15 BAB II LANDASAN TEORI A. SHALAT 1. Pengertian Shalat Dalam mendefinisikan tentang arti kata shalat, Imam Rafi’i mendefinisikan bahwa shalat dari segi bahasa berarti do’a, dan menurut istilah syara’ berarti ucapan dan pekerjaan yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri/ditutup denngan salam, dengan syarat tertentu.1 Kemudian shalat diartikan sebagai suatu ibadah yang meliputi ucapan dan peragaan tubuh yang khusus, dimulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam (taslim). Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan shalat adalah suatu pekerjaan yang diniati ibadah dengan berdasarkan syarat- syarat yang telah ditentukan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam. Shalat menghubungkan seorang hamba kepada penciptanya, dan shalat merupakan menifestasi penghambaan dan kebutuhan diri kepada Allah SWT.Dari sini maka, shalat dapat menjadi media permohonan, pertolongan dalam menyingkirkan segala bentuk kesulitan yang ditemui manusia dalam perjalanan hidupnya.2 1Syekh Syamsidin abu Abdillah, Terjemah Fathul Mu‟in (Surabaya: Al-Hidayah, 1996), h. 47 2Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqh Ibadah, (Jakarta: Amzah, 2009), h. 145 16 Di samping shalat wajib yang harus dikerjakan, baik dalam keadaan dan kondidi apapun, diwaktu sehat maupun sakit, hal itu tidak boleh ditinggalkan, meskipun dengan kesanggupan yang ada dalam menunaikannya, maka disyariatkan pula menunaikan shalat sunah sebagai nilai tambah dari shalat wajib. 2. Pengertian Sholat Dhuha Pengertian Shalat Dhuha Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan waktu dhuha adalah waktu menjelang tengah hari (kurang lebih pukul 10.00). Sedangkan menurut Ubaid Ibnu Abdillah, yang dimaksud dengan shalat dhuha adalah shalat sunnah yang dikerjakan ketika pagi hari pada saat matahari sedang naik. Mengenai waktu shalat dhuha Ubaid Ibnu Abdillah memaparkan yaitu disaat ketika matahari sudah naik dimulai saat matahari naik kira-kira sepenggalah atau kira-kira setinggi 7 hasta dan berakhir di saat matahari lingsir (selitar pukul 07.00 sampai masuk waktu dhuhur), akan tetapi disunnahkan melaksanakannya di waktu yang agak akhir yaitu di saat matahari agak tinggi dan panas terik.3 Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW yang artinya : 3Ubaid Ibnu Abdillah, Keutamaan dan Keistimewaan; Shalat Tahajud, Shalat Hajat, Shalat Istikharah, Shalat Dhuha (Surabaya: Pustaka Media, 1996), h. 127 17 Artinya : “Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam keluar menuju orang- orang dimasjid Quba‟ dimana mereka sedang melaksanakan shalat. Maka Beliau Shallallahu „alaihi wasallam bersabda, “Shalat Awwabin dilakukan disaat anak-anak unta telah kepanasan” (HR. Muslim). Senada dengan hadits tersebut dalam kitab fiqih syafi’iyah disebutkan, bahwa shalat awwabin (dhuha) ialah ketika telah hangat cahaya matahari. Setelah kita mengetahui pengertian dari waktu dhuha, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan shalat dhuha adalah shalat sunat pada pagi hari (kira-kira pukul 09.00) sebanyak 2-8 rakaat.4 Menurut Abdul Manan shalat dhuha adalah shalat yang dikerjakan ketika matahari sedang naik, kurang lebih setinggi 7 hasta (pukul 07.00 ) sampai dengan kurang lebih pukul 11.00 siang tentang pelaksanaan shalat dhuha berdasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi : Artinya : “Sesungguhnya Kami menundukkan gunung-gunung untuk bertasbih bersama dia (Daud) diwaktu petang dan pagi”(Q.S. Shaad/38 :18).5 a. Bilangan dalam rakaat Bilangan Rakaat dalam Shalat Dhuha Mengenai jumlah rakaat shalat dhuha, minimal adalah dua rakaat dan paling banyak adalah dua belas rakaat. Di dalam 4 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990) h. 79 5 Mujamma’ Al Malik Fahd Li Thiba’at Al Mush-haf Asy-Syarif, Al-Qur‟an dan Terjemahan (Madinah Munawwaroh: KSA, 2005), h. 735 18 Fathul Baari al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah telah membawa sebuah riwayat seperti dibawah : Artinya : “Dalam riwayat al-Thabarani daripada hadis Abu Darda‟ secara marfu‟ disebutkan: Barangsiapa solat Dhuha dua rakaat, maka tidak ditulis sebagai orang-orang lalai, barangsiapa solat Dhuha empat rakaat maka ditulis sebagai orang-orang yang bertaubat, barangsiapa solat Dhuha enam rakaat, maka dicukupkan untuknya pada hari itu, barangsiapa solat Dhuha delapan rakaat, maka ditulis dalam golongan ahli Ibadah, dan barangsiapa solat Dhuha dua belas rakaat maka dibangunkan untuknya rumah di syurga.” b. Tata Cara Shalat Dhuha Dalam pelaksanaan shalat dhuha terdapat beberapa kaifiyah (tata cara) dalam melaksanakannya. Tata cara dalam melaksanakan shalat dhuha adalah sama seperti mengerjakan shalat-shalat biasa, yaitu setelah berwudlu dengan sempurna, lalu berdiri dengan tegak di tempat yang suci, menghadap kiblat kemudian niat dalam hati. adapun beberapa cara pelaksanaan shalat dhuha yang antara lain sebagai berikut : Niat Shalat Dhuha Adapun lafadznya niat dalam mengerjakan shalat dhuha adalah sebagai berikut : 19 Artinya : “Saya shalat dhuha dua rakaat karena Allah”.6 b) Membaca doa iftitah. Membaca surat Al-Fatihah c) Membaca salah satu surat dari Al-Qur’an sesudah membaca surat Al Fatihah. Sedang mengenai bacaan-bacaannya pada rakaat pertama setelah membaca Al- Fatihah adalah surat Asy-Syams dan pada rakaat keduanya adalah AdhDhuha. d) Setelah membaca surat dari Al-Qur’an, kemudian melakukan rukuk. e) Selesai melakukan rukuk, berdiri kembali dengan tegak (i’tidal). Setelah i’tidal kemudian melakukan sujud tersungkur ke bumi dengan meletakkan dahi ke bumi. f) Setelah melakukan sujud, kemudian duduk diantara dua sujud g) Sujud kedua h) Duduk tasyahud akhir. Setelah kita berdiri dan melaksanakan rakaat kedua ini, setelah menyelesaikan sujud kedua kemudian duduk kembali, yaitu melakukan duduk tasyahud akhir. i) Dan kemudian diakhiri dengan mengucap salam. j) Selesai melaksanakan shalat dhuha, kemudian membaca doa : 6Abdul Manan, Rahasia Shalat Sunnat ; Bimbingan Lengkap dan Praktis (Bandung: Pustaka Hidayah, 2002) h.71 20 Artinya : “Yaa Allah Tuhanku, bahwasannya waktu dhuha ini milik Engkau dan dan kebagusan (kemewahan) itu milik Engkau, dan keindahan ini milik Engkau, dan kekuatan itu miilik Engkau. Dan kekuasaan itu milik Engkau, dan pemeliharaan itu milik Engkau, Yaa Allah tuhanku jika keadaan rizqiku di langit, maka turunkanlah, dan jika adanya di dalam bumi maka keluarkanlah, dan jika ia sulit gampangkanlah, dan jika ia haram, sucikanlah, dan jika jauh dekatkanlah. Sesungguhnya engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu dengan hak (bekal) dhuha Engkau, kebagusan Engkau, keindahan Engkau, kekuatan Engkau, kekuasaan Engkau dan pemeliharaan Engkau, berilah aku apa yang engkau berikan kepada hamba-hamba Engkau yang shalih”. c. Keutamaan Shalat Dhuha Shalat dhuha sebagai shalat sunnah memiliki banyak sekali faedah keutamaannya. Sehingga sangatlah baik apabila shalat ini dilaksanakan secara istiqomah yakni dengan membiasakan setiap hari dalam melaksanakannya.Dalam hadit Nabi SAW telah banyak disinggung tentang manfaat serta keutamaannya. Keutamaan-keutamaan shalat dhuha yang bisa diperoleh menurut Abdul Manan adalah berdasar pada hadits yang diriwayatkan dari rasulullah SAW yang berbunyi: 21 Artinya : “Tuhanmu Yang Maha Tinggi terlah berseru ; Hai anak Adam, shalatlah empat rakaat bagi Aku dari awal siang. Maka Aku akan cukupkan engkau di akhir siang itu”.7 (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Keutamaan nya sebagai berikut : a. Dimudahkan oleh Allah dalam mencari rezeki b. Menuai keberkahan pada waktu pagi c. Waktu yang baik untuk berdoa d. Orang yang melaksanakan shalat dhuha mendapat pahala “sebesar ibadah umrah” e. Shalat dhuha membuat orang yang melaksanakan meraih keuntungan (ghanimah) dengan cepat f. Dijauhkan dari siksa api neraka pada hari pembalasan nanti g. Menggugurkan dosa-dosa walaupun sebanyak buih lautan h. Diberi ganjaran oleh Allah berupa rumah indah yang terbuat dari emas kelak di akhirat i. Shalatnya orang-orang yang kembali kepada Allah SWT8 d. Manfaat Shalat Dhuha Banyak sekali manfaat yang bisa dirasakan ketika kita senantiasa melakukan Shalat Dhuha diantarannya manfaat dari shalat dhuha ialah : a. Untuk kesehatan jasmani Salah satu upaya menjaga tubuh agar tetap bugar dan sehat adalah dengan membiasakan Shalat Dhuha. Hal ini bisa dilihat dari beberapa alasan: 1. Waktu pelaksanaan Shalat Dhuha yang kondusif untuk kesehatan Shalat dhuha dikerjakan ketika matahari mulai menmpakkan sinarnya, sinar matahari pagi amat baik untuk kesehatan, apalagi dikondusifkan dengan udara yang masih segar. 7 Ibid. h.68 8Huriyah huwaida, Penuntun Mengerjakan Shalat Dhuha, (Jakarta : Qultum Media, 2017), h. 29 22 2. Manfaat wudhu Sebelum Shalat Dhuha Syariat berwudhu sebelum Shalat sangat bermanfaat bagi kesehatan jasmani dan rohani, karena wudhu menimbulkan kita agar selalu bersih, perintah wudhu jelas dalam firman Allah SWT al-Maidah : 6 Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub Maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S Al-Maidah : 6) 23 3. Mukjizat gerakan Shalat untuk kesehatan. Ali Saboe, seorang profesor medis, menjelaskan bila ditinjau dari segi kesehatan, setiap gerakan, sikap, serta setiap perubahan dalam gerak tubuh seseorang. Vanshreber mengatakan, gerakan shalat menurut agama islamadalah suatu cara untuk memperoleh kesehatan dalam arti yang seluasluasnya dan dapat dibuktikan secara ilmiah. b. Selalu optimis dan jauh dari rasa takut serta keluh kesah16 Pada dasarnya watak dan tabiat manusia tergambar dalam firman Allah SWT :Al-Ma’arij: 19-23. : Artinya : Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah,dan apabila ia mendapat kebaikan ia Amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya (Q.S. Al-Ma’arij: 19-23.) Pada ayat ini, Allah menyatakan bahwa dia mngecualikan orang-orang yang Shalat dari orang yang berkeluh-kesah sangat rakus dan sedikit kesabaran. Ini menunjukkan bahwa Shalat dhuha mengajarkan kita untuk tidak terjebak dan tidak hanya memberi perhatian kepada dunia saja, karena dengan Shalat Dhuha kita telah menggunakan wkatu dengan baik dan proporsional. 24 c. Hidup penuh dengan kebahagiaan dan ketenangan Shalat pada umumnya, termasuk Shalat Dhuha, merupakan pelipur jiwa. Allah Swt. Berfirman, “dirikanlah shalat untuk mengingat-ku.” (QS Thaahaa[20]: 13-14). Artinya : “dan aku telah memilih kamu, Maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu).Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” (Q.S Thaahaa : 13-14). Shalat Dhuha yang mendatangkan kebahagiaan bagi pelakunya ini dampak lanjutnya juga dapat melahirkan kreativitas yang sangat berguna dan membantu aktivitas atau pekerjaan kita. Psikologi mutakhir, yang biasa disebut sebagai psikologi positif, telah menunjukkan besarnya pengaruh kebahagiaan/ketenangan terhadap kretivitas. Mihaly Csikszentmihalyi, seorang ahli psikologi, memperkenalkan suatu keadaan dalam diri manusia yang disebutnya sebagai “flow”. Bukan saja “flow” adalah sumber kebahagiaan, ia sekaligus adalah sumber kreativitas. Dan Shalat Dhuha yang khusyuk dapat menghasilkan kondisi “flow”dalam diri pelakunya. Selain itu, Shalat Dhuha juga bisa membuat kita sehat. Bukankah dengan tubuh yang sehat kita dapat bahagia dan tenang.
Description: