1 Buddha Abhidhamma Ultimate Science Kata Pengantar. Ajaran2 Sang Buddha. Ajaran2 dari Sang Buddha dalam Khotbah2 selama 45 tahun dalam masa Kebuddhaannya telah di bagi dalam Tiga Kumpulan di sebut Tipitaka dalam bahasa Pali , yang artinya secara Literatur “Tiga Keranjang” Kumpulan yang Pertama di ketahui sebagai “Sutta Pitaka”, ialah Ajaran biasa (Vohara desana) di dalamnya Sang Buddha menggunakan Perbendaharaan Kata yang biasa untuk menjelaskan Ajaran2-nya. Aspek praktis dari Meditasi Ketenangan dan Meditasi-Pandangan Terang termasuk dalam Kumpulan ini. Kumpulan yang Kedua di sebut “Vinaya Pitaka” ialah Ajaran yang harus di ikuti (Ana desana) di dalamnya Sang Buddha menggunakan Wewenangnya kepada para Bhikkhu untuk menetapkan Aturan2 dan Disiplin bagi mereka untuk di jalani. Disiplin2 ini mewujudkan Kode Etik yang tertinggi dan dengan pasti dapat memurnikan Perbuatan2 Se- seorang, Pembicaraan dan Pikiran dengan demikian membuat Se- seorang mulia dan di hargai. Kumpulan yang Ketiga ialah “Abhidhamma Pitaka” ialah Ajaran Sang Buddha yang lebih tinggi. Disini Sang Buddha menggunakan Istilah2 abstrak untuk menjelaskan Realitas2 yang tertinggi (paramatthas) dalam Semesta dan Nibbana yaitu Kebaikan utama dan tujuan tertinggi dari Buddhisme. Dengan demikian Abhidhamma bisa di anggap sebagai Ajaran tertinggi (Paramattha desana) dari Sang Buddha. Prinsip2 dan Hubungan Sebab2 yang Sang Buddha uraikan dalam Abhidhamma begitu Alamiah, masuk Akal dan begitu Indah bahwa mereka dapat menunjuk dengan tepat Akar dari Sebab Kesengsaraan. Hal yang sangat luar biasa dari Ajaran2 Sang Buddha adalah Ajarannya mencakup Teori dan Praktek dan mereka dengan jelas dan pasti menegaskan Nilai Kemanusiaan, Kode Moral terbaik, dan Kedamaian abadi dan Jalan Utama Beruas Delapan menuju ke Kedamaian itu. 2 Semua Ajaran2 yang berharga ini telah di buktikan sering kali oleh jutaan para Ariya, ialah Orang2 mulia yang telah menapaki di atas Jalan itu dan masih dapat di buktikan setiap Waktu pada setiap Tempat oleh setiap Orang yang sanggup yang dengan Kemauan dan Ketabahan mengikuti Jalan itu. Arti Abhidhamma. Sutta Pitaka dan Abhidhamma bersamaan dikenal sebagai Dhamma.- Satu Kata bahasa Pali berarti “Doktrin atau Ajaran” dari Sang Buddha. Dhamma adalah Ajaran yang dapat menyelamatkan Orang2 yang mematuhi Dhamma dari Kejatuhan dalam Empat Alam Rendah (apayas) dan yang dapat memurnikan Pikiran dari Kekotoran2 Batin dengan demikian untuk mencapai Kedamaian abadi dan Kebahagiaan. Awalan “Abhi” di gunakan dalam menyatakan Lebih Besar, Besar, Tinggi sekali, Luhur, Luar biasa dst.. Abhidhamma Pitaka lebih besar, lebih mulia dan luar biasa dari Sutta Pitaka dalam Hal bahwa; i. Abhidhamma Pitaka berisi lebih banyak Kelompok Dhamma (Dhammakkhandhas) dari pada Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka (Abhidhamma terdiri dari 42.000 dhammakkhandas sedangkan Sutta Pitaka dan Vinaya Pitaka masing2 berisi 21.000 dhammakkhandas). ii.Sang Buddha menggunakan banyak Metode dalam menjelaskan Abhidhamma dari pada beliau mengajarkan Sutta Dhamma, dan iii.Dalam Abhidhamma Sang Buddha menganalisa Pikiran dan Materi dengan mendetail dalam Istilah Kenyataan tertinggi dikenal sebagai “Paramatthas”. Paramatthas ini akan di jelaskan di dalam Bab Pendahuluan. Apakah Pikiran itu? Para Filsuf biasa memakai “Pikiran dan Materi” sebagai Dua Prinsip Dasar dari Dunia. Tetapi mereka gagal mendapatkan Satu Kesepakatan tentang Apakah Pikiran itu. Para Ahli Jiwa memulai tugas mereka dengan menyelidiki Alamiah Pikiran.. Tapi, ketika mereka tidak dapat menetapkan dan menggabungkan Pikiran, mereka kembali kepada Kebiasaan dari Binatang dan Manusia. Maka Ilmu Jiwa menjadi “Pembelajaran dari Perilaku” dari pada “Ilmu tentang Pikiran” 3 Sekarang Ilmu Pengetahuan tidak mempunyai Alat2 untuk melacak Pikiran. Maka Ahli2 Ilmu Pengetahuan menyangkal Keberadaan dari Pikiran dan mengikuti Teori bahwa Otak berfungsi sebagai Pikiran. Teori ini tidak dapat menjelaskan Fenomena yang aneh dari Telepati, Klairvoyan, Persepsi diluar batas Indera, Psichokinesis, Percobaan2 keluar dari Tubuh, Kehidupan setelah Kematian. Dst.. yang tidak dapat di sangkal oleh Ilmu Pengetahuan sekarang. Selain itu Penyelidikan Otak telah mengungkapkan, walau Fungsi Otak sebagai sebuah Komputer yang super, ia memerlukan Satu Unsur luar untuk menjalankannya sama seperti Komputer biasa memerlukan untuk di Program oleh Manusia. Bukankah itu Unsur Luar sebagai Pikiran? Abhidhamma menjelaskan Pikiran sebagai Satu Gabungan dari Citta (Kesadaran) dan Cetasika (Faktor2 Mental atau yang selalu bersama dengan Pikiran). Ada 52 Cetasika atau Faktor2 Mental—Beberapa dapat mengotori Pikiran, beberapa dapat memurnikan Pikiran dan beberapa Netral. Jumlah dari Kombinasi yang memungkinkan antara Citta dan Cetasika adalah 121. Kombinasi2 ini menyatakan dari berbagai Keadaan Pikiran. Mereka secara penuh menjelaskan mengapa kadang2 Pikiran buruk dan kadang2 baik, kadang2 sedih dan kadang2 bahagia, kadang2 jahat dan kadang2 mulia, dsb.. Dalam Segi Praktek dari Ajaran beliau, Sang Buddha menjelaskan beberapa Cara untuk mengembangkan Samadhi (Konsentrasi). Ketika Faktor2 Mental yang tidak Bermanfaat seperti Lobha (Keserakahan), Dosa (Kebencian), Uddhacca (Kegelisahan), Kukkucca (Penyesalan), Vicikiccha (Keraguan), Thina-middha (Kemalasan dan Kelambanan) dapat di tenangkan untuk tidak timbul dalam Pikiran, maka Pikiran tidak gentar, damai dan dalam Keadaan cerah. Ini adalah Keadaan dari Upacara Samadhi (Tetangga Konsentrasi atau Jalan masuk Konsentrasi), berarti ia dekat kepada Jhana (Pencerapan). Pada Keadaan Upacara Samadhi, karena Kekotoran Batin tidak ada dalam Pikiran, Se-seorang menikmati Ketenangan dan damai tak dapat di bandingkan dengan Kenikmatan Indera. Satu Berkah yang lebih tinggi di nikmati ketika Se-seorang dapat mencapai tingkat Konsentrasi sedikit lebih tinggi dari Jhana Samadhi. Setelah mengembangkan Empat Rupa-Jhana (Meditasi Pencapaian dari Alam Materi Halus) dan Empat Arupa-Jhana (Pencerapan dari Alam Tanpa Materi), Se-seorang dapat melanjutkan Satu Langkah lebih lanjut untuk mengembangkan Abhinna (Pengetahuan Super Normal). Ada Lima Kekuatan Super Normal Keduniawian (Lokiya): (1). Kekuatan Dewa 4 (iddhi-vidha), (2). Telinga Dewa (dibhasota), (3). Mata Dewa (dibha- cakkhu), (4). Menembus Pikiran Orang lain (ceto-pariya-nana) dan (5). Mengingat Kehidupan2 lampau (pubbe-nivasanussati). Kekuatan2 Super Normal ini jauh melebihi Kekuatan Telepati, Klairvoyan, Psichokinesis,dsb.. Dengan iddhi-vidha-abhinna Se-seorang dapat menembus Dinding dan Gunung tanpa di halangi, menyelam ke dalam Tanah, berjalan di atas Air dan terbang di Udara. Dengan dibha- cakkhu-abhinna Se-seorang dapat melihat Alam apaya (Alam lebih rendah) begitu juga Alam2 Dewa dan Brahma dan Mahluk2 yang di lahirkan Kembali di dalam Tiga puluh satu Alam Kehidupan sesuai dengan Kamma mereka (Kamma atau Perbuatan). Dengan ceto-pariya- nana, Se-seorang dapat melihat Pikiran2 Orang lain dan mengetahui Keinginan mereka. Pencapaian Kekuatan2 Super Normal ini, bagaimanapun bukanlah Tujuan dari Buddhisme. Kekuatan menembus Pikiran disertai dengan upacara-samadhi atau jhana-samadhi di gunakan untuk memperhatikan timbul dan lenyapnya nama (Pikiran dan yang mengikutinya) dan rupa (Materi tertinggi) di dalam Tubuh. Nama dan Rupa ini tidak dapat di lihat walau di bawah Mikroskop Elektronik sekalipun, tetapi mereka dapat di lihat dengan Pikiran Samadhi! Dengan meditasi pada Tiga Sifat Umum dari Nama dan Rupa yaitu, Tidak kekal (anicca), Menderita (dukkha) dan Tanpa-Diri (anatta) dan juga pada Hubungan Sebab Musabab antara Nama dan Rupa, Se- seorang sedang menelusuri sepanjang Jalan Utama Beruas Delapan dan cepat atau lambat akan mencapai Magga (Jalan) dan Phala (Buah) Pertama. Kemudian Se-seorang menjadi Seorang Pemenang Arus (Orang mulia) dan sepenuhnya terjamin tidak akan di lahirkan Kembali dalam Alam2 rendah lagi. Pemenang Arus (Sotapana ariya) dapat menikmati Kedamaian di atas Duniawi, dari Nibbana bilamana ia memilihnya. Bila ia meneruskan dengan Meditasi Vipassana-nya (Pengertian) ia akan mewujudkan Tiga Maggas dan Phalas (Jalan dan Buah) yang lebih tinggi dalam Hal itu dan menjadi Seorang Arahat (Yang sempurna) dalam Kehidupan ini juga. Walau ia tidak meneruskan dengan Meditasi Vipassana-nya, Sotapana akan dengan sendirinya menjadi Seorang Arahat tidak lebih dari pada Tujuh Kehidupan. Dalam Diri Arahat semua Kekotoran Batin di cabut sampai ke Akar2nya sepenuhnya dan di hancurkan. Karena Kekotoran2 Batin ini adalah Penyebab sebenarnya dari semua Kesengsaraan. Penghancuran 5 totalnya berarti Kebahagiaan yang sempurna dan Kedamaian abadi bagi Arahat. Maka dengan memurnikan Pikiran dari semua Kekotoran Batin yang menyebabkan Kesengsaraan dan merendahkan Satu Orang, ia dapat menjadi Seorang Arahat yaitu Orang yang paling mulia diantara Manusia dan Dewa dan yang dapat menikmati Kedamaian tertinggi dan abadi dari Nibbana selamanya. Maka untuk menjadi Seorang Arahat adalah Tujuan yang benar bagi Manusia dan Dewa, dan Tujuan tertinggi dalam Kehidupan ini dapat di capai hanya melalui Analisa dan Pengertian yang benar dari Pikiran dan Materi sebagaimana yang di ajarkan oleh Sang Buddha. Harus di tekankan di sini bahwa Apa-pun yang Buddha telah ajarkan pada kita diluar daripada Kemahatahuan beliau dan Pengalaman sendirilah dapat di uji dan di buktikan oleh Siapa saja dengan Pengalamannya sendiri. Sebuah Pembicaraan Intelektual Abhidhamma bersangkutan dengan Kenyataan2 yang betul2 ada dalam Alam. Ia menganalisa keduanya Pikiran dan Materi dengan benar dan mendetail yang merupakan Mesin yang rumit dari Manusia. Ia membabarkan Enam Pintu2 Indera dalam Diri Manusia, Enam Rangsangan Indera datang dari luar dan Proses2 Pikiran yang timbul ketika Rangsangan datang kedalam Kontak dengan Pintu2 Indera. Berbagai Keadaan Mental berbareng dengan Sebab2 dari Keadaan2 Mental ini di jelaskan Satu per Satu Pikiran Bermanfaat dan tidak Bermanfaat dan Akibat2nya di teliti. Juga Proses Kehidupan dan Kematian dan bahwa Kelahiran Kembali dalam berbagai Alam di pengaruhi Kekuatan Kamma dengan jelas di terangkan. Rupa, yang terdiri dari Materi dan Energi, di bagi-bagi lagi dan di Golongkan pada Keadaan tertinggi. Ke-dua2nya Nama (Pikiran dan yang mengikutinya) dan Rupa (Materi dan Energi) hidup sangat singkat. Mereka timbul dan berakhir dalam Aturan Satu triliun kali ( 10 pangkat 12) dalam Satu Detik. Maka Pandangan bahwa Kesadaran mengalir seperti Sebuah Arus sebagaimana yang di kemukakan oleh beberapa Ahli Ilmu Jiwa modern seperti William James jadi betul2 jelas bagi Orang yang mengerti Abhidhamma. Hukum Sebab Akibat yang saling bergantungan dan Hukum Hubungan Sebab yang di bicarakan secara sistimatis dan menyeluruh di 6 dalam Abhidhamma, Hukum2 ini tidak ada Persamaannya dalam Suatu Filsafat yang lain. Akhirnya Empat Kebenaran Mulia, ialah Kebenaran Mulia tentang Dukkha, Sebab Dukkha, Berhentinya Dukkha dan Jalan menuju berhentinya Dukkha, jadi secara jelas sebagaimana Seorang menjalani Abhidhamma. Empat Kebenaran Mulia ini adalah Kebenaran tertinggi yang meliputi semua Hubungan2 Sebab dalam Dunia begitu juga dalam tingkat di luar Keduniawian. Mereka yang dapat dengan jelas melihat Kebenaran Mulia ini dengan Pikiran Samadhi atau Mata-Kebijaksanaan mereka akan menjadi tercerahkan sebagai Orang yang mulia. Inti sari dari Buddha Abhidhamma. Sama seperti Ilmu Pengetahuan Alam menyelidiki Hukum2 Alam yang mengatur Proses2 Alamiah, begitu juga Abhidhamma menggambarkan Kebenaran2 Alamiah yang mengatur Proses2 Alamiah. Tetapi Tingkatan2 dan Penyajiannya berbeda. Semua Ilmu2 Pengetahuan Alamiah, seperti Ilmu Alam, Kimia, Biologi, Geologi, Ilmu Bumi Alam, Teknik, Elektrik dan Ilmu Pengobatan berhubungan dengan Materi dan Energi-Aspek2 pisik dari Alam. Malah Ilmu Jiwa, yang mengikuti Perilaku, tidak dapat menunjukkan Pikiran dan menganalisanya. Tetapi Pikiranlah yang memimpin Dunia dan Kehidupan setiap Orang. Semua Ilmu Pengetahuan dan Filsafat di haslikan oleh Pikiran, di kendalikan oleh Pikiran. Maka tidak di ragukan lagi Pikiranlah Unsur yang paling utama di dalam Dunia. Abhidhamma menunjuk Pikiran, menganalisa dan Menggolongkan Pikiran, menjelaskan Fungsi2 dari Pikiran dan meletakkan Pikiran dalam Posisi yang benar. Kesanggupan yang sebenarnya dari setiap Orang terdapat dalam Pikirannya. Maka tak Seorang-pun perlu untuk melihat ke Langit dan memohon Pertolongan dari beberapa Kekuatan2 Super Natural karena Kekuatan yang paling besar terdapat dalam Dirinya sendiri ! Abhidhamma juga menyatakan tentang Materi dalam Hubungannya dengan Pikiran. Ia juga membabarkan Nibbana (Nirwana) yang terbebas dari Pikiran dan Materi. Ilmu2 Pengetahuan Alamiah tidak dapat mengubah Seorang Bajingan menjadi Seorang yang mulia sedangkan Abhidhamma bisa. Para Ilmuwan dan Filsuf tidak dapat menunjukkan Jalan kepada Penghentian Dukkha dan ke Kedamaian abadi sedangkan Abhidhamma bisa. 7 Para Ilmuwan, Filsuf, Ahli Ilmu Jiwa dan setiap Pencinta Kebenaran akan mendapatkan Abhidhamma menjadi Satu Pembicaraan Intelektual yang khusus. Pengetahuan Apa yang ada di dalam Kehidupan ini yang lebih berharga dari pada Abhidhamma yaitu ajaran tertinggi dari yang tercerahkan ? --oOo— 8 Pendahuluan. Satu Pendahuluan yang pantas. Abhidhamma Pitaka terdiri dari Tujuh Risalah – yaitu, Dhammasangani, Vibhanga, Dhatukatha, Puggala pannatti, Kathavatthu, Yamaka dan Patthana. Materi Pokok dari Abhidhamma adalah Empat Kenyataan tertinggi (paramatthas) dan hubungan Sebab2 diantara mereka. Perlakuan pada Materi Pokok adalah tehnik tinggi dan sistimatis yang luar biasa menggunakan Syarat2 Filsafat yang murni yang sebenarnya di dalam Pengertian yang absolut. Bila Seorang dapat mempelajari dengan sabar Risalah2 Abhidhamma, ia tidak bisa tidak mengagumi Kebijaksanaan yang besar dan Pengertian yang mendalam dari Sang Buddha. Tetapi tidaklah mudah mempelajari Abhidhamma pada Usaha sendiri karena ia bisa secara mudah tersesat di dalam Rimba dari Kondisi2 yang abstrak dan Metode yang asing. Ada, bagaimanapun, Satu Risalah yang terkenal di sebut Abhidhammattha Sangaha, yaitu Pendahuluan yang paling cocok untuk Abhidhamma. Risalah ini di tulis oleh Y.M. Anuruddha Thera, Seorang Bhikkhu India dari Kancipura (Kanjeevaram), merangkum semua Titik2 yang penting dari Abhidhamma sangat terperinci. Risalah ini, Aslinya di tulis dalam Bahasa Pali, telah di terjemahkan ke dalam beberapa Bahasa. Di Myanmar Materi Pokok dari Risalah ini termasuk dalam Mata Pelajaran bagi Bhikkhu muda dan para Bhikkhu, dan juga di gunakan sebagai Pelajaran Ujian Abhidhamma yang berlangsung setiap tahun di seluruh Myanmar yang di adakan oleh Kementerian Agama. Buku yang sekarang, berjudul The Essence of Buddha Abhidhamma, lebih meneliti Materi Pokok yang ada dalam “Abhidhammattha Sangaha” dalam Satu Cara Sistim sederhana dengan Ketelitian tertentu dengan Pandangan Ilmu Pengetahuan dan Segi2 Praktis. Itu di tulis lebih kurang dalam Bentuk yang di gunakan oleh Penulis sebagai Petunjuk Kuliah dalam memimpin Kuliah Singkat Abhidhamma. Kuliah2 terbukti sangat berhasil. Maka Pembaca akan mendapatkan Buku ini secara Keseluruhan membuktikan dan menarik untuk belajar Kenyataan2 Pokok dari Abhidhamma. Abhidhamma sesungguhnya adalah Pengetahuan Emas yang akan membantu Seorang untuk membuang Pandangan2 Salah dan untuk 9 mendapat Pandangan Benar bagi Kebebasan sepenuhnya untuk Seorang dari semua Kesengsaraan. Kenyataan2 Ada Dua macam dari Kenyataan – Kenyataan dan Kenyataan tertinggi. Kenyataan yang sebenarnya ialah Kebenaran Konvensional biasa atau Kebenaran biasa yang di terima (Sammuti-sacca). Disebut pannatti dalam Abhidhamma. Kenyataan tertinggi ialah Kebenaran tertinggi (paramattha-sacca) di sebut paramattha dalam Abhidhamma. Dalam Ilmu Pengetahuan Dasar kita belajar tentang Kenyataan Kedalaman dari Satu Benda di dalam Air. Kedalaman yang Nyata adalah lebih dangkal dari pada Kedalaman yang sebenarnya. Ia kelihatan muncul sebagai Kedalaman sebenarnya karena pembiasan dari Cahaya yang melewati dari satu Media lebih rapat (Air) ke Media yang lebih ringan (Udara). Maka bila Seorang Penangkap Ikan melempar Sebuah Tombak ke Se-ekor Ikan di mana ia melihatnya di bawah Air, Tombak itu tidak akan mengenai Ikan sebab si Ikan sebenarnya tidak ada di sana. Dengan Cara yang sama pannattis atau Kenyataan yang sebenarnya walau mereka se-olah2 Ada, sebenarnya tidak ada. Apa pannattis itu? Pannattis adalah Nama2 dari yang hidup dan yang tidak hidup, mereka juga mengacu pada Barang2 dan Orang2 itu sendiri. Maka tidak hanya Nama-nama, Orang, Anjing, Meja, Rumah, dsb.. adalah pannattis, tapi Orang itu, Anjing itu, Meja itu, Rumah itu, dsb..juga adalah pannattis. Adalah Nyata bahwa “Nama-nama” bukanlah Kenyataan tertinggi sebab Satu Barang yang khusus telah di berikan Nama2 yang berbeda dalam Bahasa yang berbeda. Ada Satu Episode yang menarik terutama pemberian Nama di Myanmar. Seorang Anak Laki2 bernama Mr.Ba muncul untuk Ujian masuk Universitas, Ia gagal dalam Usahanya yang pertama. Ia muncul lagi untuk Ujian yang sama Tahun berikutnya dengan Nama baru Mr.Ba. Hla, Ia gagal lagi. Dalam Tahun ke Tiga ia mengganti Namanya jadi Mr.Ba. Hla. Than dan duduk lagi untuk ujian. Lagi ia tidak mendapat Nasib baik. Maka untuk memperbaiki Keberuntungannya ia memakai Nama Mr.Ba. Hla. Than. Tin pada Tahun ke Empat. Ia gagal lagi dalam Ujian. Walaupun begitu ia muncul lagi untuk Ujian pada Tahun ke Lima dengan Nama yang lebih panjang Mr.Ba. Hla. Than. Tin. Nyunt. Wah, ia lulus 10 Ujian sekali ini. Maka ia di kenal sebagai Mr.Ba. Hla. Than. Thin. Nyunt ketika ia bergabung pada University of Yangon. Tujuanya ialah, karena Nama2 dapat di pilih atas Kehendak untuk menandakan Macam2 Barang dan Orang, mereka tidak dapat jadi Kenyataan yang tertinggi. Namun kita harus menggunakan Nama2 ini dalam Ungkapan kita se-hari2 dan berbicara untuk berkomunikasi Satu sama lain. Orang lain jadi mengerti dengan benar Apa yang kita maksudkan dan Apa yang kita mau maka Ungkapan2 dan Pembicaraan2 ini dengan tidak ada Keinginan berdusta di sebut, Samuti-sacca atau Kebenaran Konvensional. Sekarang menurut Abhidhamma, tidak hanya Nama-nama tapi juga Barang2 dan Orang2, Nama2 yang di maksud tidaklah benar2 Ada. Anda mungkin membantah: “Mengapa?, kita kan bisa melihat Meja, Rumah, Orang, Anjing, dan kita juga dapat menyentuh dan merasakan mereka. Mengapa mereka tidak Ada? “ Kalau begitu sudilah perlihatkan saya Meja itu. Bukankah Kayu itu yang sedang anda sentuh atau tunjuk itu? Bila anda mengambil keluar Potongan2 Kayu dari Meja itu, apakah Meja itu masih Ada? Sama juga dengan Rumah. Bila anda mencopot Ke-empat Dinding2nya dan membongkar Atap2nya, Rumah itu akan tidak Ada. Bagaimana dengan Orang dan Anjing? Bila anda mengambil setiap Bagianya seperti, Rambut, Kuku, Kulit, Daging, Darah, Tulang, Usus, Jantung, Hati, Paru2, Limpa, dst..pada gilirannya dan mengajukan Pertanyaan: “Apakah ini Orang atau Anjing itu?” Jawabnya selalu “Bukan”. Maka Orang dan Anjing itu sebenarnya tidak Ada. Lagi ada Satu Cuplikan yang menarik, dalam Kitab Suci agama Buddha antara Dua Orang bijaksana-Raja Milinda dan Y.M. Arahat Nagasena. Raja bertanya, “Dengan Nama Apa saya akan mengenal anda, Tuan?” Y.M. Nagasena menjawab, “Rekan2ku memanggil saya Nagasena. Tapi Nama dan Orang yang di panggil sehubungan itu tidak benar2 Ada.” Raja berkomentar, “Bila Nagasena dan Orangnya tidak Ada, kepada siapa Orang2 mempersembahkan Dana dan siapa yang menerima Dana2 ini? Karena anda menerimanya, anda sebenarnya Ada. Mengapa anda berdusta sedangkan anda punya Kemuliaan yang tinggi?” Y.M. Nagasena bertanya, “Yang mulia, apakah anda datang ke Vihara ini jalan kaki atau naik Kereta?” Raja menjawab, “Saya datang naik Kereta.”
Description: