Agnes Adhani 45 Analisis Penggunaan Bahasa SMS Ucapan Selamat Idul Fitri 2011 ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA SMS UCAPAN SELAMAT IDUL FITRI 2011 Agnes Adhani Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia - FKIP Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRACT The study discusses Short Message Services (SMS’s) used to express “Happy Idul Fitri” in relation to politeness principle and cooperative principle. The aims of the research are (1) to describe the way of writing the SMS’s, (2) to explain the sentence variety of the SMS’s, (3) to describe the language used in the SMS’s, (4) to explain the variety of relation between the writers and the reader of the SMS’s, and (5) to describe communicative act found in the SMS’s. This research is descriptive-qualitative in nature. The data are 54 SMS’s used to express “Happy Idul Fitri” in 2011. The SMS’s were received by the reseacher from her friends and colleagues. All of the SMS’s were analyzed to reveal the five aims of the research as stated above. The expressions of “Happy Idul Fitri” are found in the initial, middle, and final parts of the SMS’s. Some of them made use of associative language. Due to their variety, the sentences applied in the SMS’s expressing “Happy Idul Fitri” are (1) declarative, (2) imperative, and (3) exclamatory. The languages used in the SMS’s include (1) Indonesian, (2) Indonesian-Arabic, (3) Indonesian-Javanese, (4) Javanese, (5) Indonesian-English, and (6) Indonesian-Arabic- English. While, the relations between the writers and the reader of the SMS’s are of five kinds, namely (1) intimate parallel, (2) respectful parallel, (3) lower respectful writers, (4) lower intimate writers, and (5) neutral parallel. The variety of communicative act used in the SMS’s comprises (1) to express “Happy Idul Fitri”, (2)to apologize, (3) to expect, and (4) to thank. Key words: SMS, writing, sentence, language, writer-reader relation, communicative act. A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individual, sosial, susila, dan religius. Dalam hidupnya manusia membutuhkan manusia lain untuk mengidentifikasikan diri, aktualisasi diri, dan bekerja sama. Dalam bekerja sama dibutuhkan komunikasi. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain, melalui media, supaya pihak lain melakukan tindakan sesuai dengan apa yang 46 Widya Warta No. 01 Tahun XXXV II/ Januari 2013 ISSN 0854-1981 dikehendaki si penyampai pesan, dengan alat berkomunikasi berupa bahasa (Jatmika, 2009: 22). Bahasa sebagai alat komunikasi bukan merupakan sistem yang tunggal, melainkan mengejawantah dalam berbagai variasi, seperti idiolek, dialek, sosiolek, register, ragam baku dan nonbaku. Selain itu juga dengan berbagai media, misalnya surat, telepon, radio, televisi, juga telepon seluluer/ponsel (handphone). Dalam menyampaikan pesan kadang penyampai pesan dengan sengaja menyampaikan pesan secara tidak langsung, antara lain melalui media handphone dengan salah satu fasilitasnya, yaitu short message services (SMS). Fasilitas ini ternyata digunakan juga untuk mengungkapkan ucapan selamat, termasuk selamat Idul Fitri. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan Kompas, 15-16 Agustus 2011 terhadap 719 responden dengan samplingerror sekitar 3,7% tentang cara apa yang paling sering digunakan untuk menyampaikan ucapan Hari Lebaran adalah: 1. SMS 43,9 % 2. Bertemu langsung 26,4 % 3. Telepon 20,0 % 4. Situs jejaring sosial (facebook, twetter, dll.) 4,2 % 5. Tidak tahu/tidak menjawab 2,2 % 6. Mengirim kartu lebaran 2,2 % 7. Surat elektronik/e-mail 1,0 % (Kompas, 4 September 2011, hal. 3) Berdasarkan jajak pendapat tersebut terbukti bahwa mengirimkan SMS merupakan pilihan sebagian besar orang untuk menyampaikan selamat Lebaran atau selamat Idul Fitri. Hal itu menarik untuk dikaji secara lebih mendalam. 2. Rumusan Masalah a. Bagaimana penulisan SMS ucapan selamat Idul Fitri? b. Adakah variasi kalimat yang digunakan dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri? c. Bahasa apa saja yang digunakan dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri? d. Adakah variasi hubungan penutur dan mitra tutur pengirim SMS ucapan selamat Idul Fitri? e. Adakah variasi tindak komunikatif dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri? 3. Tujuan Penelitian a. Mendeskripsikan penulisan SMS ucapan selamat Idul Fitri. b. Menguraikan variasi kalimat yang digunakan dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri. Agnes Adhani 47 Analisis Penggunaan Bahasa SMS Ucapan Selamat Idul Fitri 2011 c. Mendeskripsikan bahasa yang digunakan dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri. d. Menguraikan variasi hubungan penutur dan mitra tutur pengirim SMS ucapan selamat Idul Fitri. e. Mendeskripsikan variasi tindak komunikatif dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri. B. Kajian Pustaka 1. SMS dan Cara Penulisan SMS SMS adalah istilah di bidang telekomunikasi, yaitu layanan pesan singkat, Short Message Service sebuah layanan yang dilaksanakan oleh sebuah ponsel untuk mengirim dan menerima pesan-pesan pendek (id.wikipedia.org/wiki/sms).SMS banyak digunakan karena kemudahannya.Ketiadaan batasan ruang dan waktu menjadikan SMS sebagai salah satu sarana komunikasi yang dapat diandalkan.SMS adalah bentuk komunikasi pribadi antara pengirim dan penerima pesan. Pesan yang dikirim bersifat formal, informal, canda ria, rahasia, dan bahkan hal-hal yang bersifat amat pribadi. Bentuk pesan yang dikirim bergantung pada kedekatan relasi antarpersonal/tingkat keakraban peserta tutur (Harry Widodo, 2004: 102). SMS sebagai ragam tulis sebagai layanan pesan singkat menggunakan penyingkatan yang lazim digunakan, misalnya yg (yang), dgn (dengan), sdh (sudah), dll (dan lain-lain), Selain itu terdapat bahasa SMS yang beragam, dari singkatan- singkatan gaul sampai emoticons, adanya space yang terbatas tak harus menghalangi kreativitas dalam penulisan SMS (Dianawati, 2005:v). Dalam penulisan SMS ditemukan penggunaan singkatan dan akronim khas bahasa SMS, dengan penghilangan vokal dan penggunaan huruf kapital secara “serampangan” (Adhani, 2009:29). 2. Kalimat Kalimat adalah (1) kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; (2) perkataan; (3) Ling satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa (KBBI, 2005: 494). Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (1988: 311) kalimat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau asimilasi 48 Widya Warta No. 01 Tahun XXXV II/ Januari 2013 ISSN 0854-1981 bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (:), tanda pisah (--), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda koma sepadan dengan jeda. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya, dan tanda seru melambangkan kesenyapan. Berdasarkan tanggapan dari mitra tutur, kalimat dibedakan menjadi tiga, yaitu kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah (KBBI, 2005: 494-495). Kalimat dilihat dari bentuk sintaksisnya dibedakan menjadi empat, yaitu kalimat deklaratif, kalimat interogatif, kalimat imperatif, dan kalimat eksklamatif (Hasan Alwi dkk., 1998: 352). Kalimat deklaratif, juga dikenal dengan nama kalimat berita umumnya dipakai pembicara atau penulis untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan berita bagi pendengar atau pembacanya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kalimat deklaratif atau kalimat berita dapat berbentuk apa saja (bentuk inversi, aktif, pasif, asal isinya merupakan pemberitaan. Kalimat interogatif atau disebut juga kalimat tanya, secara formal ditandai oleh kehadiran kata tanya seperti apa, siapa, kapan, berapa, mengapa, bagaimana dengan atau tanpa partikel -lah sebagai penegas. Kalimat interogatif diakhiri dengan suara naik, terutama jika tidak ada kata tanya atau suara turun pada bahasa lisan dan diakhiri tanda tanya (?) pada bahasa tulis. Ada empat cara untuk membentuk kalimat interogatif dari kalimat deklaratif, yaitu: (1) dengan menambahkan partikel penanya apa, yang harus dibedakan dari kata tanya apa, (2) dengan membalikkan susunan kata, (3) dengan menggunakan kata bukan(kah) atau tidak(kah), dan (4) dengan mengubah intonasi menjadi naik. Kalimat imperatif disebut juga kalimat perintah atau suruhan dan permintaan. Ditinjau dari segi isinya, dapat digolongkan menjadi enam kategori, yaitu: a. perintah atau suruhanbiasa, jika pembicara menyuruh mitra bicara berbuat sesuatu, b. perintahhalus, jika pembicara tampaknya tidak memerintah lagi, tetapi menyuruh mencoba atau mempersilakan mitra bicara sudi melakukan sesuatu, c. permohonan, jika pembicara, demi kepentingannya, minta mitra bicara berbuat sesuatu, d. ajakan dan harapan, jika pembicara mengajak atau berharap mitra bicara mengikuti keinginan pembicara, Agnes Adhani 49 Analisis Penggunaan Bahasa SMS Ucapan Selamat Idul Fitri 2011 e. larangan atau perintahnegatif, jika pembicara menyuruh mitra bicara tidak melakukan sesuatu, dan f. pembiaran, jika pembicara minta agar jangan dilarang. Kalimat imperatif memiliki ciri (a) intonasi yang ditandai nada rendah pada akhir tuturan, (b) pemakaian partikel penegas, penghalus, dan kata tugas ajakan, harapan, permohonan, atau larangan, (c) susunan inversi sehingga urutannya menjadi tidak selalu terungkap predikat-subjek jika diperlukan, dan (d) pelaku tindakan tidak selalu terungkap. Kalimat eksklamatif dikenal juga dengan kalimat seru, secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, bukanmain pada kalimat berpredikat adjektival.Kalimat eksklamatif ini juga disebut kalimat interjeksi biasa digunakan untuk menyatakan perasaan kagum atau heran. 3. Bahasa Bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (artibrer) yang dipakai oleh anggota-anggota masyarakat untuk saling berhubungan dan berinteraksi (Sumarsana dan Paina, 2004:18).Walaupun hubungan antara bunyi dan makna tidak ada aturannya atau sewenang-wenang, tetapi karena bahasa merupakan sistem, maka setiap anggota masyarakat pemakai bahasa terikat pada aturan dalam sistem tersebut dan dipatuhinya.Secara kasat mata pemakai bahasa dapat melihat ciri-ciri bunyi yang dilambangkan dengan ejaan bahasa yang berbeda. Dengan sistem bahasa yang berbeda, bisa dibedakan bahasa Indonesia, bahasa Inggris, bahasa Jawa, atau bahasa Arab. Misalnya untuk „terima kasih‟ dapat ditemukan variasi bentuk: 1. terima kasih (bahasa Indonesia) 2. matur nuwun (bahasa Jawa) 3. thank you (bahasa Inggris) 4. ciesou (bahasa Cina/Mandarin) 5. arigato (bahasa Jepang) 6. sukkron katsiron (bahasa Arab) Dalam masyarakat multilingual penggunaan beberapa bahasa dalam pertuturan sudah merupakan hal yang wajar. Apalagi pada era global, saling ketergantungan bahasa, karena keterbatasan bahasa dalam mengungkapkan konsep, gagasan, ide, atau benda, mengakibatkan adanya gejala interferensi bahasa. 50 Widya Warta No. 01 Tahun XXXV II/ Januari 2013 ISSN 0854-1981 4. Konteks dan Hubungan Penutur dan Mitra Tutur Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mengkaji penggunaan bahasa berintegrasi dengan tata bahasa (Wijana, 1996: 3). Dalam pragmatik, telaah atas makna tidak dapat dilepaskan atau selalu terikat pada konteks. Konteks sebagai pijakan utama dalam analisis pragmatik terdiri atas siapa mengatakan/berbicara kepada siapa, tempat dan waktu diujarkannya suatu kalimat, anggapan-anggapan mengenai yang terlibat di dalam tindakan pengutaraan kalimat itu (Kaswanti Purwo, 1990: 14). Komponen tutur yang berkaitan dengan faktor penentu pertuturan tidak cukup hanya mengetahui situsi, peristiwa, dan tindak tutur, melainkan juga komponen tutur. Menurut Hymes (dalam Sumarsana dan Paina, 2002: 325-335) menjabarkan 16 komponen tutur, yaitu (1) bentuk pesan (message form) menyangkut cara suatu topik dikatakan atau diberitakan, (2) isi pesan (message content) berkaitan dengan persoalan apa yang dikatakan, menyangkut topik dan perubahan topik, (3) latar (setting) mengacu kepada waktu dan tempat terjadinya pertuturan atau keadaan fisik, (4) suasana (scene) mengacu kepada latar psikologis, (5) penutur (speaker, sender), (6) pengirim (addressor), (7) pendengar (hearer, receiver, audience), (8) penerima (addressee), (9) maksud-hasil (purpose-outcome), (10) maksud-tujuan (purpose-goal), (11) kunci (key) mengacu kepada cara, nada, atau jiwa (semangat) tindak tutur yang dilakukan, (12) saluran (channel) mengacu kepada mediun penyampaian tutur: lisan, tulisan, telepon, surat, (13) bentuk tutur (formofspeech) mengarah kepada tatanan perabot kebahasaan yang berskala bahasa, dialek, dan variasi yang dipakai secara luas, (14) norma interaksi (norm of interaction), kaidah yang mengatur pertuturan, (15) norma interpretasi (norm of interpretation), (16) genre, dikaitkan dengan kategori seperti puisi, mite, dongeng, peribahasa, doa, orasi. Hymes kemudian meringkas 16 komponen menjadi 8 dengan disingkat speaking, yaitu Situasi (actsituation) mencakup latar dan suasana (3, 4), Partisipan, mencakup penutur, pengirim, pendengar, dan penerima (5, 6, 7, 8), End (tujuan) mencakup maksud dan hasil (9, 10), Act sequence (urutan tindak), mencakup bentuk pesan dan isi pesan (1, 2), Key (kunci, 11), Instrumentalities (peranti, perabotan), mencakup saluran dan bentuk tutur (12, 13), Norms (norma) mencakup norma interaksi dan norma interpretasi (14, 15), dan Genre (16). Dalam Kurikulum Bahasa Indonesia 1984 dirumuskan bahwa pengajaran bahasa bertujuan menumbuhkan kemampuan berkomunikasi dengan bahasa dan dalam berkomunikasi bahasa selalu dikaitkan dengan faktor penentu, yaitu siapa yang berbahasa dengansiapa; untuk tujuan apa; dalam situasi apa (tempat dan waktu); dalam konteks apa (peserta lain, kebudayaan, dan suasana); dengan jalur mana (lisan Agnes Adhani 51 Analisis Penggunaan Bahasa SMS Ucapan Selamat Idul Fitri 2011 atau tulisan); media apa (tatap muka, telepon, surat, kawat, buku, koran, dan sebagainya); dalam peristiwa apa (bercakap-cakap, ceramah, upacara, laporan, lamaran kerja, pernyataan cinta, dan sebagainya) (Tarigan, 1986: 179). Faktor penentu di atas dapat disebut konteks pertuturan. Terkait dengan penutur dan mitra tutur, terjadi komunikasi antarpribadi dengan pola hubungan (1) penutur sejajar dengan mitra tutur dengan hubungan akrab, (2) penutur sejajar dengan mitra tutur dengan jenis hubungan hormat, (3) penutur lebih rendah dibanding mitra tutur dengan jenis hubungan akrab, (4) penutur lebih rendah dibanding mitra tutur dengan jenis hubungan hormat, (5) penutur lebih tinggi dibanding mitra tutur dengan jenis hubungan akrab, dan (6) penutur lebih tinggi dibanding mitra tutur dengan jenis hubungan hormat. Pola hubungan ini tercermin dalam penggunaan kata-katanya. 5. Tindak Komunikatif Satu kalimat atau percakapan dapat mengungkapkan beberapa fungsi sekaligus. Tindak komunikatif, menurut Tarigan (1986: 145-146) dibagi menjadi lima belas kelompok, yaitu: 1. menyapa, mengundang, menerima, menjamu, 2. memuji, mengucap selamat, menyanjung/merayu, menggoda, mempesonakan, menyombongkan, 3. menginterupsi, menyela, memotong pembicaraan, 4. memohon, meminta, mengharapkan, 5. mengelak, membohongi, mengobati kesalahan, mengganti subjek, 6. mengkritik, menegur, mencerca, mengomeli, mengejek, menghina, mengancam, memperingatkan, 7. mengeluh, mengadu, 8. menuduh, menyangkal atau mengingkari, 9. menyetujui, menolak, mendebat atau membantah, 10. meyakinkan, menuntut, mempengaruhi atau mensugesti, mengingatkan, menegaskan atau menyatakan, menasihati, 11. melaporkan, menilai, mengomentari, 12. memerintahkan, memesan, meminta atau menuntut, 13. menanyakan, memeriksa atau meneliti, 14. menaruh simpati, menyatakan belasungkawa, dan 15. meminta maaf, memaafkan. 52 Widya Warta No. 01 Tahun XXXV II/ Januari 2013 ISSN 0854-1981 C. Metode Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di depan, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif deskriptif (Sutopo, 2002: 110). Data penelitian ini adalah kalimat ucapan selamat Idul Fitri 2011 dan sumber data penelitian ini adalah SMS yang dikirim oleh peneliti kepada berbagai kolega, teman, dan sahabat dan diterima oleh peneliti, karena dianggap ikut merayakan lebaran atau Idul Fitri pada perayaan lebaran atau Idul Fitri 2011 terdiri atas 54 SMS dengan berbagai varian pengirim, tulisan, dan isi ucapan. Teknik pengumpulan data dengan teknik simak bebas libat cakap (Sudaryanto, 2001: 133). Kelima puluh empat data dianalisis untuk menjawab lima permasalahan yang dikemukakan dalam bagian pendahuluan. D. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Penulisan SMS Ucapan Selamat Idul Fitri Penulisan selamat Idul Fitri dinyatakan secara eksplisit, ada pada awal, tengah, dan akhir SMS dengan berbagai varian. Misalnya: (1) Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin. (2) minal aidzin walfaidzin. mhon maaf lhir n btin. slmat hri rya idul fitri. (3) Selamat Idul Fitri untuk semuanya. Lapangkan hati untuk mohon maaf dan membuka hati menerima maaf. Selamat menjadi manusia baru. Tuhan memberkati. (4) Dengan ibadah puasa&berserah kpd kehendak Allah, kita akan menuai berkah melimpah. Selamat IDUL FITRI 1432 H. Mohon maaf atas salah&khilaf. (5) Met raya. Selain itu digunakan bentuk singkatan yang lazin digunakan dalam penulisan SMS dan beberapa menggunakan bentuk “bahasa gaul”, serta ditemukan cara penulisan sejenis pantun. (6) qt (kita) (7) n (and, dan) (8) miNal aidZin WaL faiDzin mHon mAav lAHiR n‟BatiN. (9) Tembilahan negeri sri gemilang/ dikenal juga negeri seribu jembatan// Ada baiknya kita bermf2-an/ salah&khilaf mhn dimfkan// Agnes Adhani 53 Analisis Penggunaan Bahasa SMS Ucapan Selamat Idul Fitri 2011 2. Variasi Kalimat dalam SMS Ucapan Selamat Idul Fitri Berdasarkan 54 data terdapat 153 kalimat yang dapat dikategorikan seperti dalam tabel 1 di bawah ini. Tabel 1 Variasi Kalimat dalam SMS Ucapan Selamat Idul Fitri No Jenis Kalimat Jumlah Keterangan 1. Deklaratif 68 Terdiri atas pernyataan, berterima kasih, dan mengucapkan selamat 2. Interogatif - - 3. Imperatif 80 Perintah biasa, permohonan, harapan, ajak, dan salam yang berisi harapan 4. Eksklamatif 5 Seruan dan pekik Jumlah 153 Contoh kalimat yang menunjukkan variasi kalimat sebagai berikut. (10) Saling memaafkan adalah indah. (deklaratif) (11) Terima kasih. (deklaratif) (12) Mohon maaf lahir dan batin. (imperatif, permohonan) (13) Minal aidzin walfaidzin. (imperatif, harapan) (14) Mari kita satukan hati di hari yang fitri. (imperatif, ajakan) (15) Ya Allah. (eksklamatif) 3. Bahasa yang Digunakan dalam SMS Ucapan Selamat Idul Fitri Terdapat empat bahasa yang digunakan dalam menyatakan selamat Idul Fitri. Tabel 2 berikut menunjukkan hal itu. Tabel 2. Bahasa yang Digunakan dalam SMS Ucapan Selamat Idul Fitri No Bahasa Data Jumlah 1. Indonesia 2, 3, 7, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 24, 25, 32 26, 27, 28, 30, 32, 33, 35, 37, 40, 41, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 51, 52 2. Jawa 29, 42 2 3. Indonesia-Jawa 1, 23, 36, 53 4 4. Indonesia-Arab 4, 5, 6, 10, 11, 21, 22, 31, 34, 38, 47, 50, 54 13 5. Indonesia-Inggris 16, 39 2 6. Indonesia-Arab-Inggris 14 1 Jumlah 54 54 Widya Warta No. 01 Tahun XXXV II/ Januari 2013 ISSN 0854-1981 Berikut ini contoh-contoh penggunaan bahasa dalam SMS ucapan selamat Idul Fitri. (16) Terima kasih. (bahasa Indonesia) (17) Selamat Idul Fitri untuk semuanya. Lapangkan hati untuk mohon maaf dan membuka hati menerima maaf. Selamat menjadi manusia baru. Tuhan memberkati. (bahasa Indonesia) (18) Gemebyar cahyaning sang baskara anjarwaning dina suci minangka pratanda mijiling wulan fitri lumeber ing kawulaning gusti, sucining ati, tumataning laku sugeng mahargya dinten riyadi 1432 H, katur pnjenengan sami. Bilih wonten kalepatan nyuwun agunge samudra pangaksami.(42) („Terang sinar matahari menandakan hari suci sebagai pertanda mulainya bulan suci untuk semua umat Tuhan, sucinya hati, tertatanya tingkah laku, selamat menyambut hari raya 1432 H bagi saudara sekalian. Apabila ada kesalahan mohon maaf yang sebesar-besarnya‟) (bahasa Jawa) (19) Matur suwun. Dawah sami2 kula nggih ngaturaken sugeng riyadin lan mugi dadosa wilujeng. MOHON MAAF LAHIR BATIN. BU AGNES (36) („Terima kasih. Sama-sama saya juga mengucapkan selamat hari raya, semoga menjadi keselamatan. Mohon maaf lahir dan batin bu Agnes‟) (bahasa Indonesia dan Jawa) (20) Selamat hari raya Idul Fitri, mohon maaf sgala khilaf tutur kata dan kalimat. Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin. (bahasa Indonesia dan Arab) (1) Thanks mom… Terima kasih bunda …^_^ (16) („Terima kasih ibu. Terima kasih bunda‟) (bahasa Indonesia dan Inggris) Thanks mom… Terima kasih bunda …^_^ (16) („Terima kasih ibu. Terima kasih bunda‟) (21) Shortmessage ini bagi saya adalah tanda bahwa kita dihubungkan oleh persahabatan dan silaturahiem di sana pasti ada salah dan khilaf baik sengaja atau tidak. “Mohon maaf lahir batin ya… juga selamat IedFitr, minal aidzin walfaidzin” semoga kita tetap dibimbing-Nya menuju Ridlo- Nya. (bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab) 4. Hubungan Penutur dan Mitra Tutur Pengirim Ucapan Selamat Idul Fitri Prinsip sopan santun menentukan pilihan bentuk tuturan berdasarkan hubungan penutur dan mitra tutur. Tabel 3 menunjukkan hal tersebut.
Description: