BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Majlis Muallimil Qur’an 1. Majlis a. Arti Majlis Ta’lim Kata majlis ta'lim berasal dari bahasa Arab, yakni dari kata majlis dan ta'lim. Majlis berarti tempat, dan ta'lim berarti pengajaran atau pengajian. Dengan demikian secara bahasa majlis ta'lim bisa diartikan sebagai tempat melaksanakan pengajaran atau pengajian ajaran Islam. Menurut Tutty Alawiyah, pada umumnya majlis ta'lim adalah lembaga swadaya masyarakat terkini. Didirikan, dikelola, dipelihara, dikembangkan dan didukung oleh anggotanya. Oleh karena itu, majlis ta'lim merupakan wadah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Pendapat lain ada yang mengatakan bahwa Majlis Talim adalah suatu komunitas muslim yang secara khusus menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran tentang agama Islam yang bertujuan untuk memberikan bimbingan dan tuntutan serta pengajaran agama Islam kepada jamaah. 21 22 b. Tujuan Majlis Ta’lim Menurut Hj. Tutty Alawiyah, berdasarkan fungsinya, majlis ta'lim mempunyai beberapa tujuan diantaranya: 1) Berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majlis ta'lim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong mengamalkan agama. 2) Berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah untuk bersilaturrahim. 3) Berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jama'ahnya. c. Materi Majlis Ta’lim Materi atau bahan ialah apa yang hendak diajarkan dalam majlis ta'lim. Dengan demikian, materi itu adalah ajaran Islam dengan segala kekhasannya. Hj. Tutty Alawiyah mengklasifikasikan jenis dan materi majlis ta'lim menjadi empat, antara lain: 1) Majlis ta'lim yang tidak mengajarkan sesuatu secara rutin, tetapi hanya sebagai tempat berkumpul, membaca sholawat bersama atau membaca surah Yasin atau membaca maulid Nabi SAW, dan shalat sunnah berjamaah. Sebulan sekali pengurus majlis ta'lim mengundang 23 seorang guru untuk berceramah. Ceramah inilah yang merupakan isi atau materi ta’lim. 2) Majlis ta'lim yang mengajarkan pengetahuan dan ketrampilan dasar ajaran agama, seperti belajar membaca al-Qur’an atau penerangan fiqih. 3) Majlis ta'lim yang mengajarkan pengetahuan agama tentang fiqih, tauhid atau akhlak yang diberikan dalam pidato-pidato mubaligh, kadang-kadang dilengkapi pula dengan tanya jawab. 4) Majlis ta'lim seperti jenis ketiga, dengan menggunakan kitab tertentu sebagai pengangan, ditambah pidato-pidato atau ceramah. 5) Majlis ta'lim dengan pidato-pidato dan bahan pelajaran pokok yang diberikan teks tertulis, materi pelajaran disesuaikan dengan situasi hangat berdasarkan ajaran Islam.1 2. Muallim a. Arti Muallim Kata Muallim berasal dari bahasa Arab ﻢٌﻠﱢﻌَﻣُ yang berasal dari fiil madhi ﻢَﻠﱠﻋَ yang berarti “mengajarkan”. Dan Muallim (ﻢٌﻠﱢﻌَﻣُ) yaitu “guru atau pengajar”.2 1 Ema Kristina, “Pengaruh Majlis Ta’lim Terhadap Pemahaman Dan Pengamalan Ajaran Agama Islam” (Surabaya: Perpustakaan IAIN Sunan Ampel), t. d., 11-15. 2 Adib Bisri, Munawir Fatah, Kamus Al-Bisri, ( Surabaya : Pustaka Progresif, 2006 ), 518. 24 Menurut Suparlan, kosakata guru dikenal dengan “Al-Muallim” atau “Al-Ustadz” yang bertugas memberikan ilmu dalam majlis ta’lim atau tempat memperoleh ilmu.3 Maksud guru atau pengajar dalam pembahasan ini adalah orang yang mengajarkan al-Qur’an. Mengajari seorang muslim untuk mengajari al-Qur’an adalah tugas seorang yang mengenal al-Qur’an. Hukum mengajarkan al-Qur’an adalah fardlu kifayah yaitu harus ada wakil diantara mereka yang dididik untuk mengenal al-Qur’an dan ilmu- ilmunya.4 b. Adab pengajar al-Qur’an 1) Ikhlas dan Jujur Pertama kali yang terus diperhatikan oleh pengajar al-Qur’an adalah niat. Niat mengajar al-Qur’an hendaknya semata untuk mencari keridhaan Allah SWT. Di dalam kitab shahih di jelaskan bahwa rasulullah bersabda: “Sesungguhnya berlaku (sempurna dan sahnya) ibadah itu ditentukan oleh niat. Dan bagi setiap orang itu yang berlaku adalah apa yang diniatkannya” Menurut Hudzayfah al-Mar’asyi, ikhlas adalah kesesuaian penampilan seorang hamba antara lahir dan bathin. Sedangkan menurut Dzu al-Nun, ada tiga tanda ikhlas yaitu samanya pujian dan 3 Suparlan, Guru Sebagai Profesi, (Yogyakarta: Hikayat, 2000), 9. 4 Imam Nawawi, Menjaga kemuliaan al-Qur'an (Bandung: al-bayan, 1996), 54. 25 celaan dari manusia umum, lupa melihat perbuatan dalam segala amalnya, dan mengharapkan pahala amalnya hanya di akhirat. Al-Qusyayri mengatakan kejujuran yang paling utama ialah kesesuaian antara penampilan lahir dengan batin.5 Maka dari itu, pengajar al-Qur’an seharusnya benar-benar menata niatnya dalam mengajarkan al-Qur’an yaitu niat mengajar hanya untuk mencari keridhaan Allah SWT bukan untuk tujuan lain seperti berpura-pura pada seseorang atau mencari pujian manusia. 2) Hindarilah mencari keuntungan dunia Seorang pengajar al-Qur’an tidak boleh mempunyai maksud mendapatkan keuntungan duniawi dari pengajarannya baik harta, kekayaan, kedudukan, martabat, popularitas, ataupun untuk membanggakan diri atas orang lain. Menurut Anas bin Malik, rasulullah SAW bersabda “Siapa yang mencari ilmu untuk dipamerkan dihadapan orang-orang bodoh, di banggakan di hadapan ulama, dan mencari perhatian manusia, hendaklah ia duduk di neraka” (HR. Turmudzi).6 Firman Allah: :ىﺮﺸﻟا) .ﺐٍ ﻴْﺼِ ﻧَ ﻦْ ﻣِ ةِﺮَ ﺧِ ﻷَ اْ ﻰﻓِ ﻪُ ﻟَﺎَﻣوَ ﺎَﻬﻨْﻣِ ﻪِ ﺗِﺆْ ﻧُ ﺎَﻴﻧْﺪﱡﻟا ثَ ﺮْ ﺣَ ﺪُﻳْﺮِ ﻳُ نَ ﺎآَ ﻦْ ﻣَ (20 5 Imam Nawawi, Menjaga, 45-47. 6 Imam Nawawi, Menjaga, 48. 26 Artinya: “Barang siapa yang menghendaki keuntungan dunia, maka Kami akan memberikan sedikit darinya, dan ia tidak mempunyai bagian di akhirat” (As-Syura: 20)7 3) Berakhlak Mulia Seorang pengajar al-Qur’an semestinya mempunyai akhlak dan tabiat yang baik. Akhlak dan sifat-sifat terpuji dimaksud adalah sikap atau perilaku terpuji yang telah digariskan oleh hukum Islam dan ditunjukkan oleh Allah SWT. Sifat-sifat tersebut antara lain zuhud yakni tidak terlalu terpesona dengan keduniaan. Guru al-Qur’an pun harus menjauhi tertawa terbahak-bahak, juga memperhatikan penampilan dan kondisi diri seperti membiasakan diri untuk memakai wangi-wangian dan menjauhi pakaian yang tidak pantas. Pengajar al-Qur’an juga harus menjauhi diri dari sifat iri, dengki, pamer, sok hebat, menghina dan merendahkan orang lain. Seorang pengajar al-Qur’an seharusnya banyak berdzikir, mengingat Allah dengan tasbih, tahlil dan doa-doa lain. Ia pun harus selalu berhati-hati, merasa dipantau oleh Allah SWT.8 7 Departemen Agama, al-Qur’an, 786. 8 Imam Nawawi, Menjaga, 50. 27 3. Al-Qur’an a. Arti al-Qur’an Berdasarkan dari asal bahasanya, kata “Qur’an” berasal dari kata Qaraa (أﺮﻗ) yang berarti “bacaan”. Pengertian ini diambil berdasarkan ayat al-Qur’an: (18-17 : ﺔﻣﺎﻴﻘﻟا) .ﻪُ ﻧَاَﺮْ ﻗُ ﻊْ ﺒِﺗﱠﺎﻓَ ﻩُﺎَﻧأْﺮَ ﻗَ اَذﺈِﻓَ طﻪُ ﻧَاَﺮْ ﻗُوَ ﻪُ ﻌَ ﻤْ ﺟَ ﺎَﻨﻴْﻠَﻋَ نﱠ إِ Artinya: “Sesungguhnya Kami yang mengumpulkannya dan membacanya, lalu ikutilah bacaannya itu”(Al-Qiyamah: 17- 18) Sedangkan secara istilah, al-Qur’an adalah Kalamullah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagai mukjizat diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri surat an-Nas serta membacanya termasuk ibadah.9 b. Keutamaan membaca al-Qur’an Keutamaan membaca al-Qur’an dijelaskan dalam beberapa hadits diantaranya: نَ اَﺮْ ﻘُﻟْا أُﺮَ ﻘْﻳَ ىْ ﺬِﻟﱠاوَ ،ةِرَ ﺮَ ﺒَﻟْا مِاﺮَ ﻜِ ﻟْا ةِﺮَ ﻔَﺴﱠ ﻟا ﻊَ ﻣَ نِ اَﺮْ ﻘُﻟْﺎﺑِ ﺮُ هِ ﺎَﻤﻟْاَ .نِ اﺮَ ﺟْ أَ ﻪُ ﻟَ قٌ ﺎﺷَ ﻪِ ﻴْﻠَﻋَ ﻮَ هُ وَ ﻪِ ﻴْﻓِ ﻊُ ﺘِﻌْ ﺘَﻳُوَ Artinya: “Orang yang pandai membaca al-Qur’an, kelak masuk surga bersama Rasul, sedangkan orang yang tidak lancar (tertegun- tegun) membacanya, maka mendapat dua pahala” Juga terdapat pada Hadits Nabi yang artinya “Barang siapa yang membaca dari satu huruf dari Firman Allah maka baginya satu pahala 9 Moh Chadziq Charisma, Tiga Aspek kemukjizatan al-Qur'an (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1992), 1-2. 28 yang digandakan menjadi sepuluh pahala sehingga mengucapkan Alif, Lam, Mim iti terhitung tiga huruf” (HR. Turmudzi)10 c. Keutamaan mengajarkan al-Qur’an (ىرﺎﺨﺑ ﻩاور) ﻪُ ﻤَ ﻠﱠﻋَ وَ نَ اَﺮْ ﻘُﻟْا ﻢَﻠﱠﻌَ ﺗَ ﻦْ ﻣَ ﻢْ آُ ﺮُ ﻴْﺧَ Artinya : “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al-Qur'an kemudian mengajarkannya” (HR. Bukhori) (ىﺬﻣﺮﺗو ىرﺎﺨﺑ ﻩاور) ﺔٌﻳَأَ ﻮْ ﻟَوَ ﻰﻨﱢﻋَ اﻮْ ﻐُ ﻠﱢﺑَ Artinya :“Sampaikan dariku, walaupun seayat” (HR. Bukhori, Turmudzi). Dengan mengajar, berarti telah melaksanakan perintah Rasulullah SAW dan tentunya akan mendapat pahala. Hadits nabi yang artinya: “Barang siapa yang mati, maka terputus amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak sholeh, yang mau mendoakan orang tuanya” (HR. Bukhori-Muslim). Guru termasuk orang yang ilmunya bermanfaat, yaitu bermanfaat untuk dirinya sendiri dan diajarkan atau disampaikan kepada orang lain, sehingga ia menerima pahala dari dirinya yang mengamalkan, murid, serta cucu murid dan seterusnya. Orang tua yang mau mengajarkan al-Qur’an pada anaknya, maka anaknya menjadi sholeh dan setelah orang tua meninggal, ia dapat berdoa 10 Abdul Mujib Ismail, Pedoman, 2. 29 melalui Qur’annya, dan orang tua tersebut mendapat pahala terus- menerus.11 4. Majlis Muallimil Qur’an Dari penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil suatu pengertian tentang Majlis Muallimil Qur’an (MMQ). Secara bahasa, Majlis Muallimil Qur’an berarti tempat bagi pengajar al-Qur’an. Sedangkan secara istilah, Majlis Muallimil Qur’an yaitu suatu wadah kegiatan profesional untuk membina hubungan kerjasama, membina kesetiakawanan, dan saling memberikan dorongan bagi para pengajar al-Qur’an, sehingga dapat bekerja bersama-sama secara koordinatif dan fungsional. Dan lebih khusus lagi bahwa Majlis Muallimil Qur’an ini merupakan suatu wadah kegiatan profesional bagi guru al-Qur’an yang menggunakan metode qiraati dan telah mempunyai syahadah qiraati. 5. Tujuan aktivitas MMQ a. Silaturahim Yaitu menjaga hubungan antar guru seprofesi supaya bisa terjalin dengan baik. Sebagaimana dijelaskan di awal bahwa majlis ta’lim berfungsi sebagai kontak sosial yang bertujuan untuk bersilaturrahim. Maka seperti itu pula Majlis Muallimil Qur’an juga dimanfaatkan sebagai tempat menjalin persaudaraan. Dengan demikian hubungan silaturahim antar guru qiraati akan bisa terjalin dengan baik. 11 Abdul Mujib Ismail, Pedoman, 3. 30 Allah menganjurkan kita untuk tetap memelihara hubungan silaturrahim sebagaimana dalam firman-Nya: : ءﺎﺴﻨﻟا) ﺎًﺒﻴْﻗِرَ ﻢْ ﻜُ ﻴْﻠَﻋَ نَ ﺎآَ ﷲَ ا نﱠ إِ ﻰﻠﻗ مَﺎﺣَ رْ ﻷَ اْوَ ﻪِ ﺑِ نَ ﻮْ ﻟُءَ ﺎﺴَ ﺗَ ىْ ﺬِﻟﱠا ﷲَ ا اﻮﻘُﺗﱠاوَ (1 Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu” (An-Nisa: 1).12 b. Persatuan Dengan aktivitas MMQ dapat meningkatkan rasa kebersamaan dan bersatunya guru pengajar al-Qur’an metode qiraati, serta menyatukan misi qiraati, dengan demikian, diharapkan para guru dapat memperteguh keyakinan dan memperkuat perjuangan dalam mengajarkan al-Qur’an. Sehingga misi qiraati bisa terealisasi yaitu mampu membudayakan bacaan al-Qur’an yang benar. Dengan aktivitas Majlis Muallimil Qur’an ini diharapkan guru qiraati dapat lebih eksis serta mampu meningkatkan kesadaran diri dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab menjadi guru qiraati. Sebagai seorang muslim kita dianjurkan untuk menciptakan hubungan persaudaraan dan persatuan sesama umat manusia, sebagaimana firman Allah: 12 Departemen Agama, Al-Qur'an, 114.
Description: