintas yang Angka-angka tersebut merupakan suatu menghubungkan pemukiman dengan dae- perkiraan karena belum diadakannya sen- rah pertanian dan daerah pemasaran ko- sus penduduk, baik oleh kerajaan Pontia- moditi perdagangan22, mencegah banjir, nak maupun pemerintah Belanda dalam dan menjaga keamanan kota. Fungsi parit kurun waktu itu. Akan tetapi, berbagai la- bagi keamanan kota adalah untuk mem- poran dari para pedagang dan pembesar- perkecil kemungkinan serangan yang da- pembesar pemerintah Belanda dapat digu- tangnya dari luar sehingga musuh tidak nakan sehingga dapat menghasilkan cer- bisa langsung menyerang pusat kota. Parit- minan dari jumlah penduduk tersebut di parit tersebut oleh Pemerintah Belanda atas. sengaja diperlebar menjadi kanal-kanal Masalah penduduk sudah tentu berkait- (gracht) untuk meningkatkan ketiga fungsi an erat dengan pemukiman. Lingkungan tersebut di atas. Peranan dan fungsi parit alam mempunyai pengaruh yang cukup be- yang semakin besar dapat menarik pendu- sar terhadap pola pemukiman penduduk. duk Pontianak untuk mulai mengembang- Permukaan tanah yang relatif landai, pola kan pemukiman ke arah parit-parit tersebut. aliran sungai yang tidak teratur, dan hutan Pada mulanya bersifat memanjang dan me- yang lebat memberikan kecenderungan ngelompok sesuai dengan kemudahan penduduk memanfaatkan sungai-sungai se- yang tersedia oleh alam, artinya bahwa pe- bagai prasarana lalu lintas utama. Sungai milihan lokasi pemukiman tidak disertai Kapuas dan Sungai Landak merupakan dengan usaha penaklukan alam lebih da- main road yang menghubungkan wilayah hulu. Dengan demikian, lokasi pemukiman Kerajaan Pontianak dengan daerah hinter- berpola mengelompok padat dan meman- land dan ke arah hilir sungai yang menghu- jang mengikuti alur sungai-sungai. Pola ini bungkan wilayah tersebut dengan daerah- juga terdapat pada pengembangan pemu- daerah lain. kiman penduduk di daerah alur Sungai Jawi Dilihat dari letak geografisnya, pemu- dan Parit Besar. kiman ini merupakan salah satu mata rantai Perkembangan pemukiman yang me- dari pola pemukiman dendritic. Menurut ngelompok padat dan memanjang mengi- Bennet Bronson, pemukiman semacam ini kuti aliran sungai ini disebut sebagai per- banyak dijumpai pada aliran-aliran sungai kembangan kota organik, yaitu yang ber- yang bercabang-cabang sehingga disebut kembang dengan sendirinya karena adanya istilah dendritic karena gambar pola per- suatu aktivitas tertentu dan bukan hasil dari hubungan antarpemukiman mirip dengan perencanaan pihak penguasa.23 Perkem- sebatang pohon yang semakin tinggi sema- bangan pemukiman di wilayah Verkende- kin bercabang hingga beranting, dan di paal sebagai pusat administrasi kota/per- daerah muara sungai akan ditemui pusat kantoran gubernemen dan pemukiman me- perdagangan. Barang-barang komoditi ini rupakan sisi perkembangan kota yang te- disalurkan melalui pemukiman daerah hulu 70 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 Hasanuddin dan Budi Kristanto, Proses Terbentuknya Heterogenitas Etnis rencana karena sesuai dengan keinginan kantoran dan pemukiman di seberang se- penguasa Belanda. latan Sungai Kapuas. Pemberian ini dikenal Keraton sebagai pusat kota tradisional dengan nama Tanah Seribu atau Verken- didiami oleh sultan dan para keluarganya. depaal yang meliputi areal seluas seribu Kemudian di luar keraton terdekat bermukin kali seribu meter persegi. Daerah ini meru- para kerabat istana, sedangkan di luar pakan inti perkembangan daerah adminis- pemukiman kaum kerabat keraton terdapat trasi kota yang kemudian menarik orang- keluarga para hulubalang atau pembantu orang Cina untuk menetap dan mengem- kerajaan, dan ini terdiri atas orang Bugis bangkannya sebagai daerah perdagangan dan Arab. Kaum kerabat keraton dan hulu- (sekarang menjadi kawasan Jalan Gajah balang tinggal di Kampung Bugis, Kampung Mada) karena telah terbukanya pusat pe- Arab, dan Kampung Banjar. Di luar pe- mukiman dan perkantoran gubernemen mukiman para hulubalang adalah Kampung yang merupakan awal dari perluasan keku- Tambelan. Nama ini sesuai dengan asal asaan Kolonial Belanda di daerah ini.26 Panglima Abdul Rani, salah seorang utusan Sejak didirikannya pusat pemerintahan dari Kerajaan Riau yang ingin menyerang di bagian selatan Sungai Kapuas (sekarang Kerajaan Pontianak, tetapi dapat dikalah- Kantor Walikota Pontianak) dan di dekatnya kan oleh sultan. Atas kebijakan sultan, ia di- didirikan pula benteng kecil pertahanan beri izin untuk membuka kampung tersebut. yang dinamakan Fort Du Bus (sekarang ka- Wilayah sebelah Utara Sungai Kapuas wasan perdagangan dan pertokoan Nusa dikembangkan orang-orang Cina pada ta- Indah), orang Eropa dan pejabat pemerin- hun 1772 oleh Lo Fong bersama dengan tahan Belanda menetap di kawasan ter- seratus orang pengikutnya yang berimigrasi sebut dan di depannya dibangun sebuah dari Provinsi Kanton dan mendarat di Kam- pelabuhan Sungai Kapuas. Wilayah pemu- pung Siantan. Walaupun Lo Fong kemudian kiman orang Eropa, terutama Belanda, ini meninggalkan Pontianak menuju daerah mencakup ke timur sampai selatan (Parit Mandor. Ia membuka pemukiman baru de- Besar sekarang), dan ke selatan (sebatas ngan mendirikan kongsi, tetapi pengaruh- Jalan Merdeka sekarang). Kelompok orang nya telah tertanam dan menjadi anutan bagi Eropa ini mulai berkembang terutama sete- Cina yang bermukim di Pontianak.24 Dapat lah tahun 1840, demikian pula daerah sela- dikatakan bahwa Lo Fong merupakan pe- tan tepi Sungai Kapuas karena semakin rintis pemukiman orang Cina di Pontianak. banyaknya orang Eropa yang menetap, Hal ini kemudian menjadi dasar kebijakan baik menjadi pegawai, militer maupun pe- sultan untuk menentukan wilayah pemukim- dagang. Untuk keperluan itu, mereka men- an orang Cina di Pontianak, yaitu di sebe- dirikan pabrik minyak kelapa, gereja pada lah utara keraton. tahun 1893, sekolah-sekolah Belanda Sultan juga menetapkan kebijakan bah- H.I.S., H.C.S., dan sebagainya. Tepi kiri Su- wa orang Dayak diberi kebebasan mendiri- ngai Kapuas merupakan daerah perda- kan daerah pemukiman di sebelah utara gangan orang Cina dan ramai dikunjungi keraton, yang letaknya di daerah sepanjang kapal api, perahu, dan sampan. Sepanjang Sungai Ambawang. Hal ini didasari oleh kanan Sungai Kapuas dan Sungai Landak pertimbangan bahwa daerah tersebut ma- banyak dihuni orang Cina yang bermata- sih memungkinkan bagi orang Dayak untuk pencaharian sebagai tukang kayu dan pem- mengembangkan sistem pertanian ladang buat perahu.27 berpindah. Kebijakan penetapan pemukiman ke- Perkembangan pemukiman dimulai de- lompok-kelompok etnis yang berbeda ini ngan adanya pengakuan pemerintah Kom- merupakan strategi pengelolaan area boun- peni Hindia Belanda pada tahun 1773, dary dan cultural boundary antarkelompok kemudian pada tanggal 5 Juli 1779 Sultan suku dan berkaitan juga dengan pembagian Pontianak telah mengadakan perjanjian de- lapangan pekerjaan sehingga dapat men- ngan VOC yang bertujuan untuk mengatur cegah pertikaian atau konflik antaretnis. dan mempertahankan negeri ini secara bersama-sama,25 dan kemudian diberi tem- 4. Kelompok-Kelompok Sosial pat oleh Sultan Pontianak membangun per- 71 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 HUMANIORA Volume XIII No. 1 Februari ■ 2001 Halaman 64 - 81 Berbagai kategori pengelompokan so- kira berlangsung selama seribu tahun an- sial timbul berdasarkan ras, agama, dan et- tara tahun 3000-1500 sebelum Masehi.31 nisitas yang seringkali saling tumpang tindih Dapat diperkirakan bahwa penduduk dan paralel. Hal ini mengakibatkan semakin Yunnan pada masa itu mengadakan perpin- dipertegasnya batas-batas solidaritas dan dahan untuk mencari tempat yang dianggap pengelompokan. Pengelompokan sosial paling dapat memberikan peluang kebe- berdasarkan suku meliputi pertama, komu- basan bergerak untuk mencari makanan, nitas suku Dayak yang merupakan kelom- khususnya berladang dan berburu. Kemu- pok kekerabatan yang tinggal di daerah pe- dian berlangsung lagi sekitar lima ratus dalaman; kedua, komunitas Melayu, Bugis, tahun sebelum Masehi dari daratan Asia ke dan Arab; serta ketiga, imigran Cina yang pulau-pulau Indonesia. Kelompok-kelompok bermukim di daerah pesisir. Komunitas su- ini dinamai Deutro-Melayu yang mendiami ku Dayak merupakan sebuah komunitas daerah pesisir pantai.32 Jika dilihat dari ke- yang tertutup dan lebih menonjolkan kesa- terangan di atas perbedaan antara kelom- maan dan kesatuan sosio-kultural. Komuni- pok Proto-Melayu dan Deutro-Melayu dapat tas Melayu, Bugis, dan Arab adalah penga- dilihat berdasarkan wilayah yang didiami- nut agama Islam yang lebih menekankan nya, yakni daerah pedalaman dihuni oleh aspek sosio-historis sebagai kelompok ke- kelompok Proto-Melayu dan daerah pesisir las penguasa, sedangkan komunitas Cina pantai didiami oleh para imigran Deutro- lebih merupakan satu kesatuan sosio-eko- Melayu. nomi.28 Ch.F.H. Duman menyatakan pula bah- Menurut keterangan Veth dan Duman, wa orang Dayak pada mulanya mendiami orang Dayak merupakan penduduk asli daerah-daerah tepi Sungai Kapuas dan Pulau Kalimantan.29 Jan B. Ave menam- Laut Kalimantan. Kedatangan orang Melayu bahkan pula bahwa selain orang Dayak, Sumatera dan Semenanjung Malaka me- orang Punan juga termasuk penduduk asli ngakibatkan pergeseran pemukiman orang Pulau Kalimantan. Orang Punan disebutnya Dayak sampai ke hulu sungai.33 Berkaitan sebagai kelompok penduduk yang menyan- dengan itu, Vleming menyatakan bahwa darkan hidup mereka pada kegiatan ber- Kalimantan Barat pada mulanya dihuni buru, meramu di hutan, dan menangkap orang Dayak, bagi orang Melayu disebut- ikan di sungai dan danau, sedangkan orang nya sebagai penduduk hulu sungai atau Dayak lebih memusatkan kegiatan pada penduduk pedalaman. Mereka hidup ber- bidang pertanian, utamanya menanam pa- kelompok dengan jumlah sekitar seratus di.30 Suku bangsa ini merupakan keturunan orang. Mata pencaharian mereka adalah dari para imigran yang berasal dari wilayah mengumpulkan hasil-hasil hutan, beternak yang kini disebut Yunnan di daerah Cina babi, menanam padi, dan menangkap ikan Selatan. Dari tempat tersebut kelompok- dengan cara sederhana. Sistem perekono- kelompok kecil mengembara melalui Indo- miannya sangat sederhana. Perdagangan Cina ke Jazirah Malaysia yang menjadi dilakukan dengan cara tukar-menukar hasil batu loncatan untuk memasuki pulau-pulau hutan dengan barang keperluan hidupnya, di Indonesia. Imigran dari Yunnan yang da- terutama kebutuhan garam.34 tang secara bergelombang dengan kelom- Orang Dayak hidup mengelompok da- pok pertama adalah kelompok Negrid dan lam unit-unit kecil, yang merupakan satu Weddid, yang sampai sekarang sudah tidak kesatuan sosial ekonomi. Setiap kelompok ditemukan lagi. Kemudian disusul kelompok orang Dayak menempati dan menguasai yang lebih besar, yaitu kelompok Proto- suatu wilayah yang terdiri atas tempat pe- Melayu yang masa perpindahannya kira- mukiman dan hutan sebagai tempat mereka mengumpulkan hasil hutan serta areal ber- 72 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001 Hasanuddin dan Budi Kristanto, Proses Terbentuknya Heterogenitas Etnis cocok tanam ladang berpindah. Dalam ko- mereka semakin berkurang. Dengan demi- munitas suku Dayak kepemimpinan dipe- kian, suku Melayu dapat memiliki kapasitas gang oleh para demang yang menjadi pe- sebagai "pribumi asli" yang sama kedu- jabat penghubung antara orang Dayak de- dukannya dengan suku Dayak. Dalam hal ngan sultan. Para demang dibantu oleh ke- ini, dapat diambil kesimpulan sementara pala kampung yang disebut pasirah. Dalam bahwa penduduk yang bertetangga, se- situasi perang diadakan pemilihan para pe- rumpun, dan mempunyai latar belakang mimpin yang biasa disebut singa atau ma- yang sama dapat menjadi berbeda secara can.35 mendasar apabila memasuki kelompok ma- Proses terbentuknya suku Melayu men- syarakat berdasarkan agama yang dianut- jadi salah satu suku pribumi (asli) di daerah nya. Kalimantan Barat ini diawali dengan adanya Suku Dayak yang sudah masuk Islam penyebaran agama Islam yang dibawa oleh atau masuk Melayu cenderung menyang- orang Melayu dari Semenanjung Malaka kali leluhurnya sebagai suku Dayak, ka- dan Sumatera, kemudian disusul orang dang-kadang mereka langsung berhubung- Arab, Bugis, Semit, Saud, India, dan Pakis- an dengan bangsa Arab yang dapat mem- tan.36 Daerah penyebaran agama Islam dia- pertebal identitas dirinya sebagai suku Me- wali dengan melalui aliran Sungai Sambas layu. Dengan menjadi orang Melayu, pada yang juga merupakan pusat Kerajaan Sam- umumnya mereka menganggap dirinya su- bas, kemudian menyebar ke Singkawang, dah melakukan mobilisasi sosial vertikal Mempawah, dan Pontianak dengan me- dari status yang rendah (suku Dayak) me- nyusuri Sungai Kapuas. Selanjutnya pe- ningkat menjadi suku Melayu atau sebagai nyebaran dilakukan melalui Sungai Landak orang muslim.40 Veth menambahkan peme- masuk ke daerah Tayan, Sintang, dan Na- luk agama Islam berjumlah 300.000 jiwa nga Pinoh. Dari daerah Sintang penduduk dan yang terbanyak adalah orang Melayu, menyusuri Sungai Kapuas sampai ke dae- Bugis, Jawa, dan Arab. Mereka bertempat rah Putussibau. Penyebaran ini berlang- tinggal di daerah pesisir pantai, terutama di sung sekitar tahun 1550-1800.37 muara-muara sungai.41 Hal ini didasari Sebagian suku bangsa di pedalaman karena pada umumnya identitas penduduk Kalimantan Barat yang telah menganut yang bermukim di kerajaan-kerajaan Kali- ajaran agama Islam secara spontan berga- mantan Barat, khususnya di Kerajaan Pon- bung dalam suku Melayu. Di daerah pemu- tianak adalah suku Melayu, sebagai kelom- kiman hulu sungai besar, seperti Sungai pok masyarakat yang paling terpandang Kapuas, Sungai Landak, dan Sungai Sam- dalam tingkatan status sosial. Sebagian bas, orang Dayak yang baru menganut besar suku Melayu mendiami sepanjang agama Islam secara langsung mengikuti Sungai Kapuas dan Sungai Landak, di sam- pola hidup suku Melayu. Proses ini bagi ping itu menghuni daerah di sepanjang orang-orang Kalimantan Barat nonMelayu pantai (dataran rendah). dikenal sebagai proses masuk Melayu atau Veth juga menggambarkan pendatang proses turun Melayu.38 Hal ini juga dinyata- Melayu sebagai para pemukim yang tinggal kan Vleming bahwa agama Islam umumnya di pesisir, tepi atau muara-muara sungai. dianut suku Melayu, sedangkan kepercaya- Mereka berasal dari Johor, Riau, dan darat- an animisme dianut oleh suku Dayak. an Sumatera. Koloni atau pangkalan mere- Dalam Ensiklopedia Hindia Belanda dikata- ka akhirnya berkembang menjadi pusat- kan bahwa suku Dayak yang telah menga- pusat kerajaan. Kedudukan mereka di pe- nut agama Islam meninggalkan atau mele- sisir dan muara-muara sungai menjadi pas identitas dirinya dan menjadi suku sumber supremasi Melayu di atas Dayak. Melayu, dari gambaran ini terlihat dengan Letaknya yang strategis karena dekat ke jelas bahwa selain telah terjadi proses Is- Malaka, Selat Malaka, Laut Cina Selatan, lamisasi di daratan Kalimantan Barat, khu- dan Singapura, menguntungkan profesi da- susnya orang Dayak, juga terjadi semacam gang Melayu. Kedudukan inilah yang mem- proses Melayunisasi terutama terhadap berikan keunggulan Melayu sehingga ham- suku Dayak nonmuslim.39 Akibat langsung pir seluruh kerajaan pedalaman tergantung dari proses tersebut mengakibatkan jumlah 73 Humaniora Volume XIII, No. 1 Februari ■ 2001
Description: