ebook img

bab iv penafsiran ayat-ayat amar ma'ru PDF

91 Pages·2017·1.01 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview bab iv penafsiran ayat-ayat amar ma'ru

BAB IV PENAFSIRAN AYAT-AYAT AMAR MA’RU<F DAN NAHI< MUNKAR DALAM TAFSI<R FI< Z{ILA<L AL-QUR’A<N DAN TAFSIR AL-MISHBA<H A. Klasifikasi Ayat-ayat Tentang Amar Ma’ru>f dan Nahi> Munkar Sebelum penulis mencoba menguraikan dengan lebih panjang, ingin penulis menjelaskan belangan, su>rah dan nuzu>lnya dalam beberapa ayat yang berkaitan dengan amar ma’ru>f dan nahi> munkar. Berikut adalah: Bil Su>rah Nuzu>l A<yat 1 A<li ‘Imra>n, Madaniyyah.         ayat 104.         2 A<li ‘Imra>n, Madaniyyah.        ayat 110.                    3 A<li ‘Imra>n, Madaniyyah.       ayat 114.           134 135 4 Al-A’ra>f, Makkiyyah.        ayat 157.                                        5 Al-Taubah, Madaniyyah.        ayat 67.                6 Al-Taubah, Madaniyyah.        ayat 71.                     7 Al-Taubah, Madaniyyah.     ayat 112.               136 8 Al-H{ajj, Madaniyyah.          ayat 41.          9 Luqma>n, Makkiyyah.          ayat 17.          Sebelumnya telah dijadwalkan mengenai term-term amar ma’ru>f dan nahi> munkar supaya mudah digambar dan diperhatikan ayat-ayat di beberapa tempat di dalam Al-Qur‟an. Maka di pembahasan kali ini kita akan menggali mengenai term amar ma’ru>f dan nahi> munkar. Dalam Al-Qur‟an sering kita temui bahwa amar ma’ru>f digandengkan dengan kata nahi> munkar. Setidaknya kata amar ma’ru>f dan nahi> munkar ditemukan di delapan (8) tempat di dalam Al-Qur‟an. Sebetulnya ada sekitar kurang lebih sembilan (9) ayat yang dikisahkan didalam Al-Qur‟an secara eksplisit menyebut tentang amar ma’ru>f dan nahi> munkar pada lima (5) su>rah yang berlainan yaitu su>rah A<li ‘Imra>n pada ayat 104, 110 dan 114, su>rah Al- A’ra>f pada ayat 157, su>rah Al-Taubah pada ayat 67, 71 dan 112, su>rah Al-H{ajj pada ayat 41, su>rah Luqma>n pada ayat 17. Tetapi tentang amar ma’ru>f dan nahi> munkar ayat 67 (su>rah Al-Taubah) itu sebalik, yakni dibalik menjadi amar ma’ru>f dan nahi> munkar. 137 B. Penafsiran Sayyid Qut}b Terhadap Ayat-ayat Amar Ma’ru>f dan Nahi> Munkar Pada persektif ini, penulis akan menguraikan dengan panjang lebar penafsiran Sayyid Qut}b terhadap ayat-ayat amar ma’ru>f dan nahi> munkar. Berikut adalah: 1. Penafsiran Sayyid Qut}b terhadap Surat A<li ‘Imra>n, ayat 104, 110 dan 114: a. Surat A<li ‘Imra>n, ayat 104, Dakwah, Amar Ma’ru>f Nahi> Munkar, dan perlunya Kekuasaan untuk Menegakkannya. Sebelum penulis menguraikan dengan panjang lebar penafsiran Sayyid Qut}b terhadap ayat ini, telah disebutkan sebelum ini bahwa adanya korelasi (muna>sabat) antara ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya. Sayyid Qut}b menjelaskan untuk melaksanakan konsep amar ma’ru>f dan nahi> munkar, seharusnya kaum Muslimi>n mempunyai dua pilar, yaitu: 1) Pilar Ima>n dan Taqwa> kepada Allah . 2) Pilar Ukhuwah (Persaudaraan) karena Allah .1 Adapun tugas kaum Muslimi>n yang berpijak diatas dua pilar ini adalah tugas utama yang harus mereka laksanakan untuk menegakkan manhaj Allah di muka bumi, dan untuk memenangkan kebenaran atas kebatilan, yang ma’ru>f atas yang munkar, dan yang baik atas yang buruk. Tugas yang karenanya Allah 1 Sayyid Qut}b, Tafsi>r fi> z}ila>l al-Qur’a>n di bawah naungan Al-Qur’an, penerjemah: As'ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahlil, Muchotob Hamzah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. 1, jilid. 3, h. 180-181. 138 mengorbitkan kaum Muslimi>n dengan tangan dan pengwaan-Nya, serta sesuai manhaj-Nya, inilah yang ditetapkan dalam ayat, “Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ru>f dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.” (A<li ‘Imra>n: 104) Oleh karena itu, haruslah ada segolongan orang atau satu kekuasaan yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ru>f, dan mencegan dari yang munkar. Ketetapan bahwa harus ada suatu kekuasaan adalah madlu>l „kandungan petunjuk‟ nas} Al-Qur‟an ini sendiri. Ya, disana ada „seruan‟ dari yang munkar. Apabila dakwah (seruan) itu dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki kekuasaan, maka „perintah dan larangan‟ itu tidak akan dapat dilakukan kecuali oleh orang yang memiliki kekuasaan. Begitulah pandangan Islam terhadap masalah ini bahwa disana harus ada kekuasaan untuk memerintah dan melarang; melaksanakan seruan kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran; bersatupada unsur-unsurnya dan saling terikat dengan tali Allah dan tali ukhuwwah filla>h; dan berpijak diatas kedua pilar yang saling menopang untuk mgnimplementasakan manhaj Allah dalam kehidupan manusia. Untuk mengimplementasikan manhaj-Nya membutuhkan "dakwah" kepada kebajikan hingga manusia dapat mengenal manhaj ini, dan memerlukan kekuasaan untuk dapat "memerintah" manusia kepada yang ma'ru>f 139 dan "mencegah" mereka dari yang munkar. Ya, harus ada kekuasaan yang dipatuhi, sedang Allah sendiri berfirman,2 "Tidak lah Kami mengutus seorang rasul pun melainkan untuk ditaati dengan seiz\in Allah." (Al-Nisa>': 64) Maka, manhaj Allah di muka bumi bukan semata-mata nasihat, bimbingan, dan keterangan. Memang ini adalah satu aspek, tetapi ada aspek yang lain lagi, yaitu menegakkan kekuasaan untuk memerintah dan melarang; mewujudkan yang ma'ru>f dan menidakkan kemunkaran dari kehidupan manusia; dan memelihara kebiasaan jama>'ah yang bagus agar jangan disia-siakan oleh orang-orang yang hendak mengikuti hawa nafsu, keinginan, dan kepentingannya. Juga untuk melindungi kebiasaan yang s}a>lih} ini agar setiap orang tidak berkata menurut pikiran dan pandangannya sendiri, karena menganggap bahwa pikirannya itulah yang baik, ma'ru>f, dan benar. Oleh karena itu, dakwah kepada kebajikan dan mencegah kemunkaran bukanlah tugas yang ringan dan mudah. Sesuai tabiatnya, kita lihat adanya benturan dakwah dengan kesenangan, keinginan, kepentingan, keuntungan, keterpedayaan, dan kesombongan manusia (objek dakwah). Di antara manusia itu ada penguasa yang kejam, pemerintah yang berkuasa, orang yang rendah moralnya, orang yang sembrono dan membenci keseriusan, orang yang mau bebas dan membeni kedisipliman, orang yang z}a>lim dan membenci kea>dilan, serta orang yang suka menyeleweng dan membenci yang lurus. Mereka menganggap buruk 2 Ibid, h. 184. 140 terhadap kebaikan dan menganggap baik terhadap kemunkaran. Padahal, umat dan manusia pun tidak akan bahagia kecuali kalau kebaikan itu yang dominan. Sedangkan, hal itu tidak akan terjadi kecuali yang ma'ru>f tetap dipandang ma'ru>f dan yang munkar dipandang munkar. Semua itu memerlukan kekuasaan bagi kebajikan dan kema'ru>fan. Kekuasaan untuk memerintah dan melarang agar perintah dan larangannya dipatuhi.3 Oleh karena itu, harus ada jama>'ah yang berpijak di atas pilar ima>n kepada Allah dan bersaudara karena Allah, agar dapat menunaikan tugas yang sulit dan berat ini dengan kekuatan ima>n dan takwa serta kekuatan cinta dan kasih saying antara sesama. Keduanya ini merupakan unsur yang sangat diperlukan untuk memainkan peranan yang ditugaskan Allah ke pundak kaum Muslimi>n dan dijadikan pelaksanaanya sebagai syarat kebahagiaan. Maka, berfirmanlah Dia mengenai orang-orang yang menunaikan tugas ini, "Merekalah orang-orang yang beruntung." Sesungguhnya membentuk jama>'ah merupakan suatu keharusan dalam manhaj Ilahi. Jama>'ah ini merupakan komunitas bagi manhaj ini agar dapat bernapas dan eksis dalam bentuk riilnya. Merekalah komunitas yang baik, yang saling membantu dan bekerjasama untuk menyeru kebajikan. Yang ma'ru>f – dikalangan mereka – adalah kebaikan, keutamaan, kebenaran, dan keadilan. Sedangkan, yang munkar adalah kejahatan, kehinaan, kabatilan, dan kezaliman.4 3 Ibid, h. 184-185. 4 Ibid, h. 185. 141 Melakukan kebaikan ditengah-tengah lebih mudah diripada melakukan keburukan. Keutamaan dikalangan mereka lebih sedikit bebannya daripada kehinaan. Kebenaran dikalangan mereka lebih kuat daripada kebatilan dan keadilan lebih bermanfaat daripada kezaliman. Orang yang melakukan kebaikan akan mendapat dukungan dan orang melakukan keburukan akan mendapat perlawanan serta penghinaan. Nah, disinilah letak nilai kebersamaan itu. Sesungguhnya ini adalah lingkungan yang didalamnya kebaikan dan kebenaran dapat tumbuh tanpa usaha- usaha yang berat, karena segala sesuatu dan semua orang yang ada disekitarnya pun mendukungnya. Di lingkungan seperti ini keburukan dan kebatilan tidak dapat tumbuh kecuali dengan sangat sulit, sebab apa yang ada disekitarnya menentang dan melawannya. Tas}awwur persepsi, pemikiran Isla>mi> tentang 'a>lam wuju>d, kehidupan, tata nilai, perbuatan, peristiwa, benda, dan manusia bebeda dengan persepsi ja>hiliyyah dengan perbedaan yang mendasar dan substansial. Oleh karena itulah, harus ada sebuah komunitas khusus di mana persersi ini dapat hidup dengan segala tata nilainya yang spesifik. Harus ada komunitas dan lingkungan yang bukan komunitas dan lingkungan ja>hiliyyah.5 Inilah komunitas khusus yang hidup dengan tas}awwur Isla>mi> dan hidup untuknya. Maka, dikalangan mereka hiduplah tas}awwur ini. Karakteristiknya dapat bernafas dengan bebas dan merdeka dan dapat tumbuh dengan subur tanpa ada hambatan atau serangan dari dalam. Apabila ada hambatan-hambatan maka ia akan 5 Ibid, h. 185-186. 142 diajak kepada kebaikan, disuruh kepada yang ma'ru>f, dan dicegah dari yang munkar. Apabila ada kekuatan z}a>lim yang hendak menghalang-halangi manusia dari jalan Allah maka ada orang-orang yang memeranginya demi membela manhaj Allah bagi kehidupan. Komunitas ini terlukis dalam wuju>d jama>'ah kaum Muslimi>n yang berdiri tegak di atas fondasi ima>n dan ukhuwah. Ima>n kepada Allah untuk mempersatukan persepsi mereka terhadap alam semesta, kehidupan, tata nilai, 'amal perbuatan, peristiwa, benda, dan manusia. Juga agar mereka kembali kepada sebuah timbangan untuk menimbang segala sesuatu yang dihadapinya dalam kehidupan; dan agar berhukum kepada satu-satunya syari>'at dari sisi Allah, dan mengarahkan segala loyalitasnya kepada kepimpinan untuk mengimplementasikan manhaj Allah di muka bumi. Ukhuwah Filla>h 'persaudaraan karena Allah', untuk menegakkan eksistensinya atas dasar cinta dan solidaritas. Sehingga, dipendamlah rasa ingin menang sendiri, tapi sebaliknya ditonjolkan rasa saling mengalah dan mementingkan yang lain, dengan penuh kerelaan, kehangatan, kesalingpercayaan dan kegembiraan.6 Demikianlah kaum Muslimi>n pertama di Madi>nah, berdiri tegak di atas dua pilar ini. Pertama, pilar ima>n kepada Allah yang bersumber dari pengenalannya kepada Allah , terlukisnya sifat-sifat-Nya di dalam hati, takwa kepada-Nya, merasa bersama-Nya, dan diawasi-Nya, dengan penuh kesadaran dan sentivitas 6 Ibid, h. 186. 143 dalam batas yang jarang dijumpai pada orang lain. Kedua, didasarkan pada cinta yang melimpah dan mengalir deras; dan kasih saying yang nyaman dan indah; serta saling setia kawan dengan kesetiaan yang mendalam. Semuanya dapat dicapai oleh jama>'ah itu. Kalau semua itu tidak terjadi, niscaya semuanya akan dianggap sebagai mimpi. Adapun kisah persaudaraan antara kaum Muha>jiri>n dan Ans}ar merupakan kisah tentang dunia hakikat, tetapi t}abi>'atnya lebih dekat kepada dunia nyata dengan segala penyantunannya. Ini merupakan kisah yang benar-benar terjadi di bumi, tetapi t}abi>'atnya di alam keabdian dan hati nurani. Dia atas pijakan ima>n dan persaudaraan seperti itulah manhaj Allah dapat ditegakkan di muka bumi sepanjang masa. Karena itu, kembalilah ayat-ayat berikutnya memperingatkan kaum Muslimi>n agar jangan sampai berpecah-belah dan berselisih. Mereka juga diingatkan terhadap akibat yang menimpa orang-orang yang memikul amanat manhaj Allah sebelumnya, dari kalangan Ahli Kitab, yang berpecah-belah dan berselisih. Ketika itu Allah mencabut bendera kaum Ahli Kitab dan menyerahkannya kepada kaum Muslimi>n yang hidup bersaudara.7 b. Surat A<li ‘Imra>n, ayat 110, Khairu Ummah dan Aneka Macam Keadaan Ahli Kitab (A<li 'Imra>n: 110-117) Bagian pertama dalam himpunan ayat ini meletakkan kewajiban yang berat di atas kaum Muslimi>n di muka bumi, sesuai dengan kemuliaan dan ketinggian 7 Ibid, h. 187.

Description:
5 Al-Taubah, . ayat 67 (su>r ah Al-Taubah) itu sebalik, yakni dibalik menjadi amar ma'ru>f positif masyarakat, buka perkembangan negatifnya.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.