JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori STRATEGI PENINGKATAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENDIDIKAN ISLAM Oleh: Ari Hasan Ansori Abstrak Pentingnya peranan pendidikan dalam tata kehidupan peribadi maupun masyarakat, maka dalam pengembangan watak bangsa haruslah berpegang dan bertumpu pada landasan pendidikan yang kuat. Sumber daya manusia merupakan kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik- baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan akan memberikan manfaat pada lembaga berupa produktifitas, moral, efisiensi kerja, stabilitas, serta fleksibilitas lembaga dalam mengantisipasi lingkungan, baik dari dalam maupun dari luar lembaga yang bersangkutan. Strategi pendidikan Islam dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, terdiri dari dua model, yaitu strategi pendidikan yang bersifat makro dan strategi pendidikan yang bersifat mikro. Strategi yang bersifat makro terdiri dari tiga komponen, yaitu pertama, tujuan pendidikan Islam yang mencakup pembentukan insan shaleh dan masyarakat shaleh; kedua, dasar pokok pendidikan Islam yang menjadi landasan kurikulum; dan ketiga, prioritas dalam tindakan yang meliputi penyerapan semua anak-anak usia sekolah, kepelbagaian jalur perkembangan, meninjau kembali materi dan metode pendidikan, pengukuhan pendidikan agama, administrasi dan perencanaan, dan kerja sama regional dan antar negara di dalam dunia Islam. Strategi yang bersifat mikro, yaitu tazkiyah al-nafs (pembersihan jiwa) melalui shalat, puasa, zakat, haji, membaca al-Qur'an, zikir, tafakur, zikrul maut, muraqabah, muhasabah, mujahadah, muatabah, jihad, amar ma'ruf nahi munkar, khidmat, tawadhu, meng-halangi pintu masuk setan ke dalam jiwa, dan menghindari penyakit hati. Kata kunci: Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia, Pendidikan Islam Pendahuluan Pendidikan bagi kehidupan umat manusia di muka bumi termasuk bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan, manusia mustahil dapat hidup dan berkembang sejalan dengan cita-cita dan tujuan hidup. Begitu pentingnya peranan pendidikan dalam tata kehidupan peribadi 19 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori maupun masyarakat, maka dalam pengembangan watak bangsa haruslah berpegang dan bertumpu pada landasan pendidikan yang kuat. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu “…memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam perdamaian dunia.” Dengan demikian, maka pemerintah memiliki kewajiban untuk meningkatkan dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa dan negara, sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Sebagaimana dalam Undang-Undang No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa “Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan warga negaranya mengembangkan diri, baik berkenaan dengan aspek jasmaniah maupun rohaniah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945”. Selanjutnya, dijelaskan dalam UU No. 20/2003, bahwa : “Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.1 Oleh karena pendidikan merupakan pondasi dasar dalam menentukan sebuah bangsa, maka semua bangsa di dunia termasuk Indonesia, terus berupaya rneningkatkan mutu pendidikan. Walaupun demikian, sektor pendidikan ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga. Penyebab keterpurukan sekor pendidikan ini masih terjadi perbedaan pendapat diantara para pakar dan praktisi pendidikan itu sendiri. Sebagian mengatakan bahwa rendahnya 1 UU No.20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. h. 3. 20 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori anggaran pendidikan yang menjadi penyebab dan sebagian mengatakan manajemen yang amburadul, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa kurikulumnnya tidak beres. Menurut Surakhmad keterpurukan sektor pendidikan disebabkan oleh filosofi pendidikan yang selama 30 tahun terabaikan. Oleh karenanya lembaga pendidikan harus dikembalikan pada fungsi semula yakni lembaga yang memanusiakan manusia.2 Memasuki abad ke-21, isu tentang perbaikan sektor pendidikan di Indonesia mencuat ke permukaan, tidak hanya dalam jalur pendidikan umum, tapi semua jalur dan jenjang pendidikan. Hal ini karena disadari bahwa prestasi pendidikan di Indonesia tertinggal jauh di bawah negara-negara Asia lainnya, seperti Singapura, Jepang, dan Malaysia.3 Berdasarkan hasil penelitian bahwa negara Indonesia merupakan negara asia yang indeks pendidikannya terletak pada urutan jauh tertinggal. Ketertinggalan pendidikan ini menurut Dody Heriawan Priatmoko sebagaimana dikutif oleh Dede Rosyada adalah karena rendahnya mutu pendidikan, dan indikator rendahnya mutu pendidikan nasional dapat dilihat dari prestasi siswa. Laporan Bank Dunia, tahun 1992, hasil studi IEA (International Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia Timur menunjukkan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk tingkat SD adalah 75,5 (Hongkong), 74,0 (Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia). Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-Repeat-TIMSS-R, tahun 1999 memperlihatkan bahwa diantara 38 negara peserta, prestasi siswa SMP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk mata pelajaran IPA dan urutan ke-34 untuk mata pelajaran Matematika. Dalam pendidikan 2 Winarno Surakhmad, Agar Pendidikan Memanusiakan Manusia, Komunika, Media Komunikasi Mahasiswa Universitas terbuka, Jakarta, April 2000, hh. 38-40. 3 Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis. (Jakarta; Kencana, 2004) h. 2. 21 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori tinggi menurut majalah Asia Week dari 77 universitas yang disurvai di Asia Pasifik, 4 universitas terbaik di Indonesia hanya menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75. 4 Indikator lain rendahnya mutu pendidikan nasional adalah dapat terlihat dari data UNESCO tahun 2002, peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index) Indonesia yaitu bahwa komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan dan penghasilan per kepala yang menunjukkan indeks pengembangan manusia Indonesia memiliki nilai 0,684 berada pada rangking 110, dibawah Vietnam, Malaysia dan Singapura. Pada tahun 2003, Indonesia peringkatnya semakin memburuk yaitu peringkat 112 dibawah Vietnam (109), Filipina (85), Thailand (74), Brunei Darusalam (31), Korea (30), dan Singapura (28).5 Realitas Pendidikan Islam saat ini mengalami masa intellectual deadlock. Indikasinya adalah; pertama, minimnya upaya pembaharuan, dan kalau toh ada kalah cepat dengan perubahan sosial, politik dan kemajuan iptek. Kedua, praktek pendidikan Islam sejauh ini masih memelihara warisan yang lama dan kurang melakukan pemikiran kreatif, inovatif dan kritis terhadap isu-isu aktual. Ketiga, model pembelajaran pendidikan Islam terlalu menekankan pada pendekatan intelektualisme-verbalistik dan menegasikan pentingnya interaksi edukatif dan komunikasi humanistik antara guru-murid. Keempat, orientasi pendidikan Islam menitikberatkan pada pembentukan ‘abd atau hamba Allah dan tidak seimbang dengan pencapaian karakter manusia muslim sebagai khalifah fi al-ardl.6 Disisi lain pendidikan Islam mengemban tugas penting, yakni bagaimana mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM) agar umat Islam dapat berperan 4 Dede Rosyada, Op.Cit., h. 3-4. 5 Basuki Wibawa, Pendidikan Teknolgoi dan Kejuruan Manajemen dan Implementasinya di Era Otonomi, (Surabaya, Kertajaya Duta Media, 2005) h. 2. 6 Abd. Rachman Assegaf, "Membangun Format Pendidikan Islam di Era Globalisasi", dalam Imam Machali dan Musthofa (Ed.), Pendidikan Islam dan Tantangan Globalisasi, (Yogyakarta: ArRuzz Media, 2004), Cet. I, h. 8-9 22 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori aktif dan tetap survive di era globalisasi. Dalam konteks ini Indonesia sering mendapat kritik, karena dianggap masih tertinggal dalam melakukan pengembangan kualitas manusianya. Padahal dari segi kuantitas Indonesia memiliki sumber daya manusia melimpah yang mayoritas beragama Islam. Mengapa pengembangan kualitas sumber daya manusia menjadi sangat penting dan begitu urgent? Hal ini tak bisa dipungkiri mengingat abad XXI sebagai era globalisasi dikenal dengan situasinya yang penuh dengan persaingan (hypercompetitive situation). John Naisbitt dan Patricia Aburdene sebagaimana dikutip A. Malik Fadjar, mengemukakan bahwa terobosan paling menggairahkan dari abad XXI bukan karena teknologi, melainkan karena konsep yang luas tentang apa artinya manusia itu. Pengembangan kualitas SDM bukan persoalan yang gampang dan sederhana, karena membutuhkan pemahaman yang mendalam dan luas pada tingkat pembentukan konsep dasar tentang manusia serta perhitungan yang matang dalam penyiapan institusi dan pembiayaan.7 Paradigma pembangunan yang berorientasi pada keunggulan komparatif dengan lebih mengandalkan sumber daya alam dan tenaga kerja yang murah, saat ini mulai mengalami pergeseran menuju pembangunan yang lebih menekankan keunggulan kompetitif. Dalam paradigma baru ini, kualitas SDM, penguasaan teknologi tinggi dan peningkatan peran masyarakat memperoleh perhatian.8 Keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh kualitas manusianya, bukan oleh melimpah-ruahnya kekayaan alam.9 Manusia merupakan titik sentral yang menjadi subyek dan perekayasa pembangunan serta sebagai obyek yang direkayasa dan menikmati 7 A. Malik Fadjar, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Fajar Dunia, 1999), Cet. I, h. 156 8 Ibid, h. 157 9 Sri Bintang Pamungkas, Dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dan IPTEK Mengatasi Kemiskinan, Mencapai Kemandirian, (Jakarta: Seminar dan Sarasehan Teknologi, 1993), h. 20 23 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori hasil-hasil pembangunan. Sumber daya manusia pun (disamping pada kondisi-kondisi tertentu menjadi beban pembangunan) merupakan modal dasar pembangunan nasional yang memiliki potensi dan daya dorong bagi percepatan proses pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan demikian, perilaku pembangunan, seyogyanya senantiasa mencerminkan peningkatan harkat dan martabat kemanusiaan demi peningkatan kualitas peradaban masyarakat bangsa dan negara. Di dalamnya diperlukan ketangguhan kualitas, watak dan moralitas manusia sebagai pelaku utamanya. Dalam pembangunan, manusia adalah perencana, pelaku, pengendali serta tujuan dari pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu pengembangan kualitas sumber daya manusia merupakan prioritas utama yang harus ditingkatkan, sehingga dengan demikian ia dapat memiliki segala kemampuan yang dibutuhkan dalam pembangunan di segala bidang. Manusia yang berkualitas dapat memanfaatkan segala potensinya dan mampu merebut peluang di masa depan bagi kejayaan bangsa dan negara. Faktor manusia menjadi paling menentukan akan berhasil atau gagalnya bangsa untuk tetap tegak dalam persaingan global karena yang membedakan kemampuan suatu bangsa dengan bangsa lainnya adalah kualitas manusianya. Di negara-negara maju, SDM menjadi prioritas utama dalam pembangunan pendidikan, SDM dipandang sebagai pilar utama infrastruktur yang mapan di bidang pendidikan. Kondisi ini berbeda dengan pendidikan di Indonesia yang dihadapkan pada persoalan penyediaan SDM. Adanya ketidakcocokan dan ketidaksepadanan antara output di semua jenjang pendidikan dengan tuntutan masyarakat (social demands) dalam dunia kerja adalah satu contoh pekerjaan rumah bagi dunia pendidikan di Indonesia yang harus segera dibenahi. Pendidikan masih lebih memperlihatkan sebagai suatu beban dibanding sebagai suatu kekuatan dalam pembangunan. Dipandang dari perspektif human capital theory, pendidikan Islam dihadapkan pada persoalan underinvestment in human capital, yaitu kurang dikembangkannya 24 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori seluruh potensi SDM yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan. Akibatnya, pendidikan di Indonesia masih belum menunjukkan tingkat balik (rate of return) yang dapat diukur dari besarnya jumlah lulusan pendidikan yang terserap ke dalam dunia kerja.10 Upaya pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui berbagai jalur, diantaranya melalui pendidikan. Pendidikan ini merupakan jalur peningkatan kualitas sumber daya manusia yang lebih menekankan pada pembentukan kualitas dasar, misalnya keimanan dan ketakwaan, kepribadian, kecerdasan, kedisiplinan, kreativitas dan sebagainya.11 Dalam pengembangan SDM, pendidikan memiliki nilai strategis dan mempunyai peran penting sebagai suatu investasi di masa depan. Karena secara teoretis, pendidikan adalah dasar dari pertumbuhan ekonomi, dasar dari perkembangan sains dan teknologi, mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam pendapatan, dan peningkatan kualitas peradaban manusia pada umumnya.12 Nilai strategis pendidikan yang makro ini, menyimpulkan bahwa pendidikan menyimpan kekuatan luar biasa untuk menciptakan keseluruhan aspek lingkungan hidup dan dapat memberikan informasi paling berharga mengenai pegangan hidup di masa depan serta membantu anak didik mempersiapkan kebutuhan hidup yang esensial untuk menghadapi perubahan. Dahulu, pendidikan lebih merupakan model untuk pembentukan maupun pewarisan nilai-nilai keagamaan dan tradisi masyarakat. Artinya, misi pendidikan dianggap berhasil ketika anak didik sudah mempunyai sikap positif dalam beragama dan memelihara tradisi 10 Ace Suryadi dan H.A.R. Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan; Suatu Pengantar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1986), h.15 11 Abdul Latif, Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Menghadapi Era Pasar Bebas, (Jakarta: DPP HIPPI, 1996), h. 11 12 John Vaizey, Pendidikan di Dunia Modern, (Jakarta: Gunung Agung, 1980), h. 41 25 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori masyarakatnya.13 Kini, paradigma pendidikan seperti itu harus direkonstruksi agar sumber daya manusia muslim tidak acuh terhadap persoalan yang terkait dengan kepentingan ekonomi, ketenaga-kerjaan, dan persoalan lainnya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai etik dan moral Islam. Titik sentral yang menjadi kunci berhasil atau tidaknya suatu bangsa dalam membangun negaranya, tergantung dengan kualitas sumber daya manusianya. Penulis berpendapat, Islam, khususnya di Indonesia, bisa bangkit dengan muslim yang kuat dan berkualitas jika memiliki tiga faktor yang telah terpenuhi, yaitu "iman, ilmu, dan amal shaleh" atau perbuatan produktif yang menjadi indikator tinggi rendahnya mutu sumber daya manusia. Manusia yang memiliki iman teguh, ilmu yang tinggi dan bermanfaat serta kerja yang produktif merupakan sumber daya manusia unggul yang harus diwujudkan di masa yang akan datang. Kompleksnya persoalan pendidikan di satu sisi dan tuntutan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sisi lain menyebabkan persoalan pendidikan tetap menarik untuk dibahas dengan harapan pembahasan ini mampu memunculkan solusi alternatif dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia lewat jalur pendidikan Islam. Karakteristik SDM Berkualitas Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah paling sempurna dengan struktur jasmaniah dan rohaniah terbaik di antara makhluk lainnya. Muzayyin Arifin mengatakan bahwa dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang yang menurut aliran psikologi behaviorisme disebut pre potence reflex (kemampuan dasar 13 A. Malik Fadjar, Madrasah dan Tantangan Modernitas, (Bandung: Mizan, 1999), Cet II, h.9 26 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori yang secara otomatis berkembang).14 Kemampuan dasar tersebut kemudian dikenal dengan istilah sumber daya manusia atau disingkat dengan SDM. Sumber Daya Manusia (SDM) secara konseptual memandang manusia sebagai suatu kesatuan jasmani dan rohani. Oleh sebab itu, kualitas SDM yang dimiliki oleh suatu bangsa dapat dilihat sebagai sinergistik antara kualitas rohani dan jasmani yang dimiliki oleh individu dari warga bangsa yang bersangkutan. Kualitas jasmani dan rohani tersebut oleh Emil Salim, seperti dikutip oleh Anggan Suhandana, disebut sebagai kualitas fisik dan non fisik. Lebih lanjut, wujud kualitas fisik ditampakkan oleh postur tubuh, kekuatan, daya tahan, kesehatan, dan kesegaran jasmani. Dari sudut pandang ilmu pendidikan, kualitas non fisik manusia mencakup ranah (domain) kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kualitas ranah kognitif digambarkan oleh tingkat kecerdasan individu, sedangkan kualitas ranah afektif digambarkan oleh kadar keimanan, budi pekerti, integritas kepribadian, serta ciri-ciri kemandirian lainnya. Sementara itu, kualitas ranah psikomotorik dicerminkan oleh tingkat keterampilan, produktivitas, dan kecakapan mendayagunakan peluang berinovasi.15 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sumber daya manusia diartikan sebagai "potensi manusia yang dapat dikembangkan untuk proses produksi."16 Sedangkan dalam Kamus Webster, yang dimaksud sumber daya manusia ialah "alat atau kekayaan yang tersedia (available means), kemampuan atau bahan untuk menyelesaikan masalah atau persoalan." Definisi dari dua kamus di atas diperkuat oleh pernyataan Deacon dan Malock dalam Gross Crandall dan Knol (1973) yang mendefinisikan sumber daya manusia sebagai "alat atau bahan yang 14 Muzayyin Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), h. 88 15 Anggan Suhandana, Pendidikan Nasional Sebagai Instrumen Pengembangan SDM, (Bandung: Mizan, 1997), Cet. III, h. 151 16 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), Cet. X, h. 973 27 JURNAL QATHRUNÂ Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2015) Strategi Peningkatan Sumber Daya Manusia…: Ari Hasan Ansori tersedia dan diketahui potensinya untuk memenuhi keinginan".17 Sumber daya manusia adalah "kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.18 Gunawan A. Wardhana sebagaimana yang dikutip oleh A.S. Munandar dari Harbison menyatakan bahwa sumber daya manusia mencakup semua energi, keterampilan, bakat, dan pengetahuan manusia yang dipergunakan secara potensial dapat atau harus dipergunakan untuk tujuan produksi dan jasa jasa yang bermanfaat.19 Demikian, maka dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia itu adalah tenaga atau kekuatan/kemampuan yang dimiliki oleh seseorang berupa daya pikir, daya cipta, karsa dan karya yang masih tersimpan dalam dirinya sebagai energi potensial yang siap dikembangkan menjadi daya-daya berguna sesuai dengan keinginan manusia itu sendiri. Era globalisasi yang ditandai dengan transparansi di segala bidang kehidupan, telah menuntut SDM berkualitas yang memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang memadai yang diimbangi dengan nilai-nilai tertentu sesuai dengan karakter dunia baru. Yaitu dunia tanpa batas (borderless world) yang berarti komunikasi antar manusia menjadi begitu mudah, begitu cepat, dan begitu intensif sehingga batas-batas ruang menjadi sirna. Adapun nilai-nilai tersebut antara lain; profesionalisme, kompetitif, efektif dan efisien dalam tata kerja, sehingga fungsi pendidikan tidak sekadar sebagai "agent of knowledge" akan tetapi harus mampu mengakomodir pengalaman, 17 Suprihatin Gunaharja, et.al., Pengembangan Sumber Daya Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993), Cet. I, h. 4 18 Yusuf Suit, Sikap Mental dalam Manajemen SDM, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1996), Cet. I, h. 35 19 A.S. Munandar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Rangka Pembangunan Nasional, (Jakarta: Djaya Pirusa, 1981), h. 9 28
Description: