ebook img

BAB 2 GAMBARAN DATA 2.1 Sejarah Gereja Santa Perawan Maria Gereja Santa Perawan Maria ... PDF

101 Pages·2009·4.48 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview BAB 2 GAMBARAN DATA 2.1 Sejarah Gereja Santa Perawan Maria Gereja Santa Perawan Maria ...

BAB 2 GAMBARAN DATA 2.1 Sejarah Gereja Santa Perawan Maria Gereja Santa Perawan Maria merupakan bangunan peribadatan tertua bagi umat beragama Katolik di Kota Bogor. Bangunan yang didirikan pada tahun 1905 atas prakarsa Pastor Adamus Carolus Claessens tersebut mewakili sejarah panjang penyebaran agama Katolik di Kota Bogor. Awalnya pada pertengahan abad ke-19, dengan mencontoh Cirebon, pemerintah Belanda di Bogor mensubsidi pembangunan gereja yang digunakan secara bergantian oleh umat Protestan dan Katolik. Gereja yang masih ada sampai sekarang itu kemudian dinamai Zebaoth (Foto 1). Kata zebaoth dalam bahasa Ibrani berarti ‘Allah Maha Agung yang berkuasa atas langit dan bumi’.1 Foto 2.1. Gereja Zebaoth (Dok: Cheviano Alputila, 2008) 1 www.kristenonline.com, diunduh tanggal 9 juni 2009 15 Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 16 Gereja Zebaoth tepatnya terletak di pinggir Kebun Raya Bogor, di jalan Ir. H. Juanda. Mgr.2 Jacobus Groof, sebagai Vikaris Apostolik3 Batavia yang pertama, tidak menyetujui keberadaan gereja yang akan digunakan secara bergantian karena pada saat diresmikannya gereja tersebut (13 April 1845), ibadah Protestan dan Katolik digabungkan menjadi satu. Sebagai solusinya, pemerintahan Hindia Belanda kemudian menyediakan rumah dinas residen Bogor untuk merayakan misa (kebaktian) sebulan sekali. Pada saat itu pemerintah Hindia Belanda tidak mengizinkan pastor menetap di Bogor (Heuken, 2007:70-71; Tim Pembangunan Gereja, 1996:32). Perlakuan hati-hati yang diberlakukan terhadap para misionaris itu disebabkan karena beberapa hal. Pertama, kegiatan penyebaran agama Katolik yang ditujukan bagi penduduk pribumi dikhawatirkan dapat menimbulkan gejolak di dalam masyarakat pribumi. Pemerintah menganggap bahwa penyebaran agama Kristen di Hindia Belanda bertentangan dengan agama yang telah dianut masyarakat sebelumnya. Gejolak yang terjadi di dalam masyarakat dikhawatirkan akan menimbulkan huru-hara yang dapat mengakibatkan pengeluaran uang dan tenaga yang tidak sedikit untuk memadamkannya. Kedua, adanya kelompok- kelompok tertentu yang duduk dalam pemerintahan Belanda dan anti terhadap agama Katolik. Hal tersebut dikarenakan agama resmi negeri Belanda adalah Protestan. Kebencian terhadap agama Katolik dimulai sebelum negeri Belanda terbentuk, dimana masyarakat Belanda (yang menganut Protestan) sebagai negara bagian berperang dengan Spanyol (yang beragama Katolik) untuk mendapatkan kemerdekaannya. Permusuhan itu diperparah karena Portugis, yang juga beragama Katolik, dikuasai oleh Raja Philip (1585) yang juga berkuasa atas Spanyol. Ketiga, munculnya paham sekularisme yang menolak agama di negeri Belanda. Pada abad ke-19, jumlah penganut paham tersebut masih sangat sedikit, namun pada awal abad ke-20, jumlah penganut telah berkembang dengan pesat (Heuken,2007:16, Padmo, 2001:480,478, Van Den End, 1987: 218,219). 2 Monsinyor adalah gelar untuk seorang uskup. 3 Vikaris Apostolik adalah pembantu atau pengganti dalam jabatan pimpinan gereja, yang memiliki kuasa jabatan sama seperti seorang uskup, tetapi terbatas kepada sesuatu bidang atau wilayah tertentu (Kamus Bahasa Melayu Nusantara, 2003: 3005). Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 17 Vikaris Apostolik Batavia yang kedua adalah Mgr. Petrus Maria Vrancken. Setelah 23 tahun menjabat sebagai pemimpin pewartaan agama Katolik di Hindia Belanda, ia mengundurkan diri karena sakit. Vrancken kemudian digantikan oleh seorang pastor yang juga sudah melayani Hindia Belanda selama 23 tahun. Ia adalah Pastor Adamus Carolus Claessens. Sebagai Vikaris Apostolik ketiga, Claessens dilantik menjadi uskup di Belanda pada tahun 1874. Pastor Adamus Carolus Claessens tinggal di Belanda sampai tahun 1877 dan membawa serta keponakannya, yaitu Pastor M.Y. Dominikus Claessens, pada saat kembali bertugas di Hindia Belanda (Heuken, 2007:85; Tim Pembangunan, 1996:33). Berbeda dengan para pendahulunya, Vrancken dan kemudian Claessens lebih memfokuskan diri untuk memperluas ajaran Katolik di luar Batavia bahkan sampai ke luar Pulau Jawa. Bogor, sebagai salah satu daerah penyebaran Katolik beserta Cirebon dan Serang, mulai dikunjungi setiap dua minggu sekali. Dalam kunjungan berkala ke Bogor pada tahun 1881, pastor A.C. Claessens membeli sebuah rumah berhalaman luas. Pada tanah itu didirikan gereja kecil sehingga umat Katolik di Bogor memiliki gereja sendiri untuk melakukan misa. Sejak tahun 1870 sikap pemerintah mulai melunak terhadap zending dan misi di Indonesia. Pada tahun 1885, pemerintah Hindia Belanda mengizinkan pastor untuk dapat menetap di Bogor, sehingga tahun 1886 Pastor M.Y.D Claessens memutuskan untuk menetap dan membangun panti asuhan anak-anak di Bogor. Saat itu, pastoran yang merangkap panti asuhan hanya dapat menampung 6 orang anak. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1887, panti asuhan tersebut berkembang menjadi Yayasan Vincentius. Sebagai permulaannya, Yayasan Vincentius membangun sebuah ruang tidur untuk 12 orang anak. Kemudian dengan bantuan para tuan tanah dari Cirebon, Preanger, dan Tegal, yayasan tersebut dapat membangun rumah baru yang berkapasitas 80 anak. Pemerintah kemudian membongkar rumah itu dan menggantinya dengan gedung berkapasitas 200 anak. Pemerintah rupanya bersikeras untuk membangun gedung baru agar dapat memasukkan 75 anak tentara ke dalam Yayasan Vincentius. Hal tersebut dapat dipahami karena tentara Eropa dengan status rendahan yang bekerja di Hindia Belanda dilarang untuk membawa serta istri dan anak-anaknya. Pada saat tentara- Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 18 tentara Eropa itu pulang kembali ke negara asal, anak dan istri hasil pergundikan selama tinggal di Hindia Belanda biasanya tidak dibawa. Anak hasil hubungan tersebut kemudian ditelantarkan di panti-panti asuhan oleh kedua orangtuanya yang berpisah (Heuken, 2007:85; Tim Pembangunan, 1996:33,69; Van Den End, 2003: 8). Pada tahun 1889, pemerintah Hindia Belanda menetapkan Bogor sebagai stasi4 misi tetap Batavia. Oleh karena itu, diputuskan untuk membangun bangunan gereja yang lebih besar. Gereja tersebut dibangun pada tahun 1890. Namun, bangunan gereja itu sudah tidak ada lagi karena telah dibongkar pada tahun 1905. Di atas tanah tempat berdirinya gereja tersebut, saat ini sudah dibangun Gedung BPK atau sekretariat. Tahun 1893 ditandai dengan pengunduran diri Pastor A.C Claessens sebagai Vikaris Apostolik Batavia. Ia kemudian memilih untuk tinggal dengan keponakannya Pastor M.Y.D Claessens di Bogor sampai meninggal pada tahun 1895. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1896, Pastor M.Y.D Claessens mulai membangun Gereja Santa Perawan Maria. Bangunan gereja tersebut baru digunakan pada tahun 1905. Sejak saat itu, gereja lama yang terletak di gedung BPK tidak digunakan lagi. Selain membangun Gereja Santa Perawan Maria pada tahun 1896, Pastor M.Y.D Claessens juga membangun sebuah gereja kecil di Sukabumi. Setelah itu, ia memperluas bangunan Panti Asuhan Vincentius dan sekolah. Sekolah yang dibangun di halaman Panti Asuhan itu didirikan dengan izin Gubernur Jenderal Van Heutz. Kemudian, pada tahun 1902, para suster dari Ordo Ursulin5 mulai menetap di Bogor dan membuka TK serta SD untuk anak-anak Eropa. Tahun 1907 Pastor M.Y.D Claessens akhirnya kembali ke Belanda dan meninggal pada tahun 1934. 4 Stasi adalah wilayah keuskupan yang akan menjadi paroki (Kamus Bahasa Melayu Nusantara, 2003: 2592) 5 Ordo Ursulin merupakan organisasi suster Katolik yang didirikan oleh Angela de Medici pada tahun 1535. Nama Ursulin diambil dari Santa Ursula, seorang putri raja Inggris yang mati sahid. Ordo ini lebih memfokuskan diri dalam melayani pendidikan anak-anak putri. Organisasi ini merupakan salah satu organisasi yang muncul karena gerakan Kontra Reformasi (menolak dominasi Protestan) di Eropa (Kuhl,1998 jilid 3: 152) Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 19 Setelah Pastor M.Y.D Claessens pulang ke Belanda, semua kegiatan pelayanan gerejawi diambil alih oleh para pastor dari Ordo Jesuit6. Salah satu pastor yang ikut mengambil alih pelayanan di Bogor, yaitu Pastor Antonius Van Velsen. Pastor ini kemudian diangkat menjadi Vikaris Apostolik Batavia pada tahun 1924. Pelayanan gerejawi beserta panti asuhan dan sekolah kemudian diambil alih oleh Kongregasi Santa Maria di Lourdes (Bruder Budi Mulia). Hanya berselang 14 tahun, pimpinan dan penyelenggaraan Gereja Santa Perawan Maria, Panti Asuhan, dan Sekolah diambil alih para pastor OFM Conventual.7 Pada bulan November 1957, Vatikan memutuskan untuk memisahkan Paroki Bogor dan digabungkan dengan Prefektur Apostolik Sukabumi. Pada tahun 1961, Prefektur Apostolik Sukabumi ditingkatkan statusnya menjadi keuskupan dengan nama Keuskupan Bogor. Gereja Santa Perawan Maria disebut Gereja Katedral Bogor, karena Gereja Santa Perawan Maria dijadikan sebagai Gereja Katedral Keuskupan Bogor. Nama Santa Perawan Maria digunakan sebagai nama gereja tersebut karena Santa Perawan Maria dipilih umat Katolik Bogor menjadi pelindung gereja (Heuken, 2007:85,121; Tim Pembangunan,1996:33-35,69). 2.2 Gambaran Umum Gereja Santa Perawan Maria Gereja Santa Perawan Maria (selanjutnya akan disebut GSPM) merupakan gereja tertua umat Katolik di Bogor. Gereja dengan luas kurang lebih 1248 m2 itu, terletak di Jalan Kapten Muslihat No. 22, Bogor. Selain bangunan gereja, bangunan-bangunan yang ada di dalam komplek Gereja Santa Perawan Maria adalah bangunan sekretariat, rumah pastoran, bruderan, seminari, rumah uskup, SD Mardi Yuana, Kantor Yayasan Mardi Yuana, Kantor Yayasan Budi Mulia, SD, SMP, SMA Budi Mulia, gedung serbaguna, kantin, dan Klinik Melania. Batas-batas bangunan GSPM adalah Jalan Kapten Muslihat di sebelah utara, Jalan Ir. H. Juanda di sebelah timur, SMA Negeri 1 Bogor di sebelah selatan, dan 6 Jesuit adalah sebutan untuk anggota Serikat Yesus. Serikat Yesus dibentuk oleh Ignatius Loyola dan enam orang mahasiswa pada tanggal 15 Agustus 1534. Serikat Yesus juga terbentuk karena adanya semangat Kontra Reformasi. Anggota Serikat Yesus dapat dikenali karena mencantumkan inisial SJ (Societas Jesu) di belakang namanya (Heuken: 158, Kuhl,1998 jilid 3: 149,152,170) dan De Jonge, 1996 cetakan 6: 76). 7 OFM Conventual adalah salah satu pecahan dari Ordo Fransiskan. Kepanjangan OFM adalah Ordo Fratrum Minorum Ordo ini berdiri pada tahun 1208-1209.. Ordo ini didirikan oleh Santo Fransiskus Asisi (Heuken, 1989: 76,79). Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 20 Perumahan Keuskupan serta perkantoran di sebelah barat (Anonim, 2007:4; Tim Pembangunan, 1996:13). Bangunan GSPM memiliki arah hadap timur-barat dengan pintu masuk di sisi barat. Denah gereja berbentuk persegi panjang dengan ujung berbentuk setengah lingkaran (Gambar 2.1). Gambar 2.1. Denah Gereja Santa Perawan Maria (Dok: Cheviano Alputila, 2008) Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 21 Deskripsi dilakukan pada bagian luar dan dalam bangunan GSPM. Deskripsi yang dilakukan pada bagian luar bangunan GSPM dilakukan pada masing-masing sisi atau tampak. Sedangkan deskripsi yang dilakukan pada bagian dalam bangunan GSPM dibagi berdasarkan ruangan-ruangan GSPM. Hal ini dikarenakan bagian dalam gereja bukan merupakan satu kesatuan sisi seperti yang ada pada bagian luar gereja. Untuk memudahkan deskripsi, maka setiap tampak dan ruangan-ruangan di dalam gereja dibagi menjadi bagian kaki, badan, dan atap. 2.2.1 Bagian Luar Bentuk bangunan GSPM yang persegi panjang membuat bagian luar gereja terdiri dari 4 sisi. Sisi depan bangunan GSPM menghadap ke arah barat, sedangkan sisi belakang menghadap ke arah timur. Dua sisi samping, masing- masing menghadap ke arah utara dan selatan. 2.2.1.1 SISI BARAT (DEPAN) Kaki Secara keseluruhan, bagian kaki pada bangunan GSPM adalah kaki. Bangunan GSPM memiliki kaki yang tinggi dan masif (Foto 2.2). Kaki pada bangunan GSPM tidak memiliki tinggi yang sama pada masing-masing sisinya. Hal tersebut dikarenakan bangunan GSPM didirikan pada tanah yang tidak rata. Pada sisi barat bangunan GSPM kaki bangunan tidak terlihat utuh karena didominasi oleh tangga masuk utama. Kaki baru terlihat pada samping tangga masuk. Pada sisi ini kaki terlihat lebih tinggi daripada sisi-sisi yang lain. Kaki yang terendah terlihat pada kaki sisi timur bangunan GSPM. Kaki pada sisi barat terbuat dari semen. Kaki dicat dengan warna coklat, sedangkan dinding bangunan dicat dengan warna putih, sehingga dapat terlihat dengan jelas batas yang membedakan keduanya. Pada kaki terdapat garis putih vertikal dan horizontal yang membentuk persegi panjang sehingga seakan-akan kaki tersusun dari batu-batu besar. Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 22 Foto 2.2. Kaki barat dan tangga (Dok: Cheviano Alputila, 2008) Tangga yang ada di sisi barat merupakan tangga utama bagi umat untuk masuk ke gereja. Tangga tersebut adalah tangga terbesar di bangunan GSPM. Tangga tersusun dari 15 buah anak tangga yang terbuat dari batu andesit berwarna hitam. Tangga yang memiliki ukuran 10,2 x 4,79 m itu memiliki pegangan atau tangan tangga yang terbuat dari semen. Pada tangan tangga terdapat 4 buah lampu yang digunakan untuk penerangan pada misa malam. Pada tangan tangga terdapat hiasan dari besi yang berbentuk seperti duri. Tangan tangga berwarna putih sedangkan kakinya berwarna coklat. Badan Sisi barat adalah tampak depan dari bangunan GSPM, sehingga dinding pada bagian tersebut sengaja dibuat berbeda untuk menegaskan bahwa bagian barat bangunan GSPM adalah tampak muka. Hal seperti ini lazim diterapkan dalam arsitektur. Secara keseluruhan, dinding bagian barat terdiri dari gable besar yang dipuncaki oleh hiasan salib, menara, serta tampak luar dari ruang perlengkapan misa. Dinding sisi barat terbuat dari semen dan dicat berwarna putih. Keseluruhan badan dinding juga terdapat garis-garis horizontal-vertikal, sehingga terkesan bahwa badan dinding tersusun dari batu-batu besar. Garis-garis Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 23 horizontal-vertikal itu juga tampak pada seluruh dinding bagian luar bangunan GSPM. Hiasan yang terdapat pada dinding luar sisi barat lebih banyak jika dibandingkan dengan bagian-bagian lainnya. Hiasan-hiasan itu adalah sebagai berikut: 1. Hiasan lengkung patah (arch) Hiasan lengkung patah adalah hiasan yang paling mendominasi dinding sisi barat. Hiasan tersebut antara lain membentuk ambang pintu utama, membentuk jendela semu yang berada di kiri dan kanan pintu utama, membentuk ceruk tempat patung Bunda Maria diletakkan, terdapat di atas ceruk, membentuk beberapa jendela (yang ada pada ruang perlengkapan misa, balkon, nave8), serta membentuk ventilasi pada dinding serta puncak menara (Foto 2.3). Foto 2.3. Hiasan lengkung patah pada dinding sisi barat (Dok: Cheviano Alputila, 2008) 8 Nave adalah aisle paling tengah dari gereja.Aisle adalah gang yang membujur dan membelah tempat duduk di dalam gereja, mengapit dan sejajar dengan nave, biasanya dipisahkan dengan deretan kolom, dibaut untuk peredaran orang namun kadang diisi dengan bangku (Harris, 1993: 20,550) Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009 24 2. Hiasan segitiga Hiasan segitiga (Foto 2.4) berjumlah lima buah. Masing-masing di kanan dan kiri terdapat tiga buah. Foto 2.4. Hiasan ‘segitiga’ (Dok: Cheviano Alputila, 2008) 3. Hiasan colonial casing Colonial casing adalah bentuk hiasan molding9 yang menonjol dan berupa garis (Harris, 1993: 209). Hiasan colonial casing pada GSPM terbagi menjadi dua jenis yaitu hiasan colonial casing tanpa variasi (Foto 2.5) dan hiasan colonial casing yang divariasikan dengan hiasan lain. Hiasan colonial casing tanpa variasi pada GSPM selalu terdapat diantara buttress10. Foto 2.5. Hiasan ‘colonial casing tanpa variasi’ (Dok: Cheviano Alputila, 2008) 9 Molding adalah bagian dari dekorasi atau konstruksi dengan berbagai variasi dari tepian dinding, kolom, pintu, jendela,atau bagian lain dari bangunan. Penampangnya berbentuk lengkung kedalam maupun ke luar atau kombinasi keduanya membentuk huruf S, siku dan lainnya. Jika dilihat dari depan hanya berupa garis lurus atau lengkung (Harris,1993:536). 10 Buttress adalah kolom yang menyatu atau menempel dengan dinding di bagian luar bangunan, kadang di sudut untuk perkuatan (Harris, 1993:143) Universitas Indonesia Gaya bangunan..., Cheviano Eduardo Alputila, FIB UI, 2009

Description:
polygonal, biasanya di dalam gereja, berada di ujung sumbu bangunan dan merupakan tempat altar. (Harris, 1993: 38). 14 Altar yang letaknya lebih tinggi daripada absolut, dan kebijakan sewenang-wenang pada saat itu mengharuskan para penguasa (orang kaya) harus tinggal dalam benteng
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.