BAB II SEJARAH PERSIS DAN BIOGRAFI USTADZ ABDUL QADIR HASSAN A. Sejarah Pesantren Persis Sejarah pendirian Pesantren Persatuan Islam Bangil tidak bisa dilepaskan dari berdirinya organisasi Islam yang terkenal pada masa itu yaitu Organisasi Persatuan Islam (Persis). Persis adalah organisasi yang muncul pada awal abad ke-20 M yang telah memberikan corak baru dalam gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Persis lahir sebagai jawaban atas kondisi umat Islam yang tenggelam dan banyak mengikuti kehidupan yang tercampur dengan khurafat, bid’ah, takhayul, syirik dan lain sebagainya yang telah mengakibatkan kejumudan dalam berpikir pada umat Islam di Indonesia. Situasi tersebut kemudian mengilhami munculnya gerakan reformisme Islam yang selanjutnya mempengaruhi masyarakat Islam Indonesia untuk melakukan pembaharuan pemikiran Islam.1 Gerakan pembaharuan Islam di Indonesia pada awal abad ke-20 M bisa dilihat dengan munculnya berbagai kelompok organisasi kelompok modernis Islam, seperti: Al Jam’iyyah Al Khoiriyah yang dikenal dengan Jamiat Khoer di Jakarta, berdiri pada 17 Juli 1905 M, Jam’iyyatul Islah wal Irsyadil Arabi (Al Irsyad) yang berdiri di Jakarta pada 11 Agustus 1915 M, Muhammadiyah yang berdiri di Yogyakarta pada 12 Nopember 1Dadan Wildan, Yang Dai Yang Politikus: Hayat Perjuangan Lima Tokoh Persis (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), 3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 16 1912 M, dan juga Persis yang berdiri pada 12 September 1923 M di Bandung. 1. Latar Belakang Berdirinya Persis Persatuan Islam (Persis) didirikan tepatnya pada tanggal 12 September tahun 1923 M di Bandung Jawa Barat oleh sekelompok orang Muslim yang pada saat itu berminat pada studi dan aktifitas keagamaan yang dipimpin oleh Zamzam dan Muhammad Yunus.2Bersama jamaahnya, mereka menelaah, mengkaji ajaran Islam. Kelompok tadarussan yang berjumlah sekitar 20 orang tersebut akhirnya semakin tahu akan hakikat Islam yang sebenarnya. Mereka kemudian mencoba melakukan gerakan tajdid dan pemurniaan ajaran Islam dari paham-paham yang sesat dan menyesatkan. Mengenai sejarahnya mengapa memakai nama Persatuan Islam itu karena dimaksudkan untuk mengarahkan ruhul ijtihad dan jihad, berusaha sekuat tenaga untuk tercapainya cita-cita yang sesuai dengan yang diinginkan, dan cita-cita organisasi yaitu persatuan rasa Islam, persatuan pemikiran Islam, persatuan suara Islam dan persatuan usaha Islam. Pendirian Persatuan Islam (Persis) mempunyai ciri yang berbeda dengan organisasi lain yang berdiri pada awal abad ke-20 M, ciri khusus yang dimiliki oleh Organisasi Persatuan Islam (Persis) adalah kegiatannya yang dititikberatkan pada pembentukan faham keagamaan. 2Syafiq A. Mughni, Hasan Bandung: Pemikir Islam Radikal (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994), 53. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 17 Hal ini berbeda dengan organisasi lain yang ada misalnya, seperti Budi Utomo, yang berdiri pada tahun 1908 M, Budi Utomo ini bergerak pada bidang pendidikan untuk orang-orang pribumi (khususnya orang-orang Jawa dan Madura). Kemudian Sarekat Islam (SI) yang berdiri pada tahun 1912 M yang bergerak pada bidang politik, dan juga Muhammadiyah yang juga berdiri pada tahun 1912 M yang bergerak pada bidang sosial dan keagamaan.3 Kemudian perhatian utama Persis adalah bagaimana cara menyebarkan pemikiran dan cita-citanya. Persis melakukan hal ini dengan cara mengadakan pertemuan umum, khotbah-khotbah, tabligh, kelompok-kelompok studi, menyebarkan pamflet-pamflet, majalah- majalah, kitab-kitab dan juga mendirikan sekolah. Dalam kegiatan ini bisa dikatakan Persis beruntung dikarenakan ada dua tokoh penting yang dikenal sebagai guru Persis dan juru bicara dari Organisasi Persis. Pertama ada Ahmad Hassan sebagai guru Persis dan yang kedua ada Muhammad Natsir yaitu seorang pemuda yang sedang berkembang dan bertindak sebagai juru bicara dari organisasi Persis dalam kalangan kaum terpelajar.4 Seperti halnya dengan organisasi-organisasi lain, Persis juga menaruh perhatian yang besar pada kegiatan-kegiatan pendidikan, tabligh serta publikasi. Dalam kegiatan pendidikan, Persis mendirikan madrasah. Madrasah ini didirikan pada mulanya untuk kegiatan belajar 3Wildan, Yang Dai Yang Politikus: Hayat dan Perjuangan Lima Tokoh Persis, 8. 4Delliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942 (Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, 1980), 97. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 18 anak-anak dari anggota Persis, kemudian lambat laun madrasah ini mengalami perluasan hingga akhirnya dapat menerima anak-anak lain pula.5 Umat Islam di Indonesia pada tahun 1930 M bisa dikatakan mengalami masalah pendidikan yang cukup serius, ini bisa dilihat, karena pada tahun itu banyak dari anak-anak muslim yang belajar pendidikan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda. Pendidikan yang dihasilkan sudah barang tentu menjurus pada proses mempercepat sekulerisasi pada kalangan menengah ke atas bangsa yang mayoritas adalah muslim. Akibatnya pun bisa ditebak bahwa kebijakan yang diambil sudah barang tentu tidak akan memihak pada kepentingan umat Islam, karena bisa dibayangkan bahwa kelompok inilah yang akan mendapat kedudukan penting dalam pengaturan negara dan pemerintahan. Disatu sisi yang lain keadaan terjangkit dan mengikuti taqlid, takhayul, bid’ah, fanatisme, dan khurafat telah menjangkit anak-anak muslim yang belajar di madrasah-madrasah dan pondok pesantren. Keadaan seperti ini sudah barang tentu mengkhawatirkan. Keadaan yang seperti ini disadari benar oleh para ulama, sehingga mereka pun sepakat mengadakan pertemuan-pertemuan kecil. Setelah melakukan pertemuan-pertemuan kecil ini, mereka pun berkumpul di Masjid Persatuan Islam Bandung tepatnya pada tanggal 1 Dzulhijjah 1354 yang 5Ibid., 101. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 19 bertepatan pada bulan Maret 1936 M. Hasil dari pertemuan ini menghasilkan suatu keputusan yang kongkrit dan juga mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan umat Islam di Indonesia, yaitu berdirinya Pesantren Persatuan Islam yang ada di Bandung Jawa Barat. Sejarah mencatat Pesantren Persatuan Islam yang pertama didirikan adalah Pesantren Persis Putera. Pesantren tersebut didirikan mula-mula di Bandung atas desakan beberapa pemimpin dan umat Islam, yang bertempat di Masjid Persatuan Islam di Jl. Pangeran Sumedang Jawa Barat. Tujuan dari didirikannya Pesantren Persis adalah untuk mencetak para pendakwah yang bisa mengajarkan, mengamalkan, membela dan mempertahankan agama Islam, agama Islam seperti yang kita ketahui menyuruh kita para kaum muslimin untuk berdakwah atau menyampaikan walaupun hanya satu ayat. Dengan adanya para pendakwah ini bisa kita ketahui bahwa mereka adalah orang-orang yang benar-benar memiliki jiwa dan semangat Islam yang tinggi. Inilah tujuan dari didirikan Pesantren Persis yang mula-mula ada di Bandung, Jawa Barat. Dalam pesantren ini jumlah para pelajar sebanyak 40 orang dan mereka berasal dari kepulauan Indonesia, mereka ini kebanyakan berasal dari daerah luar Jawa6. Kemudian guru-guru dan pengurus merupakan orang-orang yang memang telah ditakdirkan oleh Allah di 6Yayasan Pesantren Persis Bangil, Pesantren Bagian Putera dan Puteri (Bangil: Tanpa Penerbit, Tanpa Tahun), 1. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 20 antaranya adalah Ahmad Hassan ayah dari Ustadz Abdul Qadir Hassan sekaligus kepala dan guru Pesantren Persis, kemudian M. Natsir sebagai penasehat dan guru. Pelajaran yang diajarkan di Pesantren Persis sudah barang tentu adalah pelajaran-pelajaran ilmu-ilmu agama seperti yang diajarkan pada pesantren pada umumnya. Sedangkan pelajaran umum meliputi pelajaran ilmu pendidikan yang diajarkan oleh M. Natsir, kemudian pelajaran tehnik, sebagai gurunya adalah saudara R. Abdul Kadir yaitu lulusan dari Sekolah Tehnik Bandung.7 Selain pesantren untuk para pemuda-pemuda, di Pesantren Persis ini juga ada pesantren untuk anak-anak yang diadakan pada waktu sore yang dikasih nama Pesantren Kecil. Jumlah murid yang ada pada Pesantren Kecil ini berjumlah 100 murid yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kemudian mengenai pelajaran yang diajarkan yaitu pelajaran yang disesuaikan dengan kepatutan dan kebutuhan dari murid- murid tersebut.8 Selama kurang lebih 3 tahun Pesantren Persis ini berjalan, dapat diketahui pesantren ini akhirnya harus berpindah dari wilayah Bandung Jawa Barat ke wilayah Jawa Timur lebih tepatnya pada daerah Bangil Pasuruan yang diikuti dengan para pengurus dan para guru-gurunya di antaranya Ahmad Hassan dan Moh. Ali Al Hamidy. Barulah sejarah pesantren ini berubah yang akhirnya pesantren ini mengalami perkembangan dan bertahan hingga saat ini. 7Mughni, Hasan Bandung: Pemikir Islam Radikal, 69. 8Yayasan Pesantren Persis Bangil: Pesantren Bagian Putera dan Puteri, 2-3. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 21 Pemindahan Pesantren Persis yang ada di Bandung ke Bangil ini terjadi pada permulaan bulan Maret tahun 1940 M, pemindahan ini lebih tepatnya dikenal dengan pemindahan Pesantren Putera atau pesantren khusus putra dari daerah Bandung ke daerah Bangil Pasuruan. Mengenai pelajar-pelajar yang ikut pindah dari daerah Bandung ke daerah Bangil ini berjumlah 25 orang, pelajar-pelajar ini adalah mereka yang belum cukup mendapat pelajaran waktu di Bandung. Mereka dibawa ke Bangil supaya mereka bisa menamatkan beberapa pelajaran lagi. Setelah setahun berselang maka pesantren pun mengalami perkembangan, di mana Pesantren Persis ini mulai membangun pesantren khusus puteri atau yang disebut Pesantren Persis Puteri. Pesantren Puteri ini dibuka pada bulan Maret tahun 1941, pada saat itu jumlah pelajarnya sebanyak 12 pelajar yang semuanya dari luar daerah Bangil.9 Kedua pesantren ini pun berjalan dengan baik. Akan tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama, tepat pada bulan Desember 1941 M banyak pelajar yang mulai gelisah dikarenakan pecahnya perang Jepang, hal ini mengakibatkan banyak dari pelajar yang belajar di pesantren memutuskan untuk pulang ke daerahnya masing-masing. Kemudian pada tahun 1942 Jepang pun mulai masuk tanah Jawa dan di pesantren pun hanya tinggal beberapa pelajar laki-laki. Mereka ini adalah para 9Mughni, Hasan Bandung: Pemikir Islam Radikal, 71. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 22 pelajar yang tidak sempat pulang ke daerahnya, akan tetapi meskipun demikian pesantren pada masa pendudukan Jepang ini akhirnya dihentikan. Pada masa pendudukan Jepang ini, Pesantren Persis juga mengadakan Pesantren Kecil seperti yang ada di Bandung. Adanya pesantren ini dimaksudkan untuk menjaga agar anak-anak tidak terseret kepengaruh-pengaruh lain. Dalam Pesantren Kecil ini mereka berada dibawah asuhan para pelajar yang tidak sempat pulang tadi. Pesantren Kecil ini sifatnya tidak lebih dari sekolah agama (diniyyah) dan hanya bertahan sekitar tiga tahun, pesantren ini akhirnya pun ditutup penyebabnya yaitu tidak lain dan tidak bukan dikarenakan kesulitan- kesulitan yang lazim yang terdapat pada masa pendudukan Jepang tersebut.10 Pada saat zaman pendudukan Jepang sudah mulai berakhir dan Indonesia pun mulai menyatakan diri sebagai negara merdeka. Maka tibalah pesantren pada zaman revolusi Indonesia. Pada tahun itu, tahun 1945-1950, pihak pesantren belum ada niatan dan kesempatan untuk menghidupkan kembali pesantren dikarenakan kesibukan dan terputusnya hubungan dengan beberapa daerah di Indonesia. Kemudian dengan adanya situasi yang mendukung dan adanya permintaan dari para orang tua pelajar untuk membuka kembali pesantren, barulah pada akhir tahun 1950 M yaitu bulan Oktober, 10Yayasan Pesantren Persis Bangil: Pesantren Bagian Putera dan Puteri, 5. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 23 pesantren mulai dibuka kembali. Pesantren pun dibuka kembali dengan sifat yang agak luas dari yang sebelumnya. Dengan demikian Maka dibentuklah panitia kecil untuk menyelenggarakannya. Kemudian pada tanggal 11 Juni 1951 M terbentuklah panitia besar yang para anggotanya antara lain: Penasehat : 1. Moh. Natsir 2. Muhammad bin Salim Nabhan 3. Ahmad Hassan Ketua Umum : Abdullah Nabhan Wakil Ketua : Ahmad Bauzir Penulis : Hadikaslar Bendahara : Moh. bin Salim Nabhan Pembantu-pembantu : Abdurrahman Al Habsji, Muljosudarmo, Abdul Mu’in, H. M. Qamar, A. Badjuri, Nurrudin Karim, Abdul Qadir Hassan, H. Ismail, dan A. Karim Attamimi. Dari pembantu-pembantu ini diadakan dua bagian yaitu bagian keuangan dan pengajaran.11 Kemudian keputusan yang diambil oleh para panitia adalah sebagai berikut:12 1. Pesantren Putera dibuka kembali pada tanggal 3 Oktober 1951 (1 Muharram 1371) 2. Tujuan pesantren tetap sebagaimana semula dengan ketegasan akan mengeluarkan calon-calon ulama. 11Labuhana Diah M Rifa’I,’’Peranan Pesantren Persis Bangil Dalam Usaha Pembaharuan Pemahaman Ajaran Islam’’, (Skripsi, IAIN Sunan Ampel Fakultas Adab, Surabaya, 1986), 36. 12Yayasan Pesantren Persis Bangil, Pesantren Bagian Putera dan Puteri, 6. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 24 3. Pelajaran-pelajarannya ialah agama Islam dan pengetahuan umum yang perlu-perlu. 4. Lama pelajaran ditetapkan selama 5 tahun untuk satu angkatan. 5. Pelajar-pelajar diambil dari bagian seluruh Indonesia sebanyak 50 murid untuk satu kelas. 6. Syarat-syarat pelajar yang akan diterima, antara lain: muslim, sedikitnya berusia 18 tahun, tidak berpenyakit menular, pandai membaca dan menulis bahasa Arab dan bahasa Latin, wajib tinggal dalam asrama (pondokan), sanggup belajar dengan sungguh-sungguh selama 5 tahun tersebut, harus membuat riwayat pendidikan sebagai berikut: nama, umur, tempat tinggal, wali/yang menanggung pendidikan, (sekolah, madrasah dan sebagainya).13 7. Pendaftaran mulai diterima mulai tanggal 10 Agustus 1951 sampai pertengahan September 1951. 8. Tiap-tiap yang telah mendaftarkan dirinya menurut syarat-syarat tersebut tadi, dengan segera akan diberitahu tentang diterima atau tidaknya untuk menjadi pelajar. 9. Sesudah pelajar-pelajar yang diterima datang di Bangil, akan diadakan pemeriksaan dokter, lalu diadakan perjanjian-perjanjian atas kesanggupan-kesanggupan dan syarat-syarat diatas, jika dipandang perlu. 13Ibid., 7. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Description: