ISSN 2580-0795 J U R N A L LITERASI Teknologi, Informasi, dan Komunikasi 7 1 0 2 ni/ u 1/J si di E Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan V Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat e m Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan u ol 2017 V ISSN 2580-0795 PENGANTAR REDAKSI Jurnal AKRAB Volume V edisi 1/Juni/2017 ini mengangkat tema Literasi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK). Literasi TIK merupakan bagian dari enam literasi dasar dalam membangun budaya literasi masyarakat. Literasi TIK adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan atau jaringan dalam mendefi nisikan, mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, menciptakan, dan mengomunikasikan informasi secara baik dan legal dalam rangka membangun masyarakat berpengetahuan. Fokus tema kita kali ini adalah bagaimana pentingnya peranan TIK dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan, baik keaksaraan dasar maupun keaksaraan lanjutan. Artikel pertama mengangkat tentang diskursus dan disrupsi literasi TIK menuju masyarakat pembelajar. Untuk menuju masyarakat pembelajar perlu sarana dalam membangun budaya literasi masyarakat. Sehingga pada artikel kedua mengangkat tentang peranan TBM berbasis internet untuk memelihara keberaksaraan masyarakat. Dalam hal ini diperlukan strategi dan metode pembelajaran keaksaraan yang kreatif dan inovatif berbasis TIK. Sebagaimana yang tertuang dalam artikel ketiga sampai keenam. Budaya literasi juga akan terbangun melalui komunikasi yang baik. Misalnya dengan menggunakan komik sebagai media komunikasi untuk meningkatkan budaya literasi dalam artikel ketujuh. Selain itu, komunikasi juga berperan penting dalam mengembangkan kewirausahaan masyarakat yang tersaji dalam artikel kedelapan dan kesembilan. Semoga para pembaca dapat mengkaji lebih mendalam rangkaian tulisan tentang keaksaraan dan upaya membangun budaya literasi. Salam Redaksi. 1 Jurnal AKRAB! Volume V Edisi 1/Juni/2017 Dipublikasikan Oleh: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan 114 hlm + foto; 17 x 24 cm ISSN: 2580-0795 Tim Redaksi Penanggung Jawab : Dr. Yusuf Muhyiddin (wks. Direktur Bindiktara) Pimpinan Redaksi : Dr. Kastum Editor : Johan Winarni, S.P, M.Pd. Moh. Alipi, S.Pd. Dr. Ade Kusmiadi Dr. Puji Hadiyanti Erika Yuanita F, S.Pd Tim Redaksi dan Pengolahan Naskah : Hamzah Hakim, M.Pd. Siti Nurul Aini, S.Kom Drs. Tjahyono Hadi, SE Erna Fitriawati NH, SE Bambang Sutrisno, S.Pd. Penulis Artikel: Safuri Musa Muhamad Aff andi Tri Widayati Arie Ekadharma,dkk. Dadang Surnawan Cucu Sukmana Fauzan Eff endi Asep Saepudin dan Ahmad Ginanjar Iip Saripah Sekretariat: Syaharuddin Rendhany, S.Kom Lilasari, A.Md. Febri Kelana Toni Hikmat Desain/Layout : Rulnaidi Alamat Redaksi: Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan Kompleks Kemdikbud Gedung E Lantai 8, Jl. Jend. Sudirman, Senayan, Jakarta (10270) 2 Jurnal AKRAB! Volume V EdTisei le1p/Jounn:i /(2002117) 5725715, 5725575, Fax: (021) 5725039 email: [email protected] Jurnal AKRAB! Volume V Edisi 1/Juni/2017 ISSN 2580-0795 DAFTAR ISI Pengantar Redaksi ............................................................................................................................1 Daftar Isi ................................................................................................................................................3 TEMA KITA Literasi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi Dr. Yusuf Muhyiddin .........................................................................................................................4 ARTIKEL Diskursus dan Disrupsi Literasi TIK Menuju Masyarakat Pembelajar Safuri Musa ..........................................................................................................................................6 Peranan TBM Berbasis Internet Dalam Memelihara Keberaksaraan Masyarakat (Studi pada TBM Rumah Baca Kota Palangka Raya) Muhammad Aff andi ......................................................................................................................21 Strategi Pengembangan Literasi TIK Pada Old Generations Dalam Pendidikan Multikeaksaraan Tri Widayati .......................................................................................................................................33 Dada (Dana Daring) Pelibatan Netizen Dalam Pendidikan Nonformal Untuk Pemberdayaan Masyarakat Arie Ekadharma, Chinta Darma, dan Edi Rukmana ............................................................47 Kemampuan Literasi TIK Tutor Keaksaraan Dalam Praktek Kegiatan Pembelajaran di Kelompok Dadang Sunarwan ........................................................................................................................59 Pengaruh Metode Penyadaran Dalam Meningkatkan Minat Baca Warga Belajar Keaksaraan Cucu Sukmana ..............................................................................................................................67 Metode Pembelajaran Membuat Komik Dalam Upaya Peningkatan Budaya Literasi di PKBM Melati Indonesia Fauzan Eff endi .................................................................................................................................81 Penyelenggaraan Program Keaksaraan Usaha Mandiri Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Bisnis Peserta Didik Asep Saepudin dan Ahmad Ginanjar ....................................................................................90 Implementasi Pelatihan Kewirausahaan Bagi Anak Putus Sekolah Iip Saripah .......................................................................................................................................101 Jurnal AKRAB ini dipublikasikan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini danPendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pandangan dari kontributor dalam jurnal ini mencerminkan berbagai persfektif mengenai pendidikan keaksaraan untuk pemberdayaan. Berbagi pandangan ini tidak harus mencerminkan pandangan editor. 3 TEMA KITA LITERASI TEKNOLOGI, INFORMASI, DAN KOMUNIKASI Dr. Yusuf Muhyiddin Wks. Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan D irektorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mendorong pendidikan literasi sejak dini. Pada abad 21, seseorang bisa survive (bertahan) dengan TIK, tak hanya baca tulis saja. Sehingga setiap warga negara harus punya enam literasi dasar. Adapun enam komponen dalam literasi dasar yang mengacu pada World Economic Forum pada tahun 2015, yaitu kemampuan baca-tulis-hitung, sains, teknologi informasi dan komunikasi (TIK), keuangan, budaya, dan kewarganegaraan. Keenam literasi dasar ini saling berkaitan untuk mengembangkan literasi masyarakat agar lebih berdaya. Literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti perangkat keras atau hardware, perangkat lunak atau software, serta etika dan etiket dalam memahami teknologi. Dalam praktiknya, juga pemahaman dalam menggunakan komputer atau computer literacy yang di dalamnya termasuk menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengolah data, serta mengoperasikan beberapa perangkat. 4 Jurnal AKRAB! Volume V Edisi 1/Juni/2017 Pendidikan keaksaraan melalui TIK mempunyai tujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melestarikan kompetensi keaksaraan peserta didik pendidikan keaksaraan, melalui optimalisasi perangkat teknologi sebagai media belajar pendukung pencapaian tujuan pembelajarannya. Lliterasi TIK dapat diimplementasikan pada kegiatan pembelajaran keaksaraan, sebagai media pembelajaran yang digunakan oleh tutor maupun peserta didik keaksaraan. Misalnya penggunaan handphone, VCD pembelajaran, komputer sangat membantu dalam menarik minat belajar peserta didik keaksaraan sekaligus mengembangkan minat baca masyarakat. Penggunaan TIK dalam pembelajaran keaksaraan memiliki banyak manfaat, antara lain: (1) informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah diakses untuk kepentingan pembelajaran; (2) inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan, berkembangnya metode-metode pendidikan baru misalnya belajar berbasis teknologi; (3) metode belajar berbasis aplikasi ini sedang sangat berkembang saat ini, misalnya belajar hanya dengan melihat video tutorial yang dibagikan menggunakan aplikasi tertentu; (4) mudahnya berkomunikasi antara tutor dengan tutor atau tutor dengan peserta didik di daerah lainnya; (5) pembelajaran akan berlangsung lebih efektif dan efi sien jika memanfaatkan teknologi dengan sebaik baiknya. Penerapan TIK dalam pembelajaran keaksaraan membutuhkan kesiapan sarana prasarana dan sumber daya manusia, baik dari unsur tutor, peserta didik, pengelola lembaga, dan partisipasi masyarakat dalam rangka mendukung pembelajaran sepanjang hayat. Diharapkan pembelajaran keaksaraan yang didukung oleh TIK ini akan membantu mengentaskan penduduk buta aksara sekaligus memelihara kemampuan keberaksaraan karena mampu menggunakan sarana TIK dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain budaya literasi TIK sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat. 5 ARTIKEL DISKURSUS DAN DISRUPSI LITERASI TIK MENUJU MASYARAKAT PEMBELAJAR Oleh : Safuri Musa Doktor PLS, Dosen dan Praktisi PLS ABSTRAK Di era digitalisasi dewasa ini kecakapan literasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan suatu tuntutan yang tidak terelakan. Kecakapan literasi, tidak semata pada kecakapan baca, tulis, hitung dan pengetahuan dasar melainkan juga pada kecakapan multi-literasi, salah satunya adalah literasi TIK. Perkembangan TIK mengakibatkan terjadinya disruption dalam berbagai bidang kehidupan, hal tersebut terjadi pada 90% pengguna internet di Indonesia dari jumlah 132,7 juta orang. Tulisan ini dimaksudkan untuk melakukan kajian tentang diskursus dan disrupsi literasi TIK menuju masyarakat pembelajar. Metode kajian dengan analitis deskriptif berdasarkan kondisi empirik perkembangan literasi dewasa ini yang dianalisis dengan menggunakan kajian konsep dan teori pendukung yang berkenaan dengan literasi, TIK dan pembelajaran. Kajian ini menyimpulkan bahwa dalam pengembangan literasi TIK diperlukan landasan fi losofi s dan keilmuan yang kokoh agar memiliki arah yang jelas yakni: (1) telah terjadinya disrupsi kecakapan literasi TIK yang didominasi generasi muda, walaupun dalam penggunaan TIK sebagian besar untuk jejaring sosial, (2) pengembangan dan kecakapan literasi TIK agar dioptimalkan menuju masyarakat pembelajar untuk memiliki daya saing bangsa, dan (3) diperlukan etika dalam memanfaatkan TIK yang tidak bertentangan dengan norma agama, hukum, nilai-nilai adiluhung, kepantasan, kesopanan dan tanggungjawab. Kata kunci: diskursus TIK, disrupsi TIK, literasi TIK 6 Jurnal AKRAB! Volume V Edisi 1/Juni/2017 A. Pendahuluan Dewasa ini perkembangan TIK demikian masif. Bahkan dapat dianggap terjadi disruption. Hampir dalam semua sendi kehidupan manusia tidak lepas dari peran TIK. Dalam kemajuan peradaban manusia, baik pada bidang ekonomi, sosial, politik, hukum, kesehatan, perhubungan, pertahanan, keamanan, pendidikan dan bidang-bidang kehidupan lainnya tidak lepas dari peran penting TIK. Perkembangan TIK bukan sekedar iteration dan innovation, melainkan sudah pada tahapan disruption. Jika iteration perubahan yang terjadi karena proses yang berulang, terus lama-lama menghasilkan karya yang baik, lebih bagus, lebih bagus, dan lebih bagus. Adapun inovasi adalah creating something new sedangkan disruption yaitu sebuah inovasi creating something new sedemikian rupa sehingga sesuatu yang lama menjadi ketinggalan jaman bahkan dapat menimbulkan goncangan. Lingkungan dan kehidupan kita menjadi complexity, uncertainty, ambiguity. Volatility dan VUCA (Kasali, 2017). Salah satu prediktor terjadinya perkembangan TIK adalah kemudahan dalam mengakses internet. Menurut hasil survey Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII, 2016) setengah dari penduduk Indonesia atau 132,7 juta orang telah terhubung ke internet. Rata-rata mereka mengakses internet menggunakan perangkat telp genggam, dengan rincian 67,2 juta orang atau 50,7 persen mengakses melalui perangkat genggam dan computer, 63,1 juta orang atau 47,6 persen mengakses dari smartphone dan 2,2 juta orang atau 1,7 persen mengakses hanya dari komputer. Meski demikian, penetrasi internet tersebut mayoritas masih berada di Pulau Jawa dengan 86,3 juta orang atau 65 persen sedangkan sisanya adalah: 20,7 juta atau 15,7 persen di Sumatera, 8,4 juta atau 6,3 persen di Sulawesi, 7,6 juta atau 5,8 persen di Kalimantan, 6,1 juta atau 4,7 persen di Bali dan NTB dan 3,3 juta atau 2,5 persen di Maluku dan Papua. Berdasarkan survey tersebut juga mengungkapkan bahwa pengguna internet berdasarkan usia, pengguna terbanyak adalah usia 35-44 tahunsebesar 29,2%. Adapun pengguna paling sedikit adalah usia 55 tahun ke atas hanya sebesar 10%. Dilihat dari sisi pengguna, pengguna internet terbanyak berprofesi sebagai pekerja/wiraswasta sebesar 82,2 juta atau 62%. Urutan pengguna internet berikutnya adalah ibu rumah tangga sebesar 22 juta atau 16,6%. Jika teori Maslow tentang hirarki kebutuhan manusia yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia terdiri dari makan, papan, sandang, rasa aman, sosial, 7 penghargaan dan aktualisasi diri, maka kini kebutuhan manusia modern adalah yang pertama Wi-fi dan kedua power bank, baru kemudia kebutuhan makan, papan, sandang, rasa aman dan seterusnya. Artinya kebutuhan dasar manusia dewasa ini adalah akses TIK. Program literasi dewasa ini selayaknya tidak terbatas pada literasi baca, tulis dan hitung melainkan juga literasi multi aksara yang esensial bagi kehidupan manusia. Walaupun demikian khususnya di Indonesia program literasi berupa baca, tulis dan hitung melalui program keasaraan dasar dan keaksaraan lanjutan tetap dilanjutkan dan diintensifkan pada kantong-kantong buta huruf. Di pihak lain program literasi multi aksara, diantaranya literasi TIK mendesak untuk dikembangkan. Berdasarkan data yang telah dipaparkan di atas pengguna internet di Indonesia terdapat 132,7 juta orang. Walaupun penyebarannya belum merata dan kebanyakan penggunanya usia muda dan para pekerja. Pengguna TIK dari tahun ke tahun makin pesat dan telah memberikan kemajuan serta kemudahan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemudahan akses internet mengakibatkan transaksi keuangan dalam genggaman tangan, proses jual-beli menjadi praktis melalui jasa belanja on-line yang makin meningkat, mencari berita dan informasi menjadi mudah dan cepat, komunikasi dan informasi menjadi luas tanpa batas melalui pilihan media sosial diantaranya facebook, whats app, path, instagram dan tweeter. Semua masyarakat berlomba meraih manfaat kemajuan TIK. Walaupun demikian pemanfaatan literasi TIK yang tidak bijak akan berakibat buruk bagi penggunanya. Berbagai kasus telah kita ketahui akibat ketidaktahuan, kelalaian dan penyalahgunaan TIK. Sebagai contoh kelalaian melakukan pengisian baterai (charg hand phone) mengakibatkan kebakaran dan ledakan, kemudian TIK digunakan untuk penipuan, berita bohong (hoax), menghasut, fi tnah, permusuhan, dan hujatan yang dapat mengakibatkan aspek pidana dan perdata. Berdasarkan pemikiran di atas penulis melakukan kajian tentang diskursus dan disrupsi literasi TIK menuju masyarakat pembelajar. B. Kajian Pustaka 1. Literasi TIK menuju Masyarakat Pembelajar Dalam melakukan diskursus dan disrupsi literasi TIK menuju masyarakat pembelajar diperlukan suatu pijakan yang kuat sehingga dalam implementasinya memiliki orientasi yang terarah. Pijakan yang dijadikan dasar bagi diskursus dan disrupsi literasi TIK setidaknya ada tiga, yakni pijakan fi losofi s, perkembangan TIK dan etika pemanfaatan literasi TIK. 8 Jurnal AKRAB! Volume V Edisi 1/Juni/2017 Berikut ini kami sajikan ketiga pijakan tersebut. a. Landasan fi losofi s Manusia dengan potensi kemanusiaannya berupaya meningkatkan kualitasnya untuk lebih maju, berkembang dan bertanggungjawab (Syam, 1983). Untuk mengembangkan potensi kemanusiaanya, manusia membutuhkan belajar, belajar sepanjang hidupnya. Proses belajar sepanjang hayat pada hakekatnya adalah fi trah manusia untuk menjadi lebih baik dan menyempurnakan kehidupannya (learning tobe). Belajar bukan hanya untuk menjadi tahu sesuatu (learning to know), dapat melakukan sesuatu (learning to do), belajar untuk belajar (learning how to learn), belajar untuk hidup bersama dan bekerja sama dengan sesame (learning together be ather), melainkan juga belajar untuk menjadi pribadi yang lebih mendewasa. Kajian pribadi yang mendewasa dicirikan antara lain oleh pribadi yang mandiri, berani bertanggungjawab terhadap keputusannya sendiri, dan yang segala pola kehidupannya dilandasi oleh norma, etika dan keyakinannya (EFA Mid Decade Assessment Indonesia, 2007), (Djudju Sudjana, 2010), (Redja Mudyahardjo, 2001), (Setiono, 2103). Pribadi yang mendewasa adalah pribadi yang selalu belajar sepanjang hayatnya. Hal ini sejalan dengan pandangan fi lsafat reconstructionisme yang dikemukakan oleh Bramel dalam bukunya Philosophies of Education in Cultural Prespective (Syam, 1983). Pandangan fi lsafat ini menyatakan bahwa perubahan peradaban dunia yang demikian pesat harus disikapi dengan suatu jalan bagi pemecahan masalah agar manusia tidak mengalami goncangan atau menurut Kasali (2017) disebutnya Volatility, Uncertainty, Complexity, and Ambiguity. atau VUCA. Jika aliran fi lsafat perenialisme mengambil jalan pemecahan masalahnya dengan menggali nilai-nilai lama yang dianggap luhur untuk dijadikan acuan tata kehidupan dimasa kini, tetapi menurut pandangan fi lsafat reconstructionisme jalan pemecahan masalahnya adalah dengan merombak tata kehidupan lama dengan tata kehidupan baru bahkan sama sekali baru. Makin tinggi goncangan perubahan, mengakibatkan makin besar pula tata kehidupan masyarakat yang harus dilakukan. Melalui kemajuan TIK yang amat pesat dewasa ini, kehidupan manusia modern sangat tergantung pada Wi-fi . Kini hampir segala transaksi kehidupan manusia berada dalam genggaman. Maka diperlukan cara pandang baru menghadapi perubahan dunia dengan melek literasi TIK. 9
Description: