ebook img

BAB I PENDIDIKAN ISLAM TRANSFORMATIF PDF

21 Pages·2013·0.21 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB I PENDIDIKAN ISLAM TRANSFORMATIF

BAB I PENDIDIKAN ISLAM TRANSFORMATIF (Analisis Filosofis Pendidikan Humanistik Paulo Freire Dalam Perspektif Islam) A. Latar belakang Dalam UU. No. 2 tahun 1985, disebutkan bahwa tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa. Sedang dalam tujuan pendidikan Islam diarahkan pada terbentuknya peserta didik yang memmiliki kognisi intelektual yang cerdas. Serta dengan kecerdasannya itu ia dapat melakukan sesuatu yang baik menurut Islam untuk kemaslahatan bersama. Visi ini berlandaskan atas interpretasi logis rasional dari surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya “sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah dimuka bumi,”. Demikian pula tujuan pendidikan secara umum yang senantiasa berupaya menciptakan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang menyadari akan hakikat kemanusiaannya. Maka disini pendidikan sebagai alat tansformasi harus mampu mewujudkan manusia yang sadar akan keberadaannya sebagai sebuah pribadi yang dibekali berbagai macam potensi dan kemampuan. Disamping manusia dibekali fikiran yang mampu berfikir mendalam untuk mengungkap rahasia dibalik realitas, manusia juga dibekali kebebasan untuk membentuk dan mengembangkan potensinya itu. Kebebasan itu adalah kemampuan yang membuat manusia mampu untuk tidak sekedar menjadi 1 budak/ objek yang hanya menerima perlakuan saja tapi lebih dari itu pendidikan harus membentuk manusia yang mampu membangun paradigma manusia sebagai subjek kreatif yang mampu merancang, membentuk, bahkan membuat atau menciptakan sesuatu yang baru demi kemajuan dan perkembangan umat manusia. Sebut saja para ilmuan klasik seperi James Watt, Alexander Graham Bell, Galileo Galilei. Mereka juga manusia biasa, mereka juga pernah menjadi peserta didik sebagaimana pada umumnya. Tapi kegigihan mereka untuk terus belajar dan menemukan itu yang membuat nama mereka dikenang sepanjang zaman. Namun sayangnya, tidak banyak diantara pendidikan masa kini yang menggagas sebuah format pendidikan yang membebaskan. Bahkan masih ada pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dengan cara doktrinasi. Sehingga dengan cara ini peserta didik hanya terkungkung dalam kebisuan dan ketidakmengertian lantaran apa yang diterimanya belum tentu sesuai dengan kebutuhannya. Maka muncullah sebuah ide untuk menemukan format pendidikan yang membebaskan. Dialah salah seorang ilmuan pendidikan asal Brazil, Paulo Freire. Menurut pandangan filsafat Freire manusia adalah makhluk kreatif yang memiliki kesadaran kritis. Dengan kesadaran kritisnya itu manusia bisa menjadi subjek-aktif yang mencipta dan menciptakan kembali. Maka dengan dasar itu semestinya jika pendidikan memakai cermin praktek pendidikan yang membebaskan. Sebuah praktek pendidikan yang dapat menggerakkan kesadaran manusia sebagai subjek yangkreatif. Seperti format pendidikan yang digagas oleh Freire. Pendidikannya merupakan sebuah jalan yang berupaya untuk memicu kesadaran manusia. Sebagai sebuah pribadi potensial peserta didik didorong dan dipicu kesadaran kritisnya untuk lebih bebas dalam berfikir dan berkreasi. Pembebasan potensi peserta didik menurut Freire adalah sebuah langkah untuk memanusiakan 2 hakikat manusia, yaitu mengembalikan fitrah manusia sebagai makhluk kritis dan subjek kreatif yang mampu mengembangkan diri untuk kebaikan diri dan lingkungannya. dalam istilah Freire proses ini disebutnya sebagai humanisasi. Pendidikan sebagai proses humanisasi memiliki tanggung jawab dan peran khusus untuk menyadarkan manusia agar mampu mengenal, mengerti, dan memahami realitas kehidupan yang ada di sekelilingnya. Bagaimana kehidupan dapat berjalan baik, dan bagaimana agar hidup dapat berjalan seimbang dan selaras dengan perkembangan zaman. Tanpa adanya keseimbangan dan keselarasan ini manusia akan jauh tertinggal sebab dalam sebuah peradanan masayarakat perkembangan dan perubahan adalah suatu keiscayaan. Dengan adanya pendidikan humanistik, manusia akan mampu menyadari potensi yang ia miliki sebagi makhluk yang berpikir. Manusia juga mampu menyelaraskan diri sebagai makhuk yang hidup dalam realita perkembangan zaman. Serta hidup selaras dan seimbang antara budaya dengan perkembangan tanpa mengabaikan atau melebihkan salah satunya saja. Tujuan pendidikan yang semacam ini merupakan landasan utama serta mendasar dalam mewujudkan sebuah perubahan.1 Sebenarnya wacana mengenai Humanisme sudah banyak diangkat, bahkan oleh para pendahulu jauh sejak sebelum gagasan Freire lahir, jika dibandingkan dengan para tokoh-tokoh terdahulu, gagasan Freire hanya sekelumit kecil dari sekian penggagas tentang Humanisme. Dalam lingkup Islam sendiri banyak juga tokoh yang mendengungkan tentang Humanisme, seperti Isma’il Raji Al-Faruqi, Ali Syari’ati, Fazlur Rahman, Nurcholis majid, Harun Nasution, dll. Meskipun demikian setiap penggagas Humanisme itu memiliki corak dan cara pandang yang berbeda, Freire sendiri misalnya, humanisme Pendidikan yang diangkatnya lebih menekankan pada bagaimana 1Muh. Hanif Dhakiri,PauloFreire,Islam & Pembebasan,(Ttp: Djambatan, Pena, 2000) hlm.31. 3 memperlakukan peserta didik dengan segala bekal kemampuan dalam dirinya agar dapat dimaksimalkan secara lebih bebas menggunakan nalar kritisnya (Humanisme Rasional). Dalam menempuh Humanisme pendidikan yang demikian ini, Freire menegur para praktisi pendidikan agar tidak terlalu banyak “menjejali” peserta didik degan materi, atau dalam istilah Freire sendiri disebutnya sebagai pendidikan gaya bank, dimana murid hanya berperan sebagai objek yang hanya dipakasa untuk terus menerima materi tanpa mengkonfirmasikan dulu apa yang sebenarnya menjadi kebutuhannya. tapi Freire menawarkan sebuah format pendidikan yang mencoba memberikan kebebasan bagi murid untuk membentuk pikirannya sendiri. Menyelenggarakan kebebasan disini bukan berarti membiarkan murid untuk berperilaku yang sebebas-bebasnya, akan tetapi kebebasannya itu diarahkan secara akademis untuk dapat memaksimalkan nalar kritisnya guna membentuk dirinya menjadi makhluk intelektual yang peka terhadap permasalahan sosial. Konsepsi pendidikan Humanisme Paulo Freire berporos pada bagaimana memandang eksistensi manusia sebagai makhluk intelektual bebas yang mampu menggunakan nalar kritisnya untuk berfikir dan merasakan realitas sosial di sekitarnya, namun disini berbeda dengan pendidikan cartesian yang mencukupkan ekstase intelektualnya setelah menemukan ke-aku-an nya (cogito ergo sum). Lebih dari itu pendidikan ala Freire adalah sebuah panggilan untuk kebebasan, panggilan kesadaran untuk hakikat dan pembelaan kemanusiaan.2 Atau dengan kata lain konsep Humanisme Freire ini adalah sebuah ide tentang “pembebasan”. Kelebihan gagasan Freire dibanding para penggagas Humanisme lainnya terletak pada tindakan nyata yang ia tempuh guna mencapai realisasi ide- 2St. Sunardi, “PauloFreire: dari Pedagogy of the Oppresed menuju Pedagogy of the Heart” (Pengantar dalam bukuConcientizacao: Tujuan PendidikanPauloFreire), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm.x. 4 idenya. Dengan gebrakan yang cukup hebat, dan diplomasinya dengan para petinggi negara cukup menjadi ledakan yang dahsyat dalam menggerakkan masyarakat agar sadar dengan buta huruf yang melanda masyarakat Guinea Biseau kala itu. sehingga ide-idenya tidak berhenti hanya menjadi pemahaman filsafat semata, tapi ide ini dapat mengakar kuat menjadi sebuah ideology yang mampu mengikat dan menggerakkan masyarakat. Kelebihan lainnya dari pemikiran Paulo Friere tentang pendidikan pembebasan terletak pada kemampuannya untuk merangkai gagasan-gagasan pendidikan dalam sebuah teori yang cukup mapan. Namun demikian, kebebasannya Paulo Friere ini masih berkutat dan terikat dengan kepentingan di muka bumi ini, yaitu kepentingan yang masih bersentuhan dengan materialisme dan positivisme, tetapi belum mempunyai kaitan organik dengan dimensi spritual transendental, yang memungkinkan manusia mampu berdialog secara intim dengan Yang Tak Terhingga, dengan Yang Mutlak, yaitu Tuhan alam semesta. Padahal pendialogan untuk dapat merasakan kehadiran Tuhan adalah titik tolak filsafat tujuan pendidikan Islam. Dalam pandangan Islam kebebasan adalah anugerah dan karunia Tuhan. Oleh karenanya kebebasan harus disyukuri dan ditasharufkan sebaik mungkin untuk tujuan ibadah dan maslahatul ummat. Mengenai kebebasan pada masa periode keemasan Islam para tokoh muslim sudah membeikan contoh bagaimana mensyukuri kebebasan. Jika diigingat kembali akan sejarah masa lalu, sudah menjadi rahasia umum bahwa masa kejayaan sejarah peradaban barat/Eropa (13 M) sebelumnya telah didahului oleh kejayaan Islam (abad ke 9 M). kejayaan peradaban Islam itu ditandai oleh munculnya Ilmuan-ilmuan yang menemukan beberapa temuan seperti Ibnu Sina (avecenna) penemu matematika, Ar Razi penemu Ilmu Kimia, Al Kindi pengembang ilmu Ar Razi, dan banyak ilmuan muslim lainnya yang temuannya banyak diadopsi oleh ilmuan barat dan kemudian 5 diakui hak kepemilikannya oleh barat. Karenanya tidak banyak orang tahu bahwa sejarah keemasan sejarah dimuali oleh kaum muslim. Lahirnya ilmuan-ilmuan pada masa keemasan Islam itu adalah buah dari hasil upaya penggunaan kebebasan berfikir mereka dalam memaksimalkan kemampuannya, namun tak lama selang masa keemasan itu, kejayaan Islam kemudian surut yang ditengarai oleh adanya kebekuan berfikir para kaum muda muslim. Lantas karenanya sejarah peradaban direbut oleh bangsa Eropa. Bahkan hingga kini kesadaran untuk merealisasikan tindakan penyadaran ini masih lemah, terlihat dari munculnya sekolah-sekolah yang semakin hari semakin banyak, namun sedikit sekali melahirkan benih yang istimewa. dengan alasan inilah penulis ingin menggali lebih dalam agar dapat mengikuti keberhasilan Frerire dalam menggerakkan kelemahan kaum petani dan masyarakat kelas bawah hingga memiliki keberanian untuk mendobrak keadaan dan mewujudkan sebuah perubahan. Meskipun tidak akan menjadi seberhasil Freire dalam gerakannya namun setidaknya dapat mempelajari bagaimana Freire meraih keberhasilannya itu. Oleh karenanya dengan bertolak pada pemikiran Freire penulis akan mencoba meneliti pemikirannya yang kemudian akan disintesakan dengan kacamata Islam. Dengan harapan semoga hasil karya ini akan dapat membukakan sebuah cakrawala baru bagi pendidikan Islam. Juga dapat memberikan makna yang sangat mendasar bagi kaum muslim. Sebab mendasarkan tujuan segala sesuatu kepada Tuhan adalah ruh pendidikan Islam. karena pada hakikatnya dalam pandangan Islam eksistensi manusia di muka bumi ini akan bermakna manakala setiap aktivitas yang mereka lakukan, memiliki dasar serta alasan logis yang dapat dipertanggung jawabkan serta berorientasi kepada Tuhan. Tanpa orientasi seperti ini, sebaik apa pun sebuah praktik pendidikan tidak akan mempunyai nilai di sisi-Nya. 6 Dan dengan pertimbangan hal tersebut di atas atas dasar tujuan ikhtiar mencari sebuah format pendidikan Islam yang ideal, yang dapat menempatkan manusia pada posisinya sebagai makhluk intelegensi yang kreatif serta mengajarkan untuk senantiasa menundukkan kepala di hadapan Tuhan dirasa perlu adanya upaya untuk melakukan penelitian dengan mendialogkan pendidikan pembebasan Paulo Freire dengan konsepsi pendidikan dalam pandangan Islam dalam skripsi yang berjudul “Pendidikan Islam Transformatif (Analisis Filosofis Pendidikan Humanistik Paulo Freire dalam Perspektif Islam)”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, ada beberapa pokok pikiran yang dipakai sebagai permasalahan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Bagaimana konsep Pendidikan Humanistik Paulo Freire? 2. Bagaimana Islam memandang secara filosofis tentang Pendidikan Humanistik Paulo Freire? 3. Bagaimana Implikasi Pendidikan Humanistik dalam Pendidikan Islam? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini hanya sebatas ikhtiar kecil untuk mencari sebuah petunjuk filosofis sebagai landasan atau dasar dalam mencari dalil tentang pendidikan pembebasan, penelitian ini bertujuan : 1. Untuk memahami lebih dalam konsep pendidikan Humanistik Paulo Freire. 2. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap pendidikan Humanistik Paulo Freire 3. Untuk mencari relevansi konsep Humanisme Freire terhadap pandangan Islam. 7 Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk menguatkan gagasan pendidikan pembebasan yang dibangun melalui ideologi humanisme untuk digunakan sebagai paradigma pendidikan secara umum. Dalam penelitian ini hanya mengkhususkan Paulo Freire sebagai objek penelitian sebab ide-ide besarnya banyak mengispirasi para pemerhati pendidikan khususnya dalam kerangka tujuan merubah cara pandang pendidikan dan mentransformasi paradigmapendidikan menjadi selangkah lebih maju. Dari keberhasilan yang pernah dialami oleh Freire maka setidaknya gagasan pendidikan ini yang akan memperkaya cakrawala pemikiran umat muslim agar tidak jumud dan beku, sehingga akan memberikan sedikit pencerahan dan inspirasi dalam menyelenggarakan sebuah pengajaran yang lebih bermutu, berkualitas, lebih inspiratif dengan praktik yang lebih manusiawi. D. Kajian Pustaka Penelitian ini berisi sebuah analisis pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan, dari analisis tersebut kemudian diintegrasikan dengan pandangan Al-Qur’an sehingga akan ditemukan sebuah kesinambungan dan titik temu antara konsep pendidikanPaulo Freire mewakili pemikiran barat dengan paradigma Al-Qur’an sebagai landasan hidup umat muslim. Dengan demikian maka dibutuhkan sumber-sumber yang berkaitan dengan Freire, diantaranya seperti : 1. Pendidikan Kaum Tertindas, Alih bahasa dari buku asli yang berjudul Pedagogy of the Oppressed by Paulo Freire. Buku ini secara lengkap tentang latar belakang pemikiran Freire, bagaimana sudut pandang mengenai kaum tetindas, konsep pendidikan “gaya bank” dan kunci pendidikan kaum tetindas. Yaitu sebuh dialog. 8 2. Buku Pendidikan Sebagai Proses: Surat-Menyurat Pedagogis dengan Para Pendidik Guinea Bisseau, diterjemahkan oleh Agung Prihantoro. Dalam buku ini hanya berisi surat-surat Freire untuk Amilcar calbar yang isinya bertujuan untuk mengubah format pendidika yang terjadi di Guinea Bisseau. 3. Sebagai alat sintesis penulis menggunakan buku-buku para tokoh filsafat pendidikan Islam seperti pandangan filsafat dalam buku Percikan Filsafat Iqbal mengenai Pendidikan,. Dalam buku ini memuat tentang pemikiran Iqbal mengenai filsafat pendidikan Islam, bagaimana hakikat manusia aa tujuan penciptaannya, apa tujuan pendidikan Islam dan bagaimana mestinya seorang pelajar muslim menjalani idupnya sebagai individu dan personalitas. Sebetulnya diluar kesengajaan tarnyata skripsi dengan judul yang sama sudah pernah diangkat oleh mahasiswa Tarbiyah pada tahun 2005, walaupun masih dalam konsep yang sama namun objek kajiannya berbeda. Skripsi tersebut diangkat oleh Misbachul Munir dengan judul “Pendidikan Islam Transformatif (Studi Komparasi pemikiran Prof. Dr. Achmadi dan Prof. Dr. Munir Mulkhan)”, di dalamnya menjelaskan tentang konsep Pendidikan Islam Transformatif dengan membandingkan pemikiran kedua tokoh tersebut, Prof. Dr. Achmadi dalam Pendidikan Islam Transformatif menekankan pada Humanisme-Teosentris yang pada dasarnya menitikberatkan pada sisi keTuhanan akan tetapi untuk pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup bahagia di dunia dan akhirat dan memang sesuai dengan fitrah manusia. Sedangkan Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan. menekankan pada Humanisme-Antroposentris sebagai pembentukan peserta didik untuk berfikir kritis kreatif dalam masalah pendidikan. beliau mengartikan tujuan akhir dari 9 pendidikan Islam adalah penyiapan masyarakat untuk kehidupan di “masa depan”. Sedang Judul mengenai Freire sendiri pada tahun 2004 juga pernah diangkat oleh Farid Bani Adam mahasiswa Tarbiyah dengan judul “AKTUALISASI HUMANISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM” (Studi Komparatif Pemikiraan Paulo Freire dengan Abdurrahman Mas’ud)”, Dan satu lagi skripsi yang mengangkat tentang Freire berjudul “Pendidikan Pembebasan menurut Paulo Freire dan Implementasinya dalam Pendidikan Islam”. Judul pertama juga membandingkan pemikiran pemikiran Paulo Freire dengan Prof. Dr. Abdurrahman Mas’ud, dan Judul kedua lebih meneankan pada implementasi konsep pendidikan pembebasan Paulo Freire dalam pendidikan Islam. Sedang dalam penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana konsep Pendidikan Pembebasan dengan ideology Humanisme-nya Paulo Freire tersebut direduksi dan disintesakan dalam kacamata Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat muslim. Dengan membandingkan beberapa judul penelitian tersebut akan ditemukan perbedaan dalam objek kajian masing-masing. Sehingga dengan perbandingan ini sekaligus akan mempertegas argumen bahwa dalam pembuatan karya ilmiah ini sangat jauh dari adanya plagiasi. Sebab plagiasi adalah tindakan tidak bertanggung jawab yang tidak pernah bisa dibenarkan sebagai insan akademis. E. Kerangka Teoritik 1. Pendidikan IslamTransformatif Pendidikan Transformatif menurut Freire adalah pendidikan yang didasari atas nilai kritis dalam memandang sebuah realita sosial, pandangan ini dapat terwujud ketika seseorang telah memiliki kesadaran kritis untuk tidak begitu saja meng-iya-kan ketimpangan sosial yang 10

Description:
Dalam buku ini hanya berisi surat-surat Freire untuk Amilcar calbar yang isinya bertujuan untuk .. dideskripsikan saja. G. Sistematika Pembahasan.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.