FILSAFAT PRA-SOCRATES A. Kelahiran Filsafat Yunani Kuno 1. Mitologi Yunani a. Mitos memberikan jawaban atas “keheranan”, “ketakjuban” hati manusia terhadap semesta yang melingkupi, yang berarti mitos memberikan semacam “jaminan” bagi kehidupan manusia Yunani kala itu: “Bahwa kehidupan itu ada maknanya, ada logikanya ada penyelesaiannya. Mitologi dapat juga memiliki arti rangkaian cerita yang berisi dongeng para dewa-dewi yang dihubungkan dengan peristiwa alam dan dipercayai secara turun-temurun, Secara garis besar ada 2 jenis mitos yaitu, 1. mitos kosmogonis yaitu memberi keterangan tentang asal usul alam semesta itu sendiri. 2. Mitos kosmologis yaitu memberi keterangan tentang asal usul serta sifat-sifat kejadian-kejadian dalam alam semesta. Mitologi Yunani berpengaruh dalam mendorong kelahiran filsafat karena menimbulkan ketidakpuasan dan berbagai pertanyaan dalam pikiran. Mitologi juga ikut mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan di dunia sampai sekarang. b. Kesusasteraan Yunani Kesusasteraan di sini hendaknya dimengerti dalam arti yang luas misalnya amsal-amsal, tembang-tembang, dongeng, syair, cerita. Karya susastra itu berfungsi “mendidik” rakyat Yunani dalam waktu-waktu luang. Salah seorang sastrawan yang terkenal adalah Homeros pada tahun 850 SM. Puisinya yang amat terkenal yaitu Ilias dan Odyssea. c. Ilmu-ilmu pengetahuan dari Timur Kuno Dari Babylonia : Astronomi, penanggalan Dari Mesir Kuno: Ilmu ukur, ilmu hitung, geometria (ilmu pengukur tanah) Dari Yunani : ilmu-ilmu tadi bukan hanya ditekuni sebagai pemenuhan kebutuhan praktis, tapi dikembangkan demi kemajuan ilmu itu sendiri. d. Mitos dan Logos Mitos: jawaban terhadap problem-problem alam semesta dicari pada mitos- mitos sedangkan logos: jawaban terhadap problem-problem alam semesta mulai diusahakan dengan akal budi. e. Posisi geografi Pada masa itu wilayah Yunani tidak sekecil sekarang. Pesisir Asia kecil, Sisilia dan Italia Selatan bahkan sampai daratan Afrika. Kontak dengan bangsa lain memungkinkan bertambah kayanya informasi dan perluasan cakrawala berfikir mereka. f. Kondisi Sosial Politik Orang Yunani tinggal dalam suatu polis. Dimana polls itu memiliki arti “negara-kota”. Kata”polis” juga menunjukkan rakyat negara itu. *polis sebagai lembaga politik ciri-cirinya: 1. Otonomi: mempunyai hukum sendiri. 2. Autarkeia: mandiri perekonomiannya. 3. Kemerdekaan politik melalui lembaga-lembaga sebagai berikut: - ekklesia: majelis umum - bule: dewan Harlan - diskasteria: lembaga I badan peradilan Polis sebagai wahana timbulnya filsafat: 1. Tatanan polis yang sedemikian itu menempatkan logos dalam kedudukan yang penting. 2. Suasana keterbukaan dalam polis. 3. Dalam Polis semua warga negara sederajat kedudukannya. Maka, kecil rasa sungkan untuk mengekspresikan pikiran-pikiran, gagasan, pendapat. 2. Para filsuf pertama dari Milletos Filsuf-filsuf yang akan dibicarakan ini pada umumnya berfikir tentang alam semesta beserta seluruh kenyataan hidup (bukan sekedar “fisik material”, tapi sekaligus “non fisik-immaterial”). Yang mereka pikirkan adalah “arkhe” yakni “asal muasal’, “azas pertama”, sesuatu yang hakiki dari segala sesuatu yang tergelar dalam alam semesta yang bermacam ragam coraknya dan serba berubah. a. Thales(625 – 545 SM) Dia mempertanyakan apakah dasar pertama atau asal usul dari segala sesuatu di alam ini. Dia disebut sebagai orang pertama yang menyelidiki alam dengan logosnya. Dia dijuluki sebagai filsuf pertama oleh Aristoteles jawabannya adalah air. Air tampak sebagai sarana pokok bagi kehidupan bahkan menjadi “sumber” kehidupan, air yang meresapi segala-galanya. b. Anaximandros (610 – 540 SM) Dia murid Thales, tetapi tidak setuju dengan pendapat Thales. Jika arkhe hanya salah satu anasir alam (air), lalu bagaimana dengan anasir yang lain. Arkhe menurut Anaximandros haruslah yang lebih dalam lagi, tidak sekedar unsur alam yang terbatas, Menurut dia arkhe alam semesta adalah to apeiron. lstilah ini bermakna “yang tak terbatas”, bersifat illahi, abadi, tak berubah dan meliputi segalanya. c. Anaximenes (538 – 480 SM) Dia murid Anaximandros, baginya arkhe segala sesuatu adalah “hawa” atau “udara” . Alasannya, bahwa udara meliputi seluruh alam dan menjadi azas kehidupan manusia. Semua unsur alam ini terjadi karena proses pemadatan dan pengenceran udara. Tubuh manusia adalah mikrokosmos yang mencerminkan jagad raya sebagai makrokosmos. Kalau Thales mengatakan bumi terapung di atas air, maka Anaximenes mengatakan bumi — yang seperti meja bundar — katanya melayang-Iayang di udara. 3. Persamaan Corak Pemikiran para filsuf pertama a. Mereka dapat disebut sebagai “filsuf alam” karena ajaran mereka memusatkan pada alam. b. Alam mereka pandang sebagai keseluruhan yang bersatu dan mempunyal asal usul (arkhe) satu prinsip saja. c. Alam semesta dikuasai oleh satu hukum, bukan secara kebetulan. d. Alam semesta merupakan kosmos (keteraturan), bukan chaos (kekacauan) B. Pythagoras ( 580 — 500 SM) Dia mendirikan perguruan dan mazhab Pythagorean yang ajarannya bersifat rahasia. Ajaran Pythagoras sebagai guru disampaikan secara lisan, tidak boleh dicatat dan harus dirahasiakan. Setiap ada perselisihan antar para murid tentang filsafat selalu dapat pendapat sang guru dan ditutup dengan pernyataan autos epha (demikian sabda guru). Apabila flulsuf-filsuf Miletos berfilsafat karena keingintahuan ilmiah. Maka Pythagoras dan pengikut-pengikutnya bukan hanya keingintahuan ilmiah saja, tetapi Iebih ke arah “a way of life”: suatu pandangan hidup yang dengan itu manusia dapat mencapai kebersihan jiwa dan memutus rangkaian perpindahan jiwa. Ajaran Pythagoras yang sangat berpengaruh mencakup dua hal. Pertama, ajaran rahasia dengan dasar kepercayaan bahwa jiwa itu kekal, tidak dapat mati. Kedua, ajaran ilmu pasti mengenai bilangan yang dijadikan dasar untuk memahami tentang alam. Dikemudian hari pengikut-pengikut Pythagoras berkembang menjadi dua aliran: 1. Akasmatikol, Iebih mengutamakan penyucian jiwa dengan menaati aturan- aturan 2. Mathematikol, lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, terutama ilmu pasti. a. Ajaran tentang Jiwa Jiwa tidak dapat mati (immortal). Bila seseorang meninggal maka jiwanya akan berpindah ke sosok lain. Perpindahan jiwa itu akan terputus bila orang melakukan jalan penyucian sesuai dengan “tarekat” pythagorean (misalnya berpantang makanan tertentu). Agar hidup manusia harmonis harus ada keseimbangan antara jiwa dan raga. Untuk mencapai keseimbangan itu manusia harus: 1. taat kepada ajaran agama 2. menghormati orang tua 3. menepati janji 4. melepaskan keinginan nafsu b. Ajaran tentang bilangan Dia mengatakan bahwa arkhe segala sesuatu ialah bilangan. Bilangan merupakan simbol tangga nada dalam harmoni musik yang melahirkan keindahan. Alam semesta ini adalah suatu harmoni yang indah juga. Bilangan adalah segala-galanya yang mengandung pninsip-prinsip pertentangan, namun tetap dalam harmoni alam. Pythagoras menganut teori “helio-sentris” namun berbeda dengan pengertian sekarang. Matahari adalah api sentral yang menjadi pusat segala sesuatu. Jagad raya digambarkan dengan “suatu tangga nada”. c. Ajaran Kosmologi Pusat jagad raya adalah “api”. Api ini dikelilingi 10 badan jagad raya, yaitu, kontra bumi, bumi, bulan, matahari, merkurius, venus, mars, yupiter, saturnus kemudian langit dengan bintang-bintang tetap. Kesepuluh badan jagad raya tadi beredar mengelilingi api sentral sebagai tetraktys raksasa. Yang kemudian hari, “api sentral” ala pythagorean ini oleh sementara pemikir Yunani (Heraklitos, Aristarkhos) disamakan dengan matahari, sehingga dalam bidang kosmologi menganut pendirian helio- sentris. C. Xenophanes ( 570 – 480 SM) Baginya arkhe segala sesuatu adalah “kesatuan”. Prinsip “satu” mengatasi segala- galanya baik manusia maupun dewa. a. Konsepsi ketuhanan Ia mengkritik paham ketuhanan yang bersifat mitologi, terutama paham yang menerapkan hal-hal yang secara etis tidak patut diperbuat oleh Tuhan, misalnya mencuri, berzina, menipu dll. Tuhan adalah ideal dalam bidang etik. Kritiknya juga diarahkan kepada konsepsi ketuhanan yang berhaluan antropomorfisme. Kosekuensi lebih lanjut, Tuhan bukan dilahirkan, melainkan azali dan abadi. Ia juga menolak konsepsi ketuhanan yang berbau keetnikan. Dengan kata lain, ia ingin mengajukan konsepsi universalisme ketuhanan. Xenophanes juga tidak setuju dengan konsepsi ketuhanan yang pluralistik. Ia menekankan keesaan Tuhan. Akan tetapi keesaan disini tidak bisa disamakan dengan konsepsi Islam atau Kristen sekarang. Pada kenyataannya, Ia masih acapkali menyebut Tuhan dengan kata jamak. Pandangan Xenophanes yang demikian ini ditafsirkan orang bahwa ia mengajarkan “monotheisme” sekaligus “pantheisme”. b. Ajaran Kosmologi Matahari melintas dengan gerak lurus, setiap pagi selalu muncul matahari baru. Gerhana terjadi karena matahari terjatuh dalam lubang. Bumi adalah simpul siklus tanah lumpur----air laut----Iumpur---tanah. Secara umum ajaran kosmologi ini justru tampak Iebih “primitif” daripada ajaran kosmologi sebelumnya. D. Hera klitos ( 540 – 475 SM) a. Ajaran tentang pertentangan Setiap benda tersusun dari unsur saling bertentangan (paradoks) dalam kesatuan. Pertentangan tidak berdampingan tetapi bergerak dari satu ke yang lain. Pertentangan itu adalah suatu keharusan yang wajar dan layak. “Perang (pertentangan) adalah Bapak segala-galanya” Damai menjadi ada karena perang. Pertentangan adalah keadilan. Hanya dengan pertentangan-lah segala sesuatu “menjadi” sesuatu “yang sama adalah perlawanan”. b. Filsafat “menjadi” Heraklitos tidak percaya adanya sesuatu yang tetap, segalanya berubah. Muncul semboyan Panta rhei kai uden menei yang artinya segalanya bergerak seperti aliran sungai. Bergerak berarti menjadi. Tidak ada sesuatupun yang sungguh-sungguh ada. Semuanya menjadi; semuanya berubah tanpa henti. c. Ajaran tentang arkhe Arkhe segala sesuatu adalah api. Api tak pernah diam, selalu bergerak dan berubah. d. Ajaran kosmologi dan jiwa musia Kosmos juga selalu berubah: api—air—tanah—air—api. Begitu juga jiwa manusia senantiasa berubah sebagaimana berubahnya air— api—tanah begitulah manusia dalam tidur jaga—kematiannya. e. Ajaran tentang Logos Logos di sini lebih berati “rasio”. Logos bersifat ilahi, tetapi bukan mengacu pada konsep ketuhanan. Logos adalah hukum yang menguasai segala sesuatu yang senantiasa berubah. Maka logos juga berarti api — simbol keabadian perubahan. E. Mazhab Elea 1. Parmenides (515 – 450 SM) Karyanya berupa puisi yang terdiri dari 2 bagian: jalan kebenaran dan jalan pendapat. Baginya pengetahuan indrawi itu menyesatkan, dan pengetahuan rasiolah yang mampu menjamin kepastian. a. Ajaran yang ada Parmenides menentang perubahan yang terus menerus, apalagi kesatuan kontradiksi. Segalanya hanyalah “ada” yang tetap, satu dan tidak berubah. Rumusnya: Yang ada itu ada yang tidak ada itu tidak ada. Pengandaian lain ada dua kemungkinan yaitu, yang ada itu tidak ada atau yang ada itu serentak ada dan tidak ada. Tiga hal yang ditolak filsafat “ada” yaltu, tidak ada kejamakan, tidak ada perubahan dan tidak ada ruang kosong. 2. Zeno (490SM) Ia adalah muri sekaligus sahabat Parmenides. Ajaran-ajarannya merupakan pembelaan terhadap ajaran-ajaran gurunya dengan cara membuat andaian- andaian tentang hal-hal yang akan ditentangkan kemudian diruntuhkannya. a. Argumen melawan ruang kosong Jika diandaikan bahwa “ruang kosong”, maka dia membutuhkan “ruang kosong” lagi untuk tempat bagi dia, begitu seterusnya sampai tak terhingga. OIeh karena itu harus disimpulkan bahwa ruang kosong itu “tidak ada”. b. Argumentasi melawan pluralitas Jika potongan garis terdiri dari titik-titik, maka potongan itu dapat dibagi-bagi sampai tak terhingga. Kalau titik-titik tadi mempunyai panjang tertentu, maka potongan garis itu menjadi “tak terhingga panjangnya”, sedangkan bila titik-titik tadi tidak mempunyal panjang tertentu maka potongan-potongan garis itu tak terhingga pendeknya = 0 Maka kedua kesimpulan dari 2 pengandaian tadi “sama-sama mustahil”. Oleh karena itu pluralitas harus ditolak. c. Argumen melawan gerak 1. Pelari dan stadion: si pelari tidak pernah sampai garis finish. 2. Pelari Akhilles dan kura-kura: Akhilles tidak pernah bisa melewati kura- kura yang start lebih dulu. 3. Anak panah yang lepas dari busurnya: meskipun anak panah tampak melesat, tapi ia tetap sebagai benda yang sama. Jadi apa yang disebut “gerak” hanyalah seri perhentian. F. Filsuf-filsuf Pluralis Mereka menjawab bahwa arkhe alam lebih dari satu unsur. a. Empedokles (492 – 432 SM) Ia seorang cendekiawan yang mahir di banyak bidang, filsuf, dokter, penyair, orator, politikus. Ia menulis 2 karya berupa puisi; perihal alam dan penyucian- penyucian. 1. Ajaran arkhe Arkhe alam ada 4 anasir (rizomata) Api-----panas Udara-----dingin Tanah-----kering Air------basah Menurut Empedokles, segala sesuatu terdiri dari keempat anasir tadi. Yang membedakan sesuatu yang satu dengan yang lain adalah komposisi dari tiap-tiap anasir. Perubahan terjadi karena komposisi anasirnya diubah. 2. Ajaran cinta dan benci Perubahan yang terjadi pada alam semesta “diatur” oleh dua prinsip yaitu cinta yang mempunyai sifat menggabungkan sedangkan benci mempunyai sifat menceraikan. Cinta dan benci ini digambarkan sebagai cairan halus yang meresapi semua benda. 3. Ajaran tentang pengenalan Suatu pengenalan atau proses mengetahui terjadi karena anasir yang sama antara yang berada pada subyek dan obyek. Alat pemikiran darah, karena darah dianggap perpadua 4 anasir yang sempurna. 4. Ajaran tentang penyucian-penyucian Ia menganggap dirinya sebagai daimon--- mahluk mulia. Agar manusia kembali menjadi daimon, orang harus melalui perpindahan jiwa dan berpantang. Dimana perpindahan jiwa ini begitu panjang mata rantainya. b. Anaxagoras (499 – 427 SM) Karyanya berupa prosa dan hanya beberapa fragmen yang masih bisa ditemukan, meskipun usianya tebih tua daripada Empedokles tapi karyanya ditulis sesudah karya Empedokies ditulis. 1. Ajaran tentang Arkhe: Ia menganggap bahwa “yang ada” itu azali dan abadi: tak terciptakan dan tak termusnahkan. Anaxagoras berpendirian bahwa “yang ada” itu bukan tunggal, bukan pula 4 melainkan dapat dibagi-bagi sampai tak terhingga banyaknya. Yang disebut oleh Anaxagoras sebagai spermata (benih-benih). Segala sesuatu adalah campuran dari benih-benih yang tidak terhingga banyaknya dan proporsi tiap benih membedakan benda yang satu dengan yang Iainnya. 2. Ajaran tentang NOUS: Nous merupakan prinsip yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos. Nous tidak tercampur dengan benih-benih (steril) dan bahkan mengenal dan menguasai segala sesuatu. Ia hanya berada dalam mahluk hidup dan nous merupakan unsur yang paling halus. 3. Ajaran tentang pengenalan: Pengenalan inderawi sering disertai “nyeri”. Mengenal panas --- kepanasan dll. c. Leukippos dan Demokritos Ada sementara sejarahwan yang meragukan bahwa Leukippos sebagai tokoh yang pernah hidup, sebagian sejarawan yang lain mengakui keberadaan tokoh ini. Yang jelas, pada umumnya dua tokoh tadi selalu dibicarakan secara bersama- sama manakala orang membicarakan tentang atomisme. 1. Ajaran Atomisme Realitas seluruhnya adalah atomos (yang tak terbagi). Atom-atom adalah: a) Bagian terkecil dari setiap benda b) Mata telanjang tidak dapat melihat c) Jumlahnya tak terhingga d) Azali dan abadi, tak terciptakaan dan terlenyapkan e) Semata-mata kuantitatif, tidak mempunyai kualitas f) Bergerak spontan ke segala arah g) Sejumlah atom bisa mengait satu sama lain. Melalui gerak puting beliung atom-atom membentuk kosmos. Atom-atom itu berbeda dalam 3 hal: 1. Bentuknya 2. Urutannya 3. Posisinya 2. Ajaran tentang Jiwa: Jiwa terdiri dari atom-atom bulat yang tidak mengait atom-atom lain dengan lincah Ia dapat menyelinap di antara atom-atom lain. 3. Ajaran tentang ruang kosong: Demokritos berpendirian ada “ruang kosong”. Atom-atom digambarkan senantiasa bergerak-gerak, tidak mungkin tanpa ruang kosong Gerak terjadi karena atom-atom (yang penuh) mengisi ruang kosong (yang tidak penuh). 4. Ajaran tentang pengenalan: Subyek mengenal obyek, karena obyek memancarkan gambaran-gambaran kecil (ildola) yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk seperti obyek tadi---- masuk/diserap pancaindera---- ke jiwa: atom-atom obyek bersentuhan dengan atom-atom jiwa. Karena atom tidak memiliki kualitas, maka setiap benda juga tidak mempunyai kualitas. Jadi apa yang disebut kualitas itu hanyalah anggapan subyek belaka tentang obyek yang ditanggapi. Dengan kata lain kualitas itu subyektif belaka. Pancaindera tidak dapat dipercaya sebagai “piranti” pengetahuan yang memadai. Orang harus condong pada rasio. Jiwa juga terdiri dari atom- atom, maka proses pengenalan adalah proses jasmaniah belaka. 5. Tentang Etika: Ideal tertinggi dalam hidup: euthymia, yaitu keadaan batin yang sempurna. Harus diwujudkan keseimbangan-keseimbangan, kesenang-an dan kesusahan, kenikmatan dan perpantangan. Seyogyanya manusia mengalami kesenangan yang sebanyak mungkin dan kesusahan yang sedikit mungkin.
Description: