ebook img

BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Konflik Sosial dan Politik dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak PDF

114 Pages·2004·0.54 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Konflik Sosial dan Politik dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA Pada bab ini penulis akan menganalisis permasalahan mengenai konflik sosial dan politik serta wacana konflik sosial dan politik dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak . Konflik yang terdapat dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak meliputi konflik sosial, politik, agama, ekonomi dan budaya. Penulis akan menjelaskan penyebab timbulnya konflik, resolusi konflik dengan kekerasan atau tanpa kekerasan, pengaruh positif atau negatif yang dihasilkan konflik, dan jenis kelompok konflik konstruktif dan destruktif. Selanjutnya pada analisis permasalahan kedua penulis akan menjabarkan wacana konflik sosial dan politik berikut penjelasannya. A. Analisis Konflik Sosial dan Politik dalam Amba Karya Laksmi Pamuntjak 1. Konflik Sosial dalam Novel Amba Karya Laksmi Pamuntjak a. Konflik Individu dan Individu 1) Sudarminta dan Nuniek Konflik antara Sudarminta dan Nuniek (istrinya) terjadi karena perbedaan pandangan dalam hal partai. Sudarminta mengatakan lambang PKI yang berupa palu dan arit tidak sesuai sebagai alat petani. Bagi Sudarminta alat petani adalah cangkul. Sudarminta lebih memilih PNI dan memenuhi ruangan dengan gambar kepala banteng serta mengingatkan harus memilih PNI. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu Sudarminta melukai psikologis Nuniek untuk lebih memilih PNI daripada PKI. Konflik ini termasuk konflik konstruktif commit to user 45 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a46c .id karena Sudarminta dan Nuniek menemukan hal yang baru dan memperoleh kepuasan dari konflik tersebut. Perbedaan antara Nuniek dan Sudarminta dapat dilihat dalam kutipan berikut. Bagaimana dengan palu-arit? Bagaimana dengan PKI? Bapak mencoba sabar (atau pura-pura mencoba sabar). ―Bu, Coba lihat palu ini. palu adalah alat kaum buruh. Nah, sekarang lihat benda ini – arit. Aneh, arit kok alat kaum petani. Menurutku alat kaum petani itu cangkul. Dengan arit petani hanya bisa motong rumput atau ranting yang ramping (Laksmi Pamuntjak, 2013:111). Konflik yang terjadi antara Nuniek dan Sudarminta termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Nuniek dan Sudarminta menyelesaikan konflik secara baik tanpa melakukan kekerasan fisik. Konflik memberikan pengaruh yang negatif bagi kesehatan Nuniek. Tekanan yang diberikan Sudarminta kepada Nuniek membuatnya untuk bersikap tertutup. Nuniek memunculkan konflik menggunakan taktik berbohong dan bersikap diam. Konflik yang terjadi antara Sudarminta dan Nuniek termasuk kelompok konflik konstruktif. Nuniek sebagai pihak yang terlibat konflik menyelesaikan konflik dengan diam. Bagi Nuniek diam adalah cara yang terbaik dalam menyelesaiakan konflik tersebut, sehingga konflik tidak berjalan secara terus menerus. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Mosok? Kalau begitu. Kenapa Ibu sering nangis diam-diam? Salat tahajut ketika Bapak sedang ngorok di kamar? Kenapa ia menyimpan uang penghasilannya dari jualan kue di dalam balutan sarung di balik almari seolah itu ular berbisa, atau pusaka rahasia, atau orok laki-laki lain, dan tak pernah menunjukkannya ke Bapak? Kenapa ia diam-diam tidak menyukai buku-buku yang dibaca Bapak? (Laksmi Pamuntjak, 2013:89). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa antara Nuniek dan Sudarminta mengalami perselisihan. Perselisihan disebabkan adanya perbedaan dalam berpikir dan kepribadiannya. Nuncieokm lmebiti hto t auaste rb eribadah dengan melakukan salat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a47c .id tahajut, sedangkan Sudarminta lebih memilih tidur dan kurang taat dalam menjalankan ibadah. Nuniek tidak menyukai buku yang sangat disukai oleh Sudarminta. Nuniek menjual dan menyembunyikan kue dari Sudarminta. 2) Amba dan Bhisma Konflik yang terjadi dikarenakan Amba kehilangan Bhisma. Permasalahan tersebut termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan bahwa Amba sebagai pihak yang terlibat konflik tidak mengalami luka fisik. Amba merasakan kecewa karena tidak dapat menemukan keberadaan Bhisma setelah menghadiri acara mengenang Untarto di salah satu ruang Ureca. Konflik memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan Amba. Amba merasa sakit dengan keluarnya keringat dingin dan rasa mual karena mengandung anak Bhisma. Konflik ini termasuk kelompok konstruktif. Amba sebagai pihak yang terlibat konflik menyelesaikan konflik dengan baik. Amba tidak berhenti mencari keberadaan Bhisma dengan mendatangi sanggar. Amba akhirnya memutuskan untuk berhenti mencari Bhisma dan memulai hidup baru dengan Adalhard di Jakarta. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Keringat dingin membasahi tengkuk Amba. Ia memandangi sekitar, dan tiba-tiba perutnya mual. Semalam ia berharap di sanggar ini ia akan menemui orang-orang yang tahu di mana Bhisma, menemui orang-orang dengan siapa ia bisa berbicara tentang semua semua yang dialaminya. Tetapi kini ia tak berharap apa-apa lagi (Laksmi Pamuntjak, 2013:276). Konflik Amba dan Bhisma disebabkan kekhawatiran Amba mengenai keadaan yang berubah. Ia berpesan kepada Bhisma untuk hati-hati dengan keadaan yang sudah berubah, namun Bhisma sebagai seorang dokter tetap akan menyembuhkan orang yang sakit meskipun keadaan sulit. Konflik ini termasuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a48c .id resolusi konflik tanpa kekerasan Bhisma dan Amba tidak melakukan penyerangan fisik, namun luka secara psikologis ditimbulkan oleh Amba yang merasakan kekawatiran dan ketakutan dengan keadaan Bhisma. Bhisma sebagai seorang dokter yang profesional ia akan tetap menyembuhkan siapa pun yang sakit. Pasien yang disembuhkan antara lain, kelompok CGMI, Gerwani, dan lain sebagainya. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Amba dan Bhisma. Amba dan Bhisma mengalami perasaan stres adanya konflik yang terjadi disekitarnya. Konflik ini termasuk konflik konstruktif konflik yang terjadi pada Amba dan Bhisma dapat diselesaikan secara baik dan berlangsung cepat. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Dengar, Amba. Seorang dokter akan selalu berada di satu saat di mana pilihannya bisa menentukan hidup atau mati. tiap saat bercabang, tiap saat berubah. Aku bukan seorang yang mampu berkelahi di jalan atau menembak dari barikade, dan mungkin pada akhirnya aku tidak berdaya apa-apa dan pada akhirnya kalah. Tetapi jika aku tidak berbuat, aku tidak akan berarti apa-apa, seperti seorang dokter yang tidak mencoba menyembuhkan betapapun sulitnya keadaan. Dan jika aku berbuat dan kalah, setidaknya kekalahan itu tidak kehilangan nilai. Dua tahun yang lalu akau pulang, menyadari sepenuhnya bahwa rumahku menyembunyikan air mata: ia sebuah negeri yang sakit, yang miskin, yang tak bisa berjanji. Sekarang negeri-negeri ini ditentukan algojo- algojo dan aku tidak mau itu terjadi berkali-kali (Laksmi Pamuntjak, 2013:260). Konflik yang dialami Amba dan Bhisma dikarenakan mendatangi acara dan tempat yang salah pada malam hari itu. Tempat tersebut adalah tempat penangkapan yang diduga anggota PKI. Penangkapan terjadi di depan Universitas Respublica. Konflik terjadi disebabkan Bhisma dan Amba yang sebenarnya bukan anggota PKI ditangkap. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan karena Bhisma mendapat pukulan dari lawan konflik. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Bhisma dan Amba. Amba berpisah dengan Bhisma adanya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a49c .id penangkapan tersebut. Bhisma ditangkap dan dipenjarakan sedangkan Amba berhasil melarikan diri. Perpisahan Amba dan Bhisma secara tiba-tiba membuat kesehatan Amba dan Bhisma menurun adanya perasaan kecewa dan stres yang dialami keduanya. Konflik ini termasuk konflik destruktif, yaitu konflik berlangsung lama dan tidak dapat diselesaikan. Bhisma kehidupannya hancur dengan dipenjara dan dibuang ke Pulau Buru. Keadaan saat penangkapan Bhisma dapat dilihat dari kutipan berikut. Bhisma memeluk Amba dan tiarap mengikuti yang lain-lain di deretan depan. Amba tidak tahu dari mana dan ke mana senjata itu diarahkan. Dalam gelap ia melihat semburan api, suara tembakan lagi, lalu mendadak sebuah cahaya yang menyilaukan menerangi seluruh pekarangan depan. Beberapa lapis orang dengan bedil yang ditodongkan menyerbu masuk. Dari dalam gedung, kaleng-kaleng dan palang besi dilemparkan. Beberapa belas orang, tidak jelas lagi siapa, mencoba menahan serbuan. Selintas Amba melihat Yahya di barisan itu, jaket militernya berkibar. Tak lama ada suara tembakan, pukulan, bentakan, dan beberapa tubuh tersungkur. Amba berteriak, tapi suaranya hilang (Laksmi Pamuntjak, 2013:268). Kutipan di atas memperlihatkan Amba dan Bhisma mengalami konflik saat menghadiri acara di RESPUBLICA. Untarto meninggal karena dibunuh ketika berada di rumah seorang tokoh SOBSI. Amba dan Bhisma menghadiri acara dan berada ditempat yang salah, sehingga di tuduh sebagai PKI. Amba dapat melarikan diri dari penangkapan dan Bhisma tertangkap dan dipenjarakan di Pulau Buru. 3) Amba dan Mukaburung Konflik antara Amba dan Mukaburung disebabkan oleh perasaan dan emosi Mukaburung. Mukaburung marah melihat Amba memeluk gundukan tanah makam Bhisma dengan isakan tangis. Mukaburung melihat hal itu langsung terbawa emosi dan melukai Amcboam mdeitn tgoa nu semre nggunakan belati. Mukaburung perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a50c .id tidak rela melihat makam Bhisma seorang suami yang sangat ia cintai dipeluk oleh perempuan lain. Besarnya cinta Mukaburung sama besarnya cinta Amba kepada Bhisma. Konflik ini termasuk resolusi konflik dengan kekerasan pihak yang terlibat konflik, yaitu Mukaburung melukai fisik Amba dengan belati.Pengaruh konflik antara Mukaburung dan Amba termasuk pengaruh positif, yaitu masalah dan kebenaran yang terpendam dapat diketahui. Konflik ini termasuk kelompok konflik konstruktif. Mukaburung dan Amba memperoleh sesuatu yang bermanfaat dari konflik yang terjadi, yaitu kebenaran mengenai Bhisma. Bhisma menikah dengan Mukaburung dan Mukaburung sangat mencintai Bhisma. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Perempuan pertama, yang sampai pagi ini tak punya nama dan tak punya anggota keluarga yang datang untuk mengakuinya, dibawa ke rumah sakit itu setelah ia ditemukan mendekap gundukan tanah di tengah hutan, ditengah hutan deras, dengan darah mengalir ditubuh. Perempuan kedua ditemukan bersimpuh tak jauh dari perempuan pertama dari belati ditangannya menetes darah (Laksmi Pamuntjak, 2013:17). Kutipan di atas menunjukkan bahwa Amba berhasil menemukan jawaban mengenai Bhisma yang sudah puluhan tahun menghilang. Amba menemukan makam Bhisma dan menghadapi konflik baru dengan diserang menggunakan belati oleh perempuan bernama Mukaburung. Mukaburung adalah istri Bhisma, ia tidak terima melihat makam suaminya disentuh oleh orang lain. 4) Amba dan Ambika Konflik antara Amba dan Ambika disebabkan adanya perbedaan pendapat dan kepribadian mereka yang mudah menimbulkan konflik. Amba memiliki pendapat bahwa perempuan itu tidak boleh lemah, mudah dirayu dan cepat merasa tersanjung dengan ucapan laki-laki. Amba tidak mementingkan pernikahan, sebab bagi Amba pernikahan sama halncyoam mdeitn gtoa nu smere ngorbankan dirinya kepada laki- perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a51c .id laki. Berbeda dengan pendapat Ambika perempuan itu harus menikah agar tidak dipermainkan laki-laki. Amba dan Ambika memiliki kepribadian yang menimbulkan konflik, yaitu Amba ingin menang sendiri dengan segala pendapat yang ia anggap benar, sama halnya dengan Ambika yang juga memiliki kepribadian egois atau keras kepala. Kepribadian yang egois mengakibatkan mudahnya konflik terjadi diantara keduanya. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan karena Amba dan Ambika tidak melakukan penyerangan dan melukai fisik. Amba dan Ambika merasa benar dengan pendapat masing-masing, sehingga menimbulkan perselisihan. Konflik ini memberikan pengaruh negatif sebab merusak hubungan dan komunikasi antara Amba dan Ambika, sehingga menimbulkan rasa tidak senang, benci, dan marah. Pertentangan ini termasuk kelompok konflik konstruktif, yaitu konflik dapat diselesaikan dengan baik. Amba dan Ambika memperoleh kepuasan dengan melakukan kesepakatan bagi siapa yang nanti terbukti menikah terlebih dahulu di antara keduanya maka itu yang kalah. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan berikut. Tiba-tiba sebuah energi baru menerpa Ambika. Ia tak lagi mau mengalah, hanya karena ia lebih muda. Ia tak lagi sudi dianggap tidak punya pendirian, hanya karena Amba lebih doyan ngomong. Ia ingin berkelahi. Suaranya mengeras. ―Kalau kita tak ingin dimanfaatkan laki-laki, kita harus kawin,‖katanya dengan tajam. ―Kalau tidak, kita hanya jadi mainan buat laki-laki. laki-laki kan hanya mau enaknya saja. Gelem rumangsamu, emoh watange (Laksmi Pamuntjak, 2013:88). Konflik Amba, Ambika, dan Aktor pemeran Arjuna disebabkan adanya konflik terdahulu. Konflik Amba dan Ambika disebabkan Ambika menyukai aktor bernama Arjuna. Konflik terjadi dikarenakan Amba tidak menyukai wanita yang mudah mengagumi laki-laki dan mudah dibohongi. Amba mengetahui Aktor commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a52c .id yang memerankan Arjuna pernah ditangkap basah bersama Udin dalam keadaan setengah telanjang di semak pakis dekat rumahnya. Semenjak peristiwa tersebut aktor pemeran Arjuna pergi dan tidak bisa kembali ketempat tinggalnya. Orang tua aktor pemeran Arjuna terutama bapaknya tidak menyesal dan mengharapkan ia kembali. Ia dianggap sebagai anak yang tidak berguna. Konflik ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan pihak yang terlibat konflik tidak melukai fisik lawan, akan tetapi pihak yang terlibat konflik mengalami luka secara psikologis. Ambika mengalami luka secara psikologis karena adanya perbedaan pendapat dengan Amba. Konflik memberikan pengaruh yang negatif bagi Amba dan Ambika. Hubungan Amba dan Ambika menjadi rusak karena adanya rasa benci di antara keduanya. Konflik ini termasuk kelompok konflik destruktif karena konflik yang terjadi Amba dan Ambika berlangsung secara lama. Konflik tersebut menimbulkan konflik-konflik baru, sehingga konflik yang terjadi tidak dapat diselesaikan dengan baik. Adapun hal tersebut dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut. Amba lain. Ia acuh tak acuh. Ia tak tahan terhadap perempuan yang terlalu mudah dirayu, atau terlalu cepat merasa tersanjung oleh omongan laki-laki. ia tak punya kesabaran terhadap perempuan yang terlalu cepat merasa dirinya terinjak-injak, atau membiarkan arti hidupnya ditentukan oleh hubungan dengan suami, calon suami atau yang berharap jadi suami (Laksmi Pamuntjak, 2013:86). Konflik Ambika dan Amba disebabkan terdapat konflik terlebih dahulu, yaitu konflik perjodohan Amba dan Salwa. Perselisihan tersebut memunculkan konflik baru bagi Ambika dan Amba. Perjodohan Salwa dan Amba yang sangat diinginkan oleh Nuniek menimbulkan sikap Nuniek yang membedakan Amba dan Ambika. Nuniek membedakan antara Amba, Ambika, dan Ambalika. Nuniek lebih menghargai Amba ketika di cdoampumri.t N tou nuiseekr menganggap Amba paling pintar, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a53c .id paling cekatan, paling enak sambalnya. Perselisihan ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan, yaitu Amba dan Ambalika tidak mengalami luka secara fisik, tetapi mengalami luka secara psikologis. Ambika dan Ambalika merasakan jengkel dengan adanya perbedaan serta ketidakadilan sikap yang diberikan ibunya. Nuniek lebih sayang dengan Amba, sedangkan pada Ambika dan Ambalika marah-marah dianggap tidak dapat membatu di dapur seperti Amba. Konflik memberikan pengaruh negatif hubungan antara Amba dan adik kembarnya akan menjadi rusak dan semakin jauh. Amba, Ambika, dan Ambalika merasakan rasa tidak senang, marah, benci, dan agresi. Perselisihan antara Amba dan kedua adiknya dapat dilihat dari kutipan berikut. Ibu, yang merasa bersalah karena ialah yang tak sabar, segera membebaskannya dari tugas-tugas rumah tangga dan dapur. Ini membuat si kembar jengkel setengah mati, karena diantara mereka bertiga Ambalah yang paling dihargai di dapur, paling pintar ini-itu, paling cekatan, paling enak sambelnya, paling pedas mulutnya (pedas tapi lucu), dan ini membuat nilainya naik dihadapan ibunya (dan nilai si kembar turun) (Laksmi Pamuntjak, 2013:127). Kutipan di atas memperlihatkan bahwa adik kembar Amba bernama Ambika dan Ambalika menghadapi konflik dengan Nuniek (ibunya). Konflik disebabkan adanya perjodohan Amba dan Salwa, sehingga membuat Nuniek membedakan antara Amba dan Adik kembarnya. Perbedaan diperlihatkan dalam kasih sayang, dan sikap Nuniek. 5) Amba dan Nuniek Konflik antara Amba dan Nuniek disebabkan Nuniek (Ibu Amba) ingin menjodohkan Amba dengan Salwa. Nuniek mengagumi Salwa yang memiliki wajah tampan dan baik hati. Amba tidak menginginkan perjodohan itu dan mementingkan sekolahnya. Nuniek tetap memaksa Amba bahwa suka tidak suka commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.a54c .id harus mau berkenalan dengan Salwa. Amba mengikuti kemauan ibunya. Salwa dan Amba berkenalan dan mereka menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih. Peristiwa ini termasuk resolusi konflik tanpa kekerasan. Amba dan Nuniek sebagai pihak yang terlibat konflik merasakan kesedihan. Kesedihan Nuniek disebabkan Amba yang lebih memilih mencari sekolah daripada menerima perjodohan yang dianggap Nuniek lebih sulit dibandingkan mencari sekolah. Kesedihan Amba disebabkan ia terpaksa harus menerima pertemuan dengan Salwa. Konflik ini memberikan pengaruh negatif bagi Amba harus menjalani hubungan dengan terpaksa dengan Salwa dan berakhir dengan perselisihan antara Amba dan Bhisma. Pertentangan ini termasuk kelompok konflik destruktif dengan adanya konflik tersebut hubungan menjadi juah antara pihak yang terlibat konflik. Adapun hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan berikut. Namun akhirnya Sudarminto kalah. Amba yang selama itu menguping dari kamarnya juga tahu inilah yang akan terjadi. Bapak tak senang melarut-larutkan masalah, sementara, Ibu tahu kapan mengalah untuk menang. Malamnya, ketika ibu mulai merancau lagi: Suka atau ndak suka, apa salahnya mempertemukan mereka? Apa salahnya apabila mereka kenalan? Pertahanan Bapak runtuh (Laksmi Pamuntjak, 2013:131). Nuniek memaksa Amba dan Sudarminta agar memenuhi keinginannya untuk menjodohkan antara Amba dan Salwa. Nuniek memunculkan konflik dengan memberikan tekanan secara psikologis terhadap Sudarminta dan Amba. Nuniek memperlihatkan kesedihan dan kesehatannya yang semakin menurun agar Amba bersedia dijodihkan dengan Salwa. Nuniek memenangkan konflik dapat menememukan jalan untuk mempertemukan Amba dan Salwa. commit to user

Description:
Sudarminta dan Nuniek termasuk kelompok konflik konstruktif. Nuniek beberapa tahun tinggal di Area Transmigrasi yang khusus disiapkan.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.