PROFIL IST MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS “YY” Shanty Sudarji Akira Michael Yeong Stefanus Reinhard ABSTRACT Human intelligence is an abstract thing. Intelligence can be measured in many ways, one of which is to use an intelligence test. Intelligenz Structure Test (IST) is a test instrument used in clinical psychology and educational settings to measure one's intelligence capacity. IST was created by Amthauer and has been tested in a variety of research settings. The subjects in the study totaled 71 students consisted of students of 2008 through 2011 are active in the period 2011-2012 semester. This type of research is quantitative descriptive. The results showed that the intelligence capacity of students of “YY” University Psychology is at the level of average intelligence scores (IQ) = 97 (IST scale). The most prominent feature is the ability of catching the essence or meaning or understanding expressed in the language, the language of inductive thinking, the ability to explore the feelings or empathy. Thought patterns and ways of thinking are found to be flexible and verbal theoretical. Key words: Intelligenz Structure Test (IST), picture profiles based on the IST, Student of Psychological Program A. LATAR BELAKANG Inteligensi merupakan suatu kata dengan makna yang sangat abstrak. Inteligensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang inteligensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. David Wechsler (1958) mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Sementara itu, Amthauer (1953) 40 mendifinisikan inteligensi sebagai suatu struktur tersendiri, didalam keseluruhannya struktur kepribadian seorang manusia. Inteligensi merupakan suatu keseluruhan terstruktur yang terdiri dari kemampuan-kemampuan jiwa dan rohani, yang berfungsi sedemikian rupa sehingga memberikan kemampuan bagi manusia, untuk bertindak sebagai pelaksana dalam dunianya. Intelligenz Structure Test (IST) merupakan salah satu tes inteligensi. IST dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. IST diadaptasi oleh Universitas Padjajaran, Bandung, untuk penggunaan di Indonesia. Tes ini dikonstruksikan untuk subjek dengan rentang usia 14 tahun sampai 60 tahun, setelah melalui uji coba kurang lebih 4000 orang. Tes IST dapat memberikan gambaran mengenai kemampuan dasar seseorang, segi-segi kekuatan dan kelemahan dari berfungsinya inteligensi seseorang. Selain itu melalui IST terlihat pula corak pikir seseorang melalui profil yang tampil. IST termasuk salah satu tes inteligensi yang dapat mengukur kemampuan umum dan khusus. Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan disuatu Universitas swasta di Jakarta ditemukan bahwa mahasiswa di Universitas tersebut memiliki taraf kecerdasan yang tergolong rata-rata dan aspek yang paling menonjol adalah aspek daya ingat. Subyek penelitian cenderung menggunakan daya ingat daripada fungsi-fungsi berpikir yang lebih kompleks dalam menghadapi tugas-tugas dan evaluasi perkuliahan (Zamralita & Setiawati, 1999). Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat apakah akan ditemukan hasil yang sama dengan penelitian sebelumnya ataukah akan didapat hasil yang berbeda pada profil mahasiswa Program Studi Psikologi di Universitas Bunda Mulia. B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran mengenai profil IST mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas “YY”. 41 C. TINJAUAN TEORI 1. Gambaran IST IST merupakan tes kolektif pertama dari Jerman yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer. Tes inteligensi ini merupakan speed test yang artinya pengisian tes dibatasi oleh waktu tertentu. Menurut Amthauer inteligensi adalah suatu struktur dan setiap individu akan mempunyai struktur tertentu. Hipotesa kerja Amthauer menyebutkan kemampuan intelektual menunjukkan suatu struktur tertentu dan struktur tersebut mengikuti suatu hierarki tertentu. Hipotesis kerja tersebut dibuktikan melalui pengalaman empirik, penelitian, dan eksperimen dengan kontrol yang ketat. Keseluruhan tes terdiri dari sembilan subtes yang mengukur faktor khusus yaitu: a. Satzergaenzung (SE), adalah pembentukan pendapat, common sense, penekanan pada berpikir konkrit praktis, sense of reality, kemandirian dalam berpikir. Aspek yang diukur adalah judgement subyek b. Worthauswahl (WA), yakni menangkap inti atau makna pengertian yang disampaikan dalam bahasa, rasa bahasa, berpikir dengan bahasa secara induktif, kepekaan menyelami perasaan, empati. Aspek yang diukur ialah kecepatan subyek dalam menangkap dan menyerap maksud atau inti atau makna maupun isi pokok perintah atau instruksi dan informasi yang disampaikan secara verbal oleh orang lain c. Analogien (AN), yakni kemampuan menghubungkan atau menyusun kombinasi, fleksibilitas alam berpikir, kemampuan menagkap dan mengalihkan hubungan atau keterikatan, kejelasan dan keteraturan logis dalam berpikir, bertentangan dengan cara pemecahan masalah yang bersifat kira-kira. Aspek yang diukur adalah proses berpikir yang mencakup analisis, judgement, dan kesimpulan d. Gemeinsamkeiten (ME), adalah kemampuan mengabstraksikan dengan bahasa, pembentukan pengertian atau pemahaman, berpikir logis dengan bahasa. Aspek yang diukur adalah kemampuan bernalar secara logis 42 e. Merk aufgaben (ME), yakni kemampuan memperhatikan, kemampuan menyimpan atau mengingat kata-kata yang telah dipelajari, daya ingat. Aspek yang diukur adalah memori yang berkaitan dengan perhatian dan konsentrasi f. Rechenaufgaben (RA), berpikir secara praktis dengan berhitung, berpikir matematis dan logis, berpikir runtut dalam membuat kesimpulan, secara umum subtes ini mengukur kemampuan memecahkan masalah praktis dengan berhitung g. Zahlen reihen (ZR), adalah berpikir teoretis dengan berhitung, berpikir induktif dengan angka-angka, kelincahan, fleksibilitas dan kemampuan berpikir dengan mengubah atau menggantikan cara maupun pendekatan, komponen-komponen ritmis atau berirama. Secara umum subtes ini mengukur kemampuan berhitung yang didasarkan pada pendekatan analitis atas informasi aktual dalam bentuk angka, sehingga ditemukan hubungan antara angka-angka tersebut. Dapat juga berpikir lincah, fleksibel dan mudah beralih dari satu cara ke cara yang lain h. Form ashwahl (FA), merupakan kemampuan membayangkan, berpikir visul menyeluruh, komponen-kompunen konstruktif membangun. Secara umum subtes ini mengukur kemampuan imajinasi dan kreativitas subyek yang dibantu kemampuan membayangkan secara menyeluruh i. Wurfel aufgaben (WU), adalah kemampuan membayangkan ruang, komponen-komponen teknis konstruktif, tidak tergantung pada pendidikan konvensional. Subtes ini mengukur kemampuan analitis yang disertai dengan kemampuan membayangkan secara anitisipatif pada perubahan keadaan ruang D. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipakai adalah metode kuantitatif deskriptif, non eksperimental. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Convenience sampling yakni pemilihan sampel sesuai dengan keinginan peneliti (Sekaran, 1992). Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pemberian tes inteligensi menggunakan Intelligenz Structure Test (IST). Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 71 orang mahasiswa Program Studi Psikologi dari angkatan 2008 43 sampai dengan 2011 yang bersedia mengikuti pemeriksaan inteligensi dan sedang tidak ada jadwal kuliah atau jam perkuliahan sudah selesai. Pengumpulan data menggunakan instrumen berupa alat tes IST yang terdiri dari 9 subtes untuk mengetahui taraf kecerdasan atau inteligensi. Alat tes terdiri dari sebuah buku manual untuk masing-masing mahasiswa, selembar kertas jawaban, dan stopwatch yang dipegang dan digunakan oleh tester (peneliti). Mahasiswa dapat mengisi lembar jawaban menggunakan alat tulis berupa pulpen, pensil, ataupun spidol. Pemeriksaan inteligensi dilakukan secara kelompok, dimulai dan diakhiri secara bersama-sama sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan sekitar 100 menit. E. HASIL Berdasarkan hasil penelitian dari total 71 mahasiswa Program Studi Psikologi sebagai sampel penelitian, didapat bahwa kapasitas kecerdasan mahasiswa secara umum berada pada taraf rata-rata dengan skor inteligensi (IQ) = 97 (Skala IST). Tabel 1 Mean Skor Inteligensi (IQ) per angkatan Angkatan Jumlah Mean Skor IQ Skor IQ Sampel maksimum minimum 2008 6 95 101 82 2009 10 97 109 85 2010 17 97 112 79 2011 38 97 124 73 44 Tabel 2 Mean Skor Inteligensi berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Mean Skor IQ Skor IQ Sampel maksimum minimum Laki-laki 25 98 119 73 Perempuan 46 96 124 79 Dalam penelitian ini juga diperoleh data mengenai potensi kecerdasan yang paling menonjol pada mahasiswa serta corak pikir dan cara pikir yang digunakan dalam keseharian, data yang didapatkan dibagi menjadi data keseluruhan atau secara umum, dan data per angkatan yakni angkatan 2008, 2009, 2010, dan 2011 yang dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3 Potensi Kecerdasan, Corak Pikir dan Cara Pikir Mahasiswa Keterangan Jumlah Potensi kecerdasan Corak Cara pikir Sampel berdasarkan subtes pikir Angkatan 2008 6 ME Fleksibel Verbal Teoretis Angkatan 2009 10 ME Fleksibel Verbal Teoretis Angkatan 2010 17 WA Fleksibel Verbal Teoretis Angkatan 2011 38 WA Fleksibel Verbal Teoretis Keseluruhan 71 WA Fleksibel Verbal Teoretis F.PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapasitas kecerdasan mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas “YY” berada pada taraf rata-rata. Dengan kapasitas kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata, memungkinkan mahasiswa untuk menerima dan mengolah informasi ataupun stimulus yang didapat dalam kehidupan sehari-hari tanpa kesulitan yang berarti. Potensi kecerdasan sampel secara keseluruhan yang paling menonjol terlihat dari subtes Wortauswahl (WA), dengan demikian dapat diartikan bahwa pada mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas “YY”, kecerdasan yang 45 paling menonjol berdasarkan hasil IST adalah kemampuan menangkap inti atau makna atau pengertian yang disampaikan dalam bahasa, berpikir dengan bahasa secara induktif, kemampuan menyelami perasaan atau adanya empati, juga mampu menyerap suatu informasi tanpa kesulitan berarti. Pada subtes WA, skor yang diperoleh masih berada pada taraf rata-rata bawah, dengan demikian diartikan bahwa masih ada kemungkinan hambatan dalam menyerap maksud, inti, atupun makna dari perintah, instruksi, atau informasi yang disampaikan secara verbal oleh orang lain jika diberikan dalam bentuk yang terlalu kompleks atau terlalu abstrak. Selain itu, juga ditemukan hasil bahwa pada mahasiswa Program Studi Psikologi angkatan 2008 dan 2009 memiliki kemampuan yang paling menonjol pada subtes Merkaufgaben (ME), dengan demikian dapat diartikan bahwa mereka memiliki daya ingat atau ingatan jangka panjang (longterm memory) yang cenderung baik. Berdasarkan hasil penelitian Bonang dan Tanzil (2008), subtes ME valid dalam mengukur konstruk memori. Pengujian reliabilitas menghasilkan koefisien reliabilitas yang memenuhi syarat reliabilitas alat tes, sehingga dapat dikatakan bahwa subtes ME cukup reliabel dalam mengukur long-term memory seseorang. Corak pikir yang ditemukan pada seluruh sampel adalah fleksibel (flexibilitaet), dengan demikian dapat diartikan bahwa mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Bunda Mulia memiliki corak pikir yang fleksibel, dapat dan mau menerima pengetahuan baru diluar dari pengetahuan yang sudah didapat, dapat berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan serta tidak terpaku pada cara-cara yang konvensional. Sementara itu, pada cara pikir didapati hasil verbal teoretis, yakni suatu kelebihan dalam abstraksi dan kemampuan mengekspresikan atau menyatakannya dalam bahasa baik verbal maupun tulisan. G. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas “YY” memiliki kapasitas kecerdasan yang berada pada taraf rata-rata dengan skor IQ = 97 (skala IST). Secara keseluruhan, 46 kemampuan yang paling menonjol adalah kemampuan menangkap inti atau makna atau pengertian yang disampaikan dalam bahasa, berpikir dengan bahasa secara induktif, kemampuan menyelami perasaan atau adanya empati, juga mampu menyerap suatu informasi tanpa kesulitan berarti. Corak pikir yang ditemukan adalah fleksibel, yang berarti dapat menerima pengetahuan baru diluar dari pengetahuan yang sudah didapat, dapat berpikir kreatif dalam menyelesaikan suatu permasalahan serta tidak terpaku pada cara- cara yang konvensional. Sementara itu, cara pikir yang ditemukan pada seluruh sampel adalah verbal teoretis, dengan demikian dapat diartikan memiliki kelebihan dalam daya abstraksi dan kemampuan mengekspresikan atau menyatakannya dalam bahasa baik verbal maupun tulisan. H. SARAN Peningkatan potensi diri mahasiswa terkait dengan inteligensi tidak lepas dari usaha yang dilakukan oleh mahasiswa pribadi maupun dari pihak universitas. Pihak universitas dapat mengadakan berbagai kegiatan yang menunjang bagi mahasiswa, misalnya bedah buku, jurnal ataupun karya ilmiah lainnya, mengikuti lomba karya ilmiah, dan sebagainya yang dapat menunjang atau membantu mahasiswa mengoptimalkan potensi dirinya. Bagi penelitian selanjutnya, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai metode belajar mengajar yang sesuai bagi mahasiswa dengan kapasitas kecerdasan seperti yang telah diuraikan dalam penelitian ini. Metode mengajar yang diberikan dapat disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki oleh mahasiswa, ataupun dilakukan setingkat lebih tinggi agar kemampuan mereka lebih terasah dan dapat dioptimalkan. DAFTAR PUSTAKA Anastasi, A., Urbina, S. 1997. Psychological testing. (7th ed). Upper Saddle River, NJ: Prentice-Hall, Inc. 47 Cohen, J. C., Swerdlik, M. E. 2005. Psychological testing and assestment. An introduction to test and measurement. United States: McGraw Hill International Edition Intelligenz Structure Test. 2003. Diterbitkan oleh Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran. Bandung: Universitas Padjajaran. Kornilova, T. V., Kornilov, S. A. 2010. The use of foreign psychodiagnostic inventories in differing methodological contexts. Journal of American Psychological Association. Nazir. 2005.Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Rahmadani, A. 2011. Inteligensi. www.worldpress.com Sattler, J. M. 2002. Assesstment of Children. Behavioral and clinical applications. NY: Sattler Publisher. Sekaran, U. (2006). Research methods for business. Jakarta: Salemba Empat. Zamralita & Setiawati, M. (1999). Profil IST mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara di Jakarta. Jurnal Phronesis, VOL.1 NO.2 Desember 1999, hal 73-80. Jakarta: Universitas Tarumanagara. Tanzil, E., Bonang. (2008). Uji Aspek-Aspek Psikometrik Subtes Merkaufgaben dari Baterai Intelligenz Struktur Test. Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya 48 THE INFLUENCE OF INDIVIDUALIST AND COLLECTIVIST CULTURES ON INDIVIDUAL’S DECISION MAKING Devi Jatmika ABSTRAK Artikel ini bertujuan untuk mengembangkan pemahaman tentang pengaruh individualisme-kolektivisme budaya pada gaya pengambilank keputusan individu. Tinjauan berbagai literature teori tentang dasar budaya, penelitian dan studi empiris dalam individualistis-kolektif budaya dan hubungannya dengan pengambilan keputusan dalam konteks gaya manajerial telah dilakukan. Namun, fokus dari studi yang meneliti bagaimana budaya individualis-kolektivis telah mempengaruhi gaya pengambilan keputusan masih minimum. Pemahaman dari pengetahua dan penelitian yang telah dikaji disesuaikan untuk dapat menerapkan pengetahuan di area industry dan organisasi. Keywords : Budaya, Budaya individualistis-kolektif, Gaya pengambilan keputusan. A. BACKGROUND People are difference with others in their cognitive process, behavior, and affection (feeling) as response of situations. The root of individual differences in their response is supported by heredity factor that influences one‟s attitude and environment factor such as social interaction and life experience (Hofstede, 1976). Many studies in recent decades have been conducted not only in cognitive side of decision making process, but also study about the role of cultural factors that involve in decision making. Family, friends, and society which are part of someone‟s life experience may influence values in how they perceive the situation and in making decision (Guss, 2002). First of all it is important to know what culture is before we step into the variability of people behavior across culture around the world. Culture is defined as “the collective programming of the mind which distinguishes the members of one category of people from those of another” (Hofstede, 1984, p.389). Culture is learned, because human was not born with the culture (Kimmel, 2006). It is a process of learning and shaped 49
Description: