Modul 06 ADAB HARIAN MUSLIM Uril Bahruddin Universitas Brawijaya / UIN Malang 1. Ikhtisar Modul Berbicara Berpakaian Pribadi Bertamu Makan Minum Menuntut Ilmu Baca Al Quran Masuk/keluar Masjid Berdoa Adab Harian Tidur Terhadap Orang Tua Guru/Dosen Orang Lain Suami/Istri Tetangga 2. Tujuan dan Target Capaian - Mahasiswa memahami konsekwensi bersyahadat bahwa “Muhammad adadalah Rasulullah” dengan meneladani perilaku baginda Rasulullah dalam perilaku kesehariannya. - Mahasiswa memahami konsep dan hakekat adab-adab harian dalam Islam yang meliputi adab-adab untuk diterapkan secara pribadi dalam kesehariannya dan adab-adab yang ada kaitannya dengan orang lain. - Mahasiswa memiliki memiliki semangat dan komitmen untuk melakukan adab-adab harian tersebut 131 3. Pendahuluan Diantar konsekwensi bagian syahadat yang kedua yaitu syahadat “rasul” adalah bahwa kita sebagai muslim harus menjadikan Rasulullah Muhammad saw sebagai tauladan dalam kehidupan kita, termasuk dalam kehidupan sehari-hari setiap muslim harus berusaha semaksilah mungkin meniru etika dan perilaku yang telah dicontohkan oleh beliau. Secara umum dalam modul ini akan dipaparkan dua jenis adab atau etika, pertama: adab-adab seorang muslim yang terkait dengan dirinya secara pribadi seperti adab berbicara, berpakaian, bertamu, makan, minum, dan kedua: adab-adab yang terkait dengan orang lain seperti terhadap orang tua, guru tetangga dan lain- lain. 4. Isi materi : a. Adab-adab pribadi muslim : i. Adab berbicara ii. Adab berpakaian iii. Adab bertamu iv. Adab makan dan minum v. Adab menuntut ilmu vi. Adab membaca Al Quran vii. Adab masuk dan keluar masjid viii. Adab berdoa ix. Adab tidur b. Adab-adab terhadap orang lain : i. Adab terhadap orang tua ii. Adap terhadap guru iii. Adab terhadap suami/istri iv. Adab terhadap tetangga 5. Penugasan: a. Individu i. Setiap mahasiswa mencatat adab-adab harian muslim yang belum pernah atau jarang dilakukan. ii. Selama satu pekan mendatang berusaha untuk mempraktekkan dalam kesehariannya. iii. Menuangkan kesan-kesan pribadi setelah mempraktekkan adab-adab harian, dikumpulkan kepada pembina pada pekan berikutnya b. Kelompok i. Dari grup ini dibentuk 3 kelompok, masing-masing 5-6 mahasiswa. ii. Ketua kelompok mendata dari anggota kelompoknya adab-adab harian muslim yang belum pernah atau jarang dilakukan. iii. Mendiskusikan kiat-kiat mempraktekkan adab-adab harian untuk diikuti oleh setiap anggota dalam melaksanakan tugas harian. 6. Sistem evaluasi a. Pembina membuat lembar evaluasi sederhana untuk mengevaluasi pencapaian materi. 132 b. Pembina mengevaluasi tugas-tugas baik individu maupun kelompok. c. Pembina memberikan penilaian terhadap tugas-tugas tersebut dan merangkumnya. 133 Bagian Satu : Adab-Adab Pribadi Muslim Pada bagian ini akan dijelaskan sebagian dari adab-adab muslim secara pribadi yaitu Adab berbicara, berpakaian, bertamu, makan dan minum, menuntut ilmu, membaca Al Quran, masuk dan keluar masjid, berdoa dan tidur. Selamat menyimak… (1) Adab Berbicara Setiap ucapan yang keluar dari lisan manusia akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah swt, karena itu setiap muslim harus berusaha menjaga lidahnya dengan memperhatikan adab-adab dalam berbicara diantaranya : A. Isi pembicaraan adalah kebaikan : Firman Allah : “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan pembicaraan rahasia mereka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Barang siapa berbuat demikian karena mencari keridaan Allah, maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar”. (QS Al Nisa‟ : 114), Dan Rasulullah saw. bersabda : ا)م س اير خبا اه ر(ا"ا ْ ُ ْ َلِاا َْ ا ًيُلْلآَ ا ْ ُيَُل ْيَُ ا ِلآِا ا ِ ْيَُلا َاِا ِ ا ُ ِ ُْيُ ااَ َا ْ َ" “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam”. (HR Bukhari Muslim) Termasuk berbicaya yang baik adalah menghindari mengucapkan yang bathil, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw : “Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan satu kata yang diridhai Allah yang ia tidak mengira yang akan mendapatkan demikian sehingga dicatat oleh Allah keridhoan-Nya bagi orang tersebut sampai nanti hari Kiamat. Dan seorang lelaki mengucapkan satu kata yang dimurkai Allah yang tidak dikiranya akan demikian, maka Allah mencatatnya yang demikian itu sampai hari Kiamat”. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah) Termasuk berbicara yang baik adalah menjauhi kata-kata keji, mencela, melaknat, berdasarkan sabda Rasulullah saw : )ي ترا اه ر(ا"َا يْ َِ اَو َا َ اِ َ اَو اا ّ َااَو اا ّ َ ِ ا ُ ِ ا ا َ لَْا" “Bukanlah seorang mu‟min jika suka mencela, mela‟nat dan berkata-kata keji”. (HR Tirmidzi) Termasuk berbicara yang baik adalah menghindari menceritakan aib orang dan saling memanggil dengan panggilan yang buruk, berdasarkan firman Allah : “Hai orang-orang yang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain 134 (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang lalim”. (QS. al-Hujurat : 11) Dan sabda Rasulullah saw. : “Jika seorang menceritakan suatu hal padamu lalu ia pergi, maka ceritanya itu menjadi amanah bagimu untuk menjaganya”. (HR Abu Daud dan Tirmidzi) B. Berusaha untuk berbicara yang jelas dan ringkas : Sebagaimana hadis dari Rasulullah saw. : “Bahwasanya perkataan Rasulullah saw. itu selalu jelas sehingga bisa difahami oleh semua yang mendengar”. (HR Abu Daud) Berbicara juga diusahakan yang ringkas dan tidak bertele-tele, berdasarkan sabda Rasulullah saw. : اا الَ ْسُرَا َ ا:ا ا َقا"ا ْ ُهِلْفَيَُتا اا ُْيُقديشَ َتا اا رُ ث َّْيُثا ا،ةِ َ َل ِا ا َ َْيُ انِّي ِامْ ُدَ َيُْ َ َا،لَََِّإامْكُ ضَ َغيُْ َ ااَّإ" )ي ترا اه ر(ا"ا ْ ُيُيبكَ َتا ا:الَ َقانا ْ ُهِلْفَيَُتا ا ا"ا قدشُتا " ا"ا رُ ث ثا "ا َن ِْ عَادَْق “Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku nanti di hari Kiamat ialah orang yang banyak omong dan berlagak dalam berbicara.” Maka dikatakan: Wahai Rasulullah kami telah mengetahui arti ats-tsartsarun dan mutasyaddiqun, lalu apa makna al-mutafayhiqun? Maka jawab nabi saw.: “Orang- orang yang sombong.” (HR Tirmidzi) C. Berusaha menekankan kata-kata yang penting saat diperlukan : Diriwayatkan dari Anas ra bahwa : اُ ااَ َ "ا هنعاوَّ ا ايضراةشئ عاث دا ا" ُاونعَامهَفُْيُ ا َّاَ اً ث َثا ىا عَ اةٍ َِ كِ امّ كََ ا َ ِإااَ " )ير خبا اه ر(ا"ُاوُ َسْ َ ا َا لُّ ُاُو ُهَفْ ا ْ َ اً َامَّ سَ اوِلَْ عَاُا ا ّ َ اوَّ ا ال سر “Nabi saw. jika berbicara maka beliau mengulanginya 3 kali sehingga semua yang mendengarkannya menjadi faham”, dan riwayat dari „Aisyah ra. : “Bahwa ucapan Rasulullah adalah ucapan yang jelas sehingga dapat difahami oleh pendengarnya ”. (HR Bukhari) D. Berusaha menghindari perdebatan yang tidak diperlukan : Rasulullah saw. bersabda : )ي ترا ادحم اه ر(ا"لدََلج ا ُْيُ ُْ اَّوِإاوِلَْ عَا ُن َاىدًىُادَ َْيُ اٌ ْيَُقا َّ ضَ ا َ" “Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapatkan hidayah untuk mereka, melainkan karena terlalu banyak berdebat.” (HR Ahmad dan Tirmidzi) E. Berusaha menghindari banyak canda : Berdasarkan sabda Rasulullah saw. : 135 اُونْعَا ضَ َْيُ اَواوِلَْ عَا َبِِاَا اطُ خِ سْ ُليَُ اُوَ حَ ْ َ ا َبِِاكُ حَ ضْ َ اةِ َِ كَ ْا ِ امَُّ كَ َتَيُ امْكُ نْ ِاٌ جُرَا سَ عَا ْ ىَاَوَ " ِ )ير خبا اه ر(ا "ارَ َّنا اُوَ لآدُْ ا َّاَ “Ingatlah, bisa jadi ada diantara kalian seorang yang dapat membuat orang lain tertawa karena perkataannya, namun membuat Allah marah dan tidah ridho, hingga dimasukkan ke dalam neraka”. (HR Bukhari) F. Berusaha menghindari perkataan dusta : Berdasarkan sabda Rasulullah saw. : ا)ولَْ عَا فَيَُّت ُ(ا"ااَ لآَ ا َِ ُاْ ا َ إ َا، َ َ لآْ َ ادَعَ َا َ ِإ َا، َ َّ َا َ دَّاَ ا َ ِإا ٌ َ َثا ِِ َنا اُةَ " “Tanda-tanda munafik itu ada 3, jika ia bicara berdusta, jika ia berjanji mengingkari dan jika diberi amanah ia khianat”. (Muttafaq „Alaih) G. Berusaha menghindari ghibah dan perkataan yang memicu adu domba : Berdasarkan sabda Rasulullah saw. : ِ ِ ِ اا ااَ َبعا ُن ْ ُ ا، ضً َْيُ امْكُ ضُ َْيُ ابْ َتغَْيُ َاو َا، َُيُ دََ َو َا، ضُ اَ َبيَُ َو َا، ْشُ جَ َنيَُ اَو َا، ْدُسَ َ َاو" ا)م س اه ر(ا." ن لآِإ ً َْ “Janganlah kalian saling mendengki, dan janganlah kalian saling berkata-kata keji, dan janganlah kalian saling membenci, dan janganlah kalian saling menghindari, dan janganlah kalian saling meng-ghibbah satu dengan yang lain, dan jadilah hamba- hamba Allah yang bersaudara”. (HR Muslim) H. Berusaha adil dalam memberikan pujian : Ada seorang yang memuji orang lain di depan orang tersebut, maka nabi berkata: “Celaka kamu, kamu telah mencelakakan saudaramu! Kamu telah mencelakakan saudaramu!” (2 kali), lalu kata beliau : “Jika ada seseorang ingin memuji orang lain di depannya maka katakanlah: Cukuplah si fulan, semoga Allah mencukupkannya, kami tidak mensucikan seorangpun disisi ALLAH, lalu barulah katakan sesuai kenyataannya.” (HR Muttafaq „Alaih) Dan dari Mujahid dari Abu Ma‟mar berkata: Berdiri seseorang memuji seorang pejabat di depan Miqdad bin Aswad secara berlebih-lebihan, maka Miqdad mengambil pasir dan menaburkannya di wajah orang itu, lalu berkata: “Nabi saw. memerintahkan kami untuk menaburkan pasir di wajah orang yang gemar memuji”. (HR Muslim) (2) Adab Berpakaian Pakaian adalah identitas manusia, bagi seorang muslim pakaian merupakan identitas keislamannya, karena itulah Allah swt. secara khusus telah menyebutkan beberapa ayat al Quran yang berbicara secara spesifik terkait dengan masalah pakaian. Diantaranya adalah firman Allah: "Hai anak Adam, Sesungguhnya kami Telah menurunkan kepada kalian Pakaian untuk menutup aurat kalian dan Pakaian indah untuk perhiasan. dan Pakaian takwa 136 Itulah yang paling baik. yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, Mudah-mudahan mereka selalu ingat". (QS. Al A'raaf : 26) Dalam ayat tersebut, pakaian menurut Allah bukan hanya sekedar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia sebagaimana kebutuhan lainnya, namun lebih dari itu berpakaian bagi seorang muslim adalah termasuk bentuk ibadah dan bukti ketaatan kepada Allah swt., oleh karena itu pakaian yang paling baik adalah pakaian yang dapat mengidentitaskan ketakwaan seseorang. Dalam ayat lain Allah berfirman : "Hai anak Adam, pakailah pakaian kalian yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A'raaf : 31) Dalam ayat tersebut Allah swt. memerintahkan kepada setiap muslim untuk mengenakan pakaian dan menutup aurat saat melaksanakan ibadah shalat dan memilih pakaian yang paling bersih dan rapi, terhindar dari kotoran dan najis. Dalam ayat lain Allah berfirman : "Dan dia jadikan bagi kalian Pakaian yang memelihara kalian dari panas dan Pakaian (baju besi) yang memelihara kalian dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atas kalian, agar kalian berserah diri (kepada- Nya)". (QS. An Nahl : 81) Pada ayat tersebut Allah swt. menyatakan bahwa pakaian adalah salah satu dari nikmat Allah bahkan merupakan kesempurnaan nikmat dari-Nya, karena itu manusia khususnya muslim wajib mensyukuri nikmat tersebut dengan cara mengenakannya dan memakainya dengan baik dan sempurna. Selain ayat-ayat tersebut diatas, Rasulullah saw. juga telah menjelas beberapa etika dan adab-adab berpakaian diantaranya : )يئ سنا اه ر(ا"اةٍَ يُلْ َِاوَ َااٍ َسْ ِإا ِْاَا ْ ِا ْ دَّ َ َ َا ْ َبْا َاا ْ َاْ َا ْ ُ " "Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian namun jangan berlebih- lebihan dan sombong". (HR Al Nasa-i) Diantara adab-adab berpakaian yang akan disebutkan disini adalah : A. Bagi laki-laki tidak diperbolehkan memakai sutra dan emas : ا)م س اير خبا اه ر("اِ َلآِا ا ِْاُوسْ َب َْيُ اْ َ ا َليُْندلُّا ا ِْاُوسَ ِبَاا ْ َاُوَّن َِ ا، َيُْ َِا ا ْسُ َب ْيَُ اوَ" "Janganlah memakai sutra, karena siapa saja yang memakainya didunia, maka diakhirat dia tidak akan memakai-nya lagi". (HR. Bukhori dan Muslim) B. Dianjurkan memakai pakaian yang berwarna putih : )ي ترا ادحم اه ر(ا"امْ ُ َ ْ َا هَيُلِْ ا ْيُُنفي َ َا،بُ َلْ َ ا َا ُهَْ َ ا هََّيُن َِ ااَ َليَُبا ا ْسُ َبْاِإ" "Pakailah pakaian putih, karena dia lebih suci dan lebih bagus. Dan kafanilah mayit kalian dengan kain putih tersebut". (HR. Ahmad dan Tirmidzi) C. Tidak meniru pakaian yang menjadi identitas orang kafir : 137 )ا اا اه ر(ا"امْهُيُنْ ِا َهُيَُ ا ٍ ْ َِ اَوَّبشَ َ ا ْ َ" "Barangsiapa yang meniru-niru (perbuatan) suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka". (HR. Abi Daud) D. Bagi laki-laki tidak diperbolehkan memakai pakaian perempuan dan sebaliknya: ِ ِ )يئ سنا اا اا اه ر (ا"ا ِجُ َّا اَةسَ بُْاا ُ َب ْيَُ اَ َ ْا ا َا َ ْا اَةسَ بُْاا ُ َب َْيُ ا َ جُ َّا اا الُ ْسُرَا َ ََا" َ َ "Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki". (HR. Adu Duad Al-Nasa'i) E. Memulai dari yang kanan dalam berpakaian : )م س اه ر(ا"اِهرِ ْهَُ ا َاوِِ جلُّ َيَُ ا َاوِلَْ َْيُنا ِْاوِي ُاوِِنْ اَ ا ِْا َ لَُّليَُّتا ابُ ُِاِا الُ ْسُرَااَ َ " "Rasulullah saw. menyenangi memakai sesuatu dari bagian kanan dalam setiap perbuatan, baik dalam bersandal, berjalan maupun bersuci". (HR. Muslim) F. Bagi laki-laki tidak isbal atau memanjangkan pakaian melebihi mata kaki lebih-lebih dika disertai dengan kesombongan : )ير خبا اه ر(ا"ارِ َّنا ايْ فَِ ارِ َاِ ا َ ِا ِْيَُب ْكَ ا ا َ ِا َ فَسَْ ا َ" "(Kain) yang melebihi mata kaki tempatnya dineraka". (HR. Bukhori) Dan sabdanya yang lain : )م س اير خبا اه ر(ا" ًَ َ اُهرَ َِإا َّجَ ا ْ َالََِإاةِ َ َل ِا ا َ َْيُ اُا ا ُُظنَْيُ اوَ" "Allah tidak akan melihat orang yang memanjangkan bagian (melebihi mata kaki) karena sombong". (HR. Bukhori dan Muslim) Sedangkan bagi wanita muslimah diperintahkan untuk memanjangkan pakaian hingga menutup kedua kakinya dan mengulurkan jilbab (kerudungnya) hingga menutupi kepala, tengkuk, leher, dan dadanya. Allah swt. Berfirman : "Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al Ahzab: 59) "Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami atau ayah mereka". (QS. Al Nuur: 31) G. Berdo'a disaat berpakaian: "اٍ َُّيُقاوَ َانِّْي ِالٍ ْاَ ا ِْاَا ْ ِاوِلِْنَق َرَ َا)ا َ َّْيُثا (ا َىَاْنِِ سَ َايْ َِّا اِاادُ َْا " 138 "Segala puji bagi Allah yang menganugerahkan pakaian ini kepadaku sebagai rizeki-Nya, tanpa daya dan kekuatan dariku". (3) Adab Bertamu Islam sebagai agama yang sempurna sangat perhatian dengan tertatanya seluruh sisi kehidupan manusia, di dalamnya termasuk tata cara bertamu. Berikut ini adab-adab bertamu menurut Islam. A. Mengucapkan Salam Allah swt. berfirman : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS.An- Nur ayat 27). B. Mengucapkan Salam Tiga Kali Bila salam belum terdengar ulangi kembali hingga tiga kali. Tentunya, dengan rentang waktu yang tidak terlalu rapat. Abu Musa berkata: "Saya mendengar Rasulullah bersabda: "Minta idzin itu hanya tiga kali, bila diizinkan (silahkan masuk) dan bila tidak diizinkan pulanglah kembali." (HR Muslim). C. Meminta Izin Masuk Langsung masuk ke rumah orang lain tanpa izin bukanlah kebiasaan terpuji. Dengan minta izin berarti sang tamu memberi kesempatan tuan rumah berbenah diri lalu menyambutnya. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian memasuki rumah yang bukan rumah kalian sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya." (QS. Al Nur: 27) Apabila tidak diizinkan, maka tamu harus kembali pulang, Allah berfirman : “Dan jika dikatakan kepadamu.„Kembali (saja) lah. „Maka hendaklah k.amu kembali.” (QS. Al Nur : 28).” D. Membelakangi Pintu Janganlah berdiri menghadap ke dalam rumah melalui pintu yang terbuka atau mengintip dari balik jendela, ketika anda mengetuk pintu atau mengucapkan salam. Tapi, berdirilah membelakangi pintu. Hal ini untuk lebih menjaga pandangan dari hal- hal yang tidak diinginkan. Saad berkata: "Seseorang berdiri di depan pintu Rasulullah sambil menghadap ke dalam rumah, ia bermaksud minta izin. Kemudian Rasutullah berkata: “Seharusnya kamu begini atau begitu, sesungguhnya disunahkannya minta izin hanyalah untuk menjaga pandangan.” (HR Abu Dawud) Bila telah diizinkan masuk, jagalah mata dan hal-hal yang tidak boleh dilihat. Jangan biarkan mengikuti nafsu penasaran yang serba ingan tahu dan menyelidiki sekitar. E. Bertamu Tidak Lebih dan Tiga Hari 139 Boleh saja seorang tamu menginap, namun sebaiknya tidak melebihi tiga hari. cukuplah kiranya tiga hari untuk melayani sang tamu. Rasulullah bersabda : “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” Kewajiban menenima tamu selama tiga hari bila lebih dan itu maka ini adalah shadaqah.” (HR Bukhari Muslim). F. Bersikap Tawadlu Hal ini, sudah menjadi hal biasa, bahwa siapapun yang menjadi tuan rumah tentu ia tidak ingin melihat tamunya berlaku tidak sopan. (4) Adab Makan dan Minum Bagi orang Islam, hal-hal yang mubah (boleh) seharusnya diupayakan bisa bernilai ibadah; seperti makan, tidur, olahraga dan lain-lain. Karena itu Islam juga mengatur adab-adab makan dan minum sebagai berikut A. Adab Makan 1. Sebelum makan, kita hendaklah mencuci tangan terlebih dahulu. 2. Membaca basmalah sebelum makan dan hamdalah sesudah makan اِا امِسْ ِ ا ْ ُيَُل ْيَُ اوِِا ََّ ا ِا َ َيَُ اِا امَسْ ا ِ ُ َْ ااَْ ايَ سَِنااْ َِ الََ َيَُ اِا امَسْ ا ِ ُ َْل ْيَُ امْ ُدُاََ ا َ ََ ا َ ِإ" ِ (ا اا اه ر)ا"ُاه َلآَ َاُوَا ََّ “Apabila salah seorang di antara kamu akan makna, hendaklah membaca, Basmalah. Apabila ia lupa pada permulaan makan, hendaklah membaca, Bismillahi awwalahu wa akhirahu”. (HR. Abu Dawud) 3. Makan dengan tangan kanan )ول عا فت (ا"اكَ لِْ َ ا َّ ِا ْ ُ َاكَ ِنلْ َِلِ ا ْ ُ َاَا اميسَ " Bacalah basmalah (jika akan makan /minum), makanlah dengan tangan kananmu, dan ambillah makanan yang terdekat. (HR. Bukhari dan Muslim) 3. Mengambil makanan yang terdekat. 4. Makan tidak berlebihan. 5. Makan harus sambil duduk. ِ ِ ِ ِ )م س اه ر(ائْ َتسْ َل ْيَُ ايَ سَنا ْ ََ ا ًئ َقامْكُ نْ ادٌاََ ا ََّ َشْ َ اَو Janganlah ada salah seorang di antara kamu yang minum sambil berdiri. Barang siapa lupa, hendaklah menumpahkan apa yang diminumnya. (HR. Muslim) 6. Makan mulai dari pinggir jangan di tengah )ى ترا اه ر(ا"اوِ ِ سَ َا ْ ِا ُْ ُ ْ َ اَو َاوِلْيَُتيَُ اَ ا ْ ِا ُْ كُ َ ا ِ ََّ ا اطَ سَ َاُ ْ ِنْيَُ اُة َ َيَُبْاَ " 140
Description: