ebook img

Ilmu Qira>'at Al-Qur' PDF

157 Pages·2015·1.97 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview Ilmu Qira>'at Al-Qur'

ISSN: 1411-6855 Jurnal Studi Ilmu-ilmu Vol. 3, No. 1, Juli 2002 Ilmu Qira>’at Al-Qur'an: Sebuah Pengantar  Muhammad Hidayat Noor Perbedaan Madzhab Sistem Qira>’at Al-Qur’an  dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam Maragustam Memahami Al-Quran: Interpretasi Al-Fa>tihah Untuk Aplikasi  Muhammad Dimensi-Dimensi Keadilan Dalam Al-Qur’an  (Kontekstualisasi Tafsir Q.S. al-An’a>m: 152) Suryadi Gagasan Al-Qur’an tentang Pluralisme:  Merajut Kasih menggapai Toleransi Kehidupan Beragama Muhammad Yusuf Problematika Hadis Musykil  Indal Abror Metode Kritik Matan/Teks Hadis  Dadi Nurhaidi Cara Berwudhu Menurut Rasulullah:  Telaah Terhadap Sumber dan Kualitas Hadis-Hadis Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Agung Danarta Resensi: Kembali Kepada Moralitas Qur’ani di Era Modernitas  Abdul Mustaqiim Diterbitkan oleh Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Vol. 3, No. 1, Juli 2002 ISSN: 1411-6855 Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis Penanggung Jawab Fauzan Naif Ketua Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Ketua Penyunting M. Yusron Asyrofie Sekretaris Penyunting M. Alfatih Suryadilaga Anggota Penyunting Abdul Mustaqim, Indal Abror, A. Rafiq Penyunting Ahli M. Amin Abdullah, Sa’ad Abdul Wahid Pelaksana Tata Usaha Arif Agus Wibisono Alamat Penerbit/Redaksi: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jl. Marsda Adisucipto, telp. 62-0274-512156 Yogyakarta E-mail: [email protected], [email protected] dan No. rekening: Bank BNI 46 Cabang Pembantu Ambarukmo Yogyakarta an. M. Alfatih Suryadilaga, M.Ag. qq. Jurnal al-Qur’an Hadis 004.003124332.901 Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis, diterbitkan pertama kali bulan Juli-Desember 2000 oleh Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan terbit dua kali dalam satu tahun: bulan Juli-Desember dan Januari-Juni Redaksi menerima tulisan yang belum pernah dipublikakasikan dan diterbitkan di media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS kwarto (A4) spasi ganda sepanjang 15 sampai 20 halaman dengan ketentuan seperti dalam halaman kulit sampul belakang. Penyunting berhak melakukan penilaian tentang kelayakan suatu artikel baik dari segi isi, informasi maupun penulisan. Artikel yang dimuat akan diberi imbalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Vol. 3, No. 1, Juli 2002 ISSN: 1411-6855 Jurnal Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an dan Hadis DAFTAR ISI Ilmu Qira>’at Al-Qur'an: Sebuah Pengantar Muhammad Hidayat Noor  1-20 Perbedaan Madzhab Sistem Qira>’at Al-Qur’an Dan Implikasinya Dalam Pendidikan Islam Maragustam  21-36 Memahami Al-Quran: Interpretasi Al-Fa>tihah Untuk Aplikasi Muhammad  37-56 Dimensi-Dimensi Keadilan Dalam Al-Qur’an (Kontekstualisasi Tafsir Q.S. al-An’a>m: 152) Suryadi  57-72 Gagasan Al-Qur’an tentang Pluralisme: Merajut Kasih menggapai Toleransi Kehidupan Beragama Muhammad Yusuf  73-97 Problematika Hadis Musykil Indal Abror  99-112 Metode Kritik Matan/Teks Hadis Dadi Nurhaidi  113-128 Cara Berwudhu Menurut Rasulullah:  Telaah Terhadap Sumber dan Kualitas Hadis-Hadis Dalam Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah Agung Danarta  129-162 Resensi: Kembali Kepada Moralitas Qur’ani di Era Modernitas Abdul Mustaqim  163-167 EDITORIAL Pada edisi kelima, Vol. 3, No. 1 Juli 2002, Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur’an dan Hadis menampilkan lima artikel yang berkaitan dengan studi al-Qur’an, tiga artikel yang berkaitan dengan studi hadis, dan diakhiri dengan sebuah resensi buku. Di samping itu, pada edisi kali ini, jurnal mulai berbenah dan menyesuaikan dengan kriteria dari PDII-LIPI. Lima artikel pertama yang mengkaji seputar studi al-Qur’an dimulai dari artikel tentang Qira>’at al-Qur’an. Tema tersebut dipilih oleh M. Hidayat Noor dan Maragustam Siregar. Sedangkan artikel Muhammad membahas surat pertama dalam al-Qur’an, al-Fatihah. Kajian senada juga dilakukan oleh Suryadi dan M. Yusuf dengan fokus kajian ayat-ayat tentang keadilan dan prulatitas. Tiga artikel kedua mengkaji seputar hadis dimulai dari artikel yang ditulis oleh Indal Abror. Pada kesempatan tersebut penulis menjelaskan tentang problemataika hadis musykil. Artikel lain yang membahas seputar matan/teks hadis adalah artikel Dadi Nurhaidi yang mencoba memberikan nuansa baru dalam memahami teks/matan hadis. artikel tentang hadis diakhiri dengan tulisan Agung Danarta yang mencoba melihat hadis-hadis tentang cara wudu menurut Rasulullah saw. yang dipakai oleh Majlis Tarjih Muhammadiyah. Sajian terakhir adalah resensi, yang ditulis oleh Abdul Mutaqim. Melihat berbagai fenomena yang terjadi di masa sekarang dengan kompleksnya persoalan hidup, maka penulis mengajak kepada pembaca kembali kepada moralitas al-Qur’an sebagaimana yang telah dituturkan oleh Fazlur Rahman, al-Gazali dan Ismail Raji al-Faruqi. Demikian sekilas ulasan dari team redaksi, semoga bermanfaat, dengan penuh harapan jurnal yang diterbitkan oleh Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini mampu menumbuhkembangkan minat menulis di kalangan akademisi khususnya yang tertarik dengan studi al- Qur’an dan hadis. Amin. Redaksi M. Hidayat Noor, Ilmu Qira‟at al-Qur‟an 1 ILMU QIRA<’AT AL-QUR'AN: Sebuah Pengantar Muhammad Hidayat Noor Abstract I. Pendahuluan Qira<’at merupakan salah satu cabang ilmu dalam ‘Ulu>m al-Qur’a>n, namun tidak banyak orang yang tertarik kepadanya, kecuali orang-orang tertentu saja, biasanya kalangan akademik. Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, di antaranya adalah, ilmu ini tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari; tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir misalnya,yang dapat dikatakan berhubungan langsung dengan kehidupan manusia. Hal ini dikarenakan ilmu qira<’at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan secara langsung dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu dalam kehidupan manusia. Selain itu, ilmu ini juga cukup rumit untuk dipelajari, banyak hal yang harus diketahui oleh peminat ilmu qira>’at ini, yang terpenting adalah pengenalan al- Qur‟an secara mendalam dalam banyak seginya, bahkan hafal sebagian besar dari ayat-ayat al-Qur‟an merupakan salah satu kunci memasuki gerbang ilmu ini; pengetahuan bahasa Arab yang mendalam dan luas dalam berbagai seginya, juga merupakan alat pokok dalam menggeluti ilmu ini, pengenalan berbagai macam qiraat dan para perawinya adalah hal yang mutlak bagi pengkaji ilmu ini. Hal-hal inilah – barangkali – yang menjadikan ilmu ini tidak begitu populer. Meskipun demikian keadaannya, ilmu ini telah sangat berjasa dalam menggali, menjaga dan mengajarkan berbagai “cara membaca” al-Qur‟an yang benar sesuai dengan yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Para ahli qiraat telah mencurahkan segala kemampuannya demi mengembangkan ilmu ini. Ketelitian dan kehati-hatian mereka telah menjadikan al-Qur‟an terjaga dari adanya kemungkinan penyelewengan dan masuknya unsur-unsur asing yang dapat merusak kemurnian al- Qur‟an. Tulisan singkat ini akan memaparkan secara global tentang ilmu Qira>’at al- Qur‟an., dapat dikatakan sebagai pengenalan awal terhadap Ilmu Qira>’at al-Qur‟an. II. Pengertian Qira>’at dan Perbedaanya dengan Riwayat dan Tariqah Dosen Jurusan Tafsir Hadis Fak. Ushuluddin IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2 Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur‟an dan Hadis Vol. 3, No.1 Juli 2002: 1-20 Menurut bahasa, qira>’at ( ءاءزرق) adalah bentuk jamak dari qira>’ah ( اءزرق) yang merupakan isim masdar dari qaraa (أزق), yang artinya : bacaan Pengertian qira<’at menurut istilah cukup beragam. Hal ini disebabkan oleh keluasan makna dan sisi pandang yang dipakai oleh ulama tersebut. Berikut ini akan diberikan dua pengertian qira>’at menurut istilah. Qira>’at menurut al-Zarkasyi merupakan perbedaan lafal-lafal al-Qur'an, baik menyangkut huruf-hurufnya maupun cara pengucapan huruf-huruf tersebut, sepeti takhfif, tasydid dan lain-lain.1 Dari pengertian di atas, tampaknya al-Zarkasyi hanya terbatas pada lafal- lafal al-Qur'an yang memiliki perbedaan qira>’at saja. Ia tidak menjelaskan bagaimana perbedaan qira<’at itu dapat terjadi dan bagaimana pula cara mendapatkan qira>’at itu. Ada pengertian lain tentang qira>’at yang lebih luas daripada pengertian dari al-Zarkasyi di atas, yaitu pengertian qira>’at menurut pendapat al-Zarqani. Al-Zarqani memberikan pengertian qira>’at sebagai : “Suatu mazhab yang dianut oleh seorang imam dari para imam qurra‟ yang berbeda dengan yang lainnya dalam pengucapan al-Qur‟an al-Karim dengan kesesuaian riwayat dan thuruq darinya. Baik itu perbedaan dalam pengucapan huruf-huruf ataupun pengucapan bentuknya.”2 Ada beberapa kata kunci dalam membicarakan qiraat yang harus diketahui. Kata kunci tersebut adalah qira>’at, riwa>yat dan t}ari>qah. Berikut ini akan dipaparkan pengetian dan perbedaan antara qira>’at dengan riwa>yat dan t}ari>qah, sebagai berikut : Qira>’at adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang imam dari qurra’ yang tujuh, sepuluh atau empat belas; seperti qira>’at Nafi‟, qira>’at Ibn Kasir, qira>’at Ya‟qub dan lain sebagainya. Sedangkan Riwa>yat adalah bacaan yang disandarkan kepada salah seorang perawi dari para qurra‟ yang tujuh, sepuluh atau empat belas. Misalnya, Nafi‟ mempunyai dua orang perawi, yaitu Qalun dan Warsy, maka disebut dengan riwa>yat Qalun „anNafi’ atau riwa>yat Warsy ‘an Nafi’. Adapun yang dimaksud dengan t}ari>qah adalah bacaan yang disandarkan kepada orang yang mengambil qira>’at dari periwayat qurra’ yang tujuh, sepuluh 1 Imam Badr al-Din Muhammad al-Zarkasyi, Al-Burha>n fi> 'Ulu>m al-Qur'a>n, jilid I (Kairo: Isa al-Babi al-Halalbi, t.th.), 318. 2Al-Zarqani, Manahil al-‘Irfan fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n, jilid I (Kairo : Isa al-Babi al- Halabi, t.th),, 412. M. Hidayat Noor, Ilmu Qira‟at al-Qur‟an 3 atau empat belas. Misalnya, Warsy mempunyai dua murid yaitu al-Azraq dan al- Asbahani, maka disebut tariq al-Azraq ‘an Warsy, atau riwayat Warsy min thariq al-Azraq. Bisa juga disebut dengan qira>’at Nafi’ min riwayati Warsy min tariq al- Azraq.3 III. Sejarah Perkembangan Ilmu Qira<’at Pembahasan tentang sejarah dan perkembangan ilmu qira>’at ini dimulai dengan adanya perbedaan pendapat tentang waktu mulai diturunkannya qira>’at. Ada dua pendapat tentang hal ini; Pertama, qira>’at mulai diturunkan di Makkah bersamaan dengan turunnya al-Qur‟an. Alasannya adalah bahwa sebagian besar surat-surat al-Qur‟an adalah Makkiyah di mana terdapat juga di dalamnya qira>’at sebagaimana yang terdapat pada surat-surat Madaniyah. Hal ini menunjukkan bahwa qira>’at itu sudah mulai diturunkan sejak di Makkah.4 Kedua, qira>’at mulai diturunkan di Madinah sesudah peristiwa Hijrah, dimana orang-orang yang masuk Islam sudah banyak dan saling berbeda ungkapan bahasa Arab dan dialeknya. Pendapat ini dikuatkan oleh hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shahihnya, demikian juga Ibn Jarir al-Tabari dalam kitab tafsirnya. Hadis yang panjang tersebut menunjukkan tentang waktu dibolehkannya membaca al-Qur‟an dengan tujuh huruf adalah sesudah Hijrah, sebab sumber air Bani Gaffar – yang disebutkan dalam hadis tersebut--terletak di dekat kota Madinah. Kuatnya pendapat yang kedua ini tidak berarti menolak membaca surat- surat yang diturunkan di Makkah dalam tujuh huruf, karena ada hadis yang menceritakan tentang adanya perselisihan dalam bacaan surat al-Furqan yang termasuk dalam surat Makkiyah, jadi jelas bahwa dalam surat-surat Makkiyah juga dalam tujuh huruf.5 Ketika mushaf disalin pada masa Usman bin Affan, tulisannya sengaja tidak diberi titik dan harakat, sehingga kalimat-kalimatnya dapat menampung lebih dari satu qira>’at yang berbeda. Jika tidak bisa dicakup oleh satu kalimat, maka 3Abduh Zulfidar Akaha, al-Qur’an dan Qira’at (Jakarta: Pustaka Al Kausar, 1996), 120. 4Sya‟ban Muhammad Ismail, al-Qiraat Ahkamuha wa Mashdaruha, terj Agil Husin Al Munawar dkk. (Semarang: Dina Utama, 1993), 61. Mengutip Muhammad Salim Muhaisin, Fi> Riha>b li al-Qur’a>n al-Kari>m Juz I (Kairo:al-Kulliyatul Azhariyah, t.th.) 233. 5Ibid., hlm. 61-62. Mengutip Muhammad Al-Zarqaf. Al-Ta’riif Bi al-Qur’an wa al- Hadis (Beirut: Da>r al-Kutub al-„Ilmiyah, t.th),38. 4 Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur‟an dan Hadis Vol. 3, No.1 Juli 2002: 1-20 ditulis pada mushaf yang lain. Demikian seterusnya, sehingga mushaf Usmani mencakup ahruf sab’ah dan berbagai qira>’at yang ada. Periwayatan dan Talaqqi (si guru membaca dan murid mengikuti bacaan tersebut) dari orang-orang yang tsiqoh dan dipercaya merupakan kunci utama pengambilan qira>’at al-Qur‟an secara benar dan tepat sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Para sahabat berbeda-beda ketika menerima qira>’at dari Rasulullah. Ketika Usman mengirimkan mushaf-mushaf ke berbagai kota Islam, beliau menyertakan orang yang sesuai qiraatnya dengan mushaf tersebut. Qira>’at orang-orang ini berbeda-beda satu sama lain, sebagaimana mereka mengambil qira>’at dari sahabat yang berbeda pula, sedangkan sahabat juga berbeda-beda dalam mengambil qira>’at dari Rasulullah SAW. Dapat disebutkan di sini para Sahabat ahli qira>’at, antara lain adalah : Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka‟ab, Zaid bin Tsabit, Ibn Mas‟ud, Abu al-Darda‟, dan Abu Musa al-„Asy‟ari. Para sahabat kemudian menyebar ke seluruh pelosok negeri Islam dengan membawa qira>’at masing-masing. Hal ini menyebabkan berbeda-beda juga ketika Tabi‟in mengambil qira>’at dari para Sahabat. Demikian halnya dengan Tabiut- tabi‟in yang berbeda-beda dalam mengambil qira>’at dari para Tabi‟in. Ahli-ahli qira>’at di kalangan Tabi‟in juga telah menyebar di berbagai kota. Para Tabi‟in ahli qira>’at yang tinggal di Madinah antara lain : Ibn al-Musayyab, „Urwah, Salim, Umar bin Abdul Aziz, Sulaiman dan‟Ata‟ (keduanya putra Yasar), Muadz bin Harits yang terkenal dengan Mu’ad al-Qari’, Abdurrahman bin Hurmuz al-A‟raj, Ibn Syihab al-Zuhri, Muslim bin Jundab dan Zaid bin Aslam. Yang tinggal di Makkah, yaitu: „Ubaid bin‟Umair, „Ata‟ bin Abu Rabah, Tawus, Mujahid, „Ikrimah dan Ibn Abu Malikah. Tabi‟in yang tinggal di Kufah, ialah : „Alqamah, al-Aswad, Maruq, „Ubaidah, „Amr bin Surahbil, al-Haris bin Qais,‟Amr bin Maimun, Abu Abdurrahman al-Sulami, Said bin Jabir, al-Nakha‟i dan al-Sya'bi. Sementara Tabi‟in yang tinggal di Basrah , adalah Abu „Aliyah, Abu Raja‟, Nasr bin „Asim, Yahya bin Ya‟mar, al-Hasan, Ibn Sirin dan Qatadah. Sedangkan Tabi‟in yang tinggal di Syam adalah : al-Mugirah bin Abu Syihab al-Makhzumi dan Khalid bin Sa‟d. Keadaan ini terus berlangsung sehingga muncul para imam qiraat yang termasyhur, yang mengkhususkan diri dalam qira>’at – qira>’at tertentu dan mengajarkan qira>’at mereka masing-masing.6 6Al-Zarqani, 412-414. M. Hidayat Noor, Ilmu Qira‟at al-Qur‟an 5 Perkembangan selanjutnya ditandai dengan munculnya masa pembukuan qira>’at. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa orang yang pertama kali menuliskan ilmu qira>’at adalah Imam Abu Ubaid al-Qasim bin Salam yang wafat pada tahun 224 H. Ia menulis kitab yang diberi nama al-Qira>’at yang menghimpun qiraat dari 25 orang perawi. Pendapat lain menyatakan bahwa orang yang pertama kali menuliskan ilmu qiraat adalah Husain bin Usman bin Tsabit al-Baghdadi al-Dharir yang wafat pada tahun 378 H.7 Dengan demikian mulai saat itu qira>’at menjadi ilmu tersendiri dalam „Ulu>m al-Qur’a>n. Menurut Sya‟ban Muhammad Ismail, kedua pendapat itu dapat dikompromikan. Orang yang pertama kali menulis masalah qiraat dalam bentuk prosa adalah al-Qasim bin Salam, dan orang yang pertama kali menullis tentang qira>’at sab’ah dalam bentuk puisi adalah Husain bin Usman al-Baghdadi.8 Pada penghujung Abad ke III Hijriyah, Ibn Mujahid menyusun qira>’at Sab’ah dalam kitabnya Kitab al-Sab’ah. Dia hanya memasukkan para imam qiraat yang terkenal siqat dan amanah serta panjang pengabdiannya dalam mengajarkan al-Qur‟an, yang berjumlah tujuh orang. Tentunya masih banyak imam qira>’at yanng lain yang dapat dimasukkan dalam kitabnya. Ibn Mujahid menamakan kitabnya dengan Kitab al-Sab’ah hanyalah secara kebetulan, tanpa ada maksud tertentu. Setelah munculnya kitab ini, orang-orang awam menyangka bahwa yang dimaksud dengan ahruf sab’ah9 adalah qira>’at sab’ah oleh Ibn Mujahid ini. Padahal masih banyak lagi imam qira>’at lain yang kadar kemampuannya setara dengan tujuh imam qira>’at dalam kitab Ibn Mujahid 7Pendapat lain menyatakan bahwa orang yang pertama menulis tentang ilmu qiraat adalah Abu Ubaid al-Qasim bin Salam, Abu Hatim al-Sijistani, Abu Ja‟far al-Thabari dan Ismail al-Qadi, lihat: Jalal al-Din al-Suyuti, al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, juz I (Beirut: Da>r al-Fikr, 1979), 82, lihat juga: Muhammad „Ali al-Sabuni, al-Tibyan fi ‘Ulum al-Qur’an,.227. M. Hasbi Ash Shiddieqy menyatakan bahwa orang yang mula-mula menulis masalah qira>’at, secara berurutan, adalah Abu Ubaid al-Qasim bin Salam, Ahmad bin Jubair, bin Muhammad al-Kufy, al-Qadli Ismail bin Ishaq al-Maliki dan Ibn Jarir al-Thabary. Lihat, M. Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’an/Tafsir (Jakarta: Bulan Bintang, 1989),.80. 8 Sya‟ban Muhammad Ismail, 132. 9Istilah ini muncul dari hadis riwayat al-Bukhari yang menyatakan bahwa al-Qur‟an itu turun dalam “Sab’at ahruf”, yang sering diterjemahkan dengan “tujuh huruf”. “Ahruf” dalam hadis tersebut menimbulkan berbagai penafsiran di kalangan ulama. Tidak kurang dari 35 sampai 40 pendapat yang dilontarkan ulama dalam menjelaskan maksud dari sab’atu ahruf tersebut, namun sebagian besar tidak didukung oleh nash yang shahih dan logika yang sehat. Diantara pendapat tersebut menyatakan bahwa ahruf itu adalah qira>’at. Lihat Subhi al-Salih, Mabahis fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n (Beirut: Da>r al-„Ilm lil Malayin, 1988), 103. 6 Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur‟an dan Hadis Vol. 3, No.1 Juli 2002: 1-20 Abu al-Abbas bin Ammar mengecam Ibn Mujahid karena telah mengumpulkan qira>’at sab’ah. Menurutnya Ibn Mujahid telah melakukan hal yang tidak selayaknya dilakukan, yang mengaburkan pengertian orang awam bahwa Qiraat Sab’ah itu adalah ahruf sab’ah seperti dalam hadis Nabi itu. Dia juga menyatakan, tentunya akan lebih baik jika Ibn Mujahid mau mengurangi atau menambah jumlahnya dari tujuh, agar tidak terjadi syubhat.10 Banyak sekali kitab-kitab qiraat yang ditulis para ulama setelah Kitab Sab’ah ini. Yang paling terkenal diantaranya adalah : al-Taysir fi> al-Qira>’at al- Sab’i yang diisusun oleh Abu Amr al-Dani, Matan al-Syatibiyah fi> Qira>’at al-Sab’i karya Imam al-Syatibi, al-Nasyr fi> Qira>’at al-‘Asyr karya Ibn al-Jazari dan Itaf Fudala’ al-Basyar fi> al-Qira>’at al-Arba’ah ‘Asyara karya Imam al-Dimyati al- Banna.11 Masih banyak lagi kitab-kitab lain tentang qira>’at yang membahas qiraat dari berbagai segi secara luas, hingga saat ini. IV. Tokoh-Tokoh dan Karya Ilmiahnya Perkembangan ilmu qiraat demikian pesatnya, sehingga memunculkan banyak tokoh-tokoh ahli qira>’at yang mengabadikan ilmunya dalam bentuk karya tulis. Berikut ini dipaparkan beberapa tokoh ahli qira>’at dengan karya-karyanya, sebagai berikut : 1. Makki bin Abu Thalib al-Qaisi, wafat pada tahun 437 H Beliau menyusun kitab : al-Ibanah ‘an Ma’ani al-Qiraat dan al-Kasyfu ‘an Wujuuhi al-Qiraati al-Sab’i wa ‘Ilaaliha 2. Abdurrahman bin Ismail, yang lebih dikenal dengan nama Abu Syaamah, wafat pada tahun 665 H. Beliau mengarang kitab :Ibraazu Ma’ani min Harzi al-Amani dan Syarah Kitab al-Syatibiyah 3. Ahmad bin Muhammad al-Dimyati. Wafat pada tahun 117 H. Beliau menyusun kitab : Itafu Fudalai al-Basyari fi al- qira>’at al-Arba’i ‘Asyar 4. Imam Muhammad al-Jazari, wafat pada tahun 832 H. Beliau menyusun kitab :Tahbir al-Taisir fi al-Qiraat al-‘Asyar min T}ariiqi al- Syatibiyah wa al-Durrah 5. Imam Ibn al-Jazari yang menyusun kitab : Taqrib al-Nasyar fi al- Qira>’at al-‘Asyar dan Al-Nasyar fi al-Qira>’at al-‘Asyar 10 Jalal al-Din Al-Suyuti, 82. 11Abduh Zulfidar Akaha, 131.

Description:
II. Pengertian Qira>'at dan Perbedaanya dengan Riwayat dan Tariqah Jurnal Studi Ilmu-ilmu al-Qur‟an dan Hadis Vol. 3, No.1 Juli 2002: 1-20. 2. Menurut .. Nama lengkapnya Zabban bin „Alla‟ bin „Ammar bin „Aryan al-Mazani.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.