ebook img

145 bab iv pola pembetukan akhlak dalam perspektif pedagogis-psikologis dan implikasinya ... PDF

69 Pages·2015·0.79 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 145 bab iv pola pembetukan akhlak dalam perspektif pedagogis-psikologis dan implikasinya ...

145 BAB IV POLA PEMBETUKAN AKHLAK DALAM PERSPEKTIF PEDAGOGIS-PSIKOLOGIS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (ANALISIS LANJUT) A. Perspektif Pedagogis 1. Tujuan Penulisan kitab Al-Akhlāq Lil Banāt tentunya memiliki tujuan tertentu yang menjadi keinginan penulisnya. Dalam konteks ini, tujuan utama kitab Al-Akhlāq Lil Banāt adalah untuk membimbing putri-putri kepada kebaikan dengan menunjukkan kepada mereka jalan yang lurus dan membiasakan mereka dengan keutamaan- keutamaan serta adab sejak anak-anak. Dengan adanya bimbingan kitab ini diharapkan nanti mereka akan menjadi ibu-ibu yang terdidik dalam akhlak mereka, sehingga merekapun mampu mendidik anak-anak mereka dalalm akhlak yang mulia.1 Kehadiran kitab ini yang dijadikan untuk menutupi kekurangan besar dalam keluarga- keluarga, karena kebahagiaan anak-anak tergantung pada ibu-ibu yang shalih dan keruntuhannya disebabkan oleh ibu-ibu yang rusak moralnya.2 Pembentukan akhlak sejak dini juga, khususnya untuk anak laki-laki juga dijelaskan Umar Bin Ahmad Bārajā dalam kitabnya. Dalam tulisannya Umar Bin Ahmad Bārajā menjelaskan bahwa anak laki-laki perlu dibimbing sejak dini dengan 1Umar Bin Ahmad Bārajā, Kitab Al-Akhlāq Lil Banāt, (Surabaya: Maktabah Ahmad bin Said bin Nabhan wa awladihi, 1359 H), h. 1. 2 Ibid. 145 146 akhlak-akhlak yang baik agar kelak dapat dijadikan sebagai modal untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu menjadi keharusan bagi guru-guru di sekolah orang tua untuk membimbing anak-anaknya dengan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela agar dapat menjadi orang yang bermanfaat bagi dirinya maupun umat.3 Tujuan pembentukan akhlak sejak dini agar anak dalam kehidupannya nanti dicintai masyarakat, diridhai tuhannya dan dicintai keluarganya, sehingga dapat hidup dalam kebahagiaan.4 Tujuan bisa dikatakan sebagai sasaran atau maksud, yang dalam bahasa Arab dinyatakan sebagai ghayat, ahdaaf atau maqasid. Dalam bahasa Inggris disebut goal, purpose, objective atau aim. Secara terminologis tujuan adalah the action of making one‟s way toward a point. Yaitu tindakan membuat suatu jalan ke arah sebuah titik. Hampir sama maknanya dengan kata goal yang mengandung arti sebagai perbuatan yang diarahkan kepada suatu sasaran khusus.5 Tujuan adalah batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk mencapai melalui usaha. Dalam tujuan terkandung cita-cita, kehendak, dan kesenjangan serta berkonsekuensi penyusunan daya dan upaya untuk 3Umar Bin Ahmad Bārajā, Kitab al-Akhlāq lil Banīn, (Surabaya: Maktabah Ahmad bin Said bin Nabhan wa awladihi, 1372 H), h. 1. 4Ibid. 5M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 54. 147 mencapainya.6 Pembahasan tentang tujuan secara mendasar merupakan bidang kajian filsafat, khususnya filsafat tentang manusia dan kedudukannya di tengah dunianya dengan segenap harapan dan kebutuhannya, baik yang menyangkut harapan duniawi maupun ukhrawi.7 Al-Syaibani, memberikan gambaran mengenai tujuan sebagai perubahan yang diingini dan diusahakan oleh proses pendidikan, atau upaya yang diusahakan oleh proses pendidikan, atau usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu pada kehidupan pribadinya, maupun pada kehidupan masyarakat dan alam sekitar berkaitan dengan individu itu hidup. Atau tujuan juga dipahami sebagai proses pengajaran yang merupakan aktivitas yang proporsional di antara profesi-profesi asasi dalam masyarakat.8 Dengan demikian, tujuan pembentukan akhlak juga sebagai bentuk untuk mencapai kebahagiaan, baik kebahagiaan di dunia maupun kebahagiaan di akhirat. Kebahagiaan dunia dan akhirat tentunya didapat dengan meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Tujuan yang dicanangkan dalam kitab tersebut sejalan dengan tujuan mata pelajaran Akidah Akhlak pada tingkatan Madrasah Ibtidaiyah. 6Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Amissco, 2008), h. 79. 7Ibid, h. 79. 8Khairon Rosyadi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 161. 148 Mata Pelajaran Akidah-Akhlak9 di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat: a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT; b. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.10 Mata pelajaran Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat 9Mata pelajaran Akidah akhlak seungguhnya merupakan perpaduan antara akidah dan akhlak. Akidah (ushuluddin) atau keimanan merupakan akar atau pokok agama. Syariah/fikih (ibadah, muamalah) dan akhlak berti¬tik tolak dari akidah, yakni sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah (keimanan dan keyakinan hidup). Syari‟ah/fikih merupakan sistem norma (aturan) yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan makhluk lainnya. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah (ibadah dalam arti khas) dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya (muamalah) itu menjadi sikap hidup dan kepribadian hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupannya (politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaan/seni, iptek, olahraga/kesehatan, dan lain-lain) yang dilandasi oleh akidah yang kokoh. Akidah-Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang rukun iman yang dikaitkan dengan pengenalan dan penghayatan terhadap al-asma' al-husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji dan adab Islami melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari. Secara substansial mata pelajaran Akidah-Akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan al-akhlakul karimah dan adab Islami dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir, serta Qada dan Qadar. Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Isi Dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah 10Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Standar Isi Dan Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Agama Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah 149 memahami rukun iman dengan sederhana serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak Islami secara sederhana pula, untuk dapat dijadikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang pendidikan berikutnya. Jika mengacu pada uraian di atas, maka tujuan pembentukan akhlak yang termuat dalam kitab tersebut sama dengan tujuan pendidikan akhlak dan tujuan pendidikan Islam secara umum. Pada hakikatnya pembentukan akhlak sama dengan tujuan pendidikan Islam. Menurut Ahmad D. Marimba tujuan utama pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang percaya dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT.11 Muhammad Fadhil al-Jamaly menjelaskan bahwa pendidikan Islam merupakan proses pengembangan diri (potensi dasar). Dalam konteks ini beliau mengartikan fitrah sebagai kemampuan-kemampuan dasar dan kecenderungan-kecenderungan yang murni bagi setiap individu.12 Syahmin Zaini menyatakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud kehidupan manusia yang makmur dan bahagia.13 Dari pengertian tersebut penyusun beranggapan bahwa pengertian ini memiliki kesamaan dengan pengertian pertama. Dimana pendidikan dijadikan sebagai proses pembentukan peserta didik, akan tetapi 11M. Sholihin, dkk, Akhlak Tasawuf, Manusia, Etika, Dan Makna Hidup, (Bandung: Penerbit Nuansa, 2004), h. 98. 12Muis Sad Iman, Pendidikan Partisipatif; Menimbang Konsep Fitrah dan Progresivisme John Dewey, (Yogyakarta: Safaria Insania Press, 2004), h . 24. 13Syahmin Zaini, Prinsip-prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islami, (Jakarta: Kalam Mulia, 1986), h. 4. 150 pengertian ini lebih menitikberatkan pengembangan (fitrah manusia) kreatifitas manusia dalam menjalani hidup, yang berujung pada kemakmuran dan kebahagiaan. M. Arifin mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.14 Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibani mendefinisikan pendidikan Islam dengan "proses mengubah tingkah laku individu bagi kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. Dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan sebagai profesi diantara profesi-profesi asasi dalam masyarakat. 15 M. „Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam, bahwa salah satu tujuan pendidikan Islam adalah untuk membantu pembentukan akhlak. Dalam konteks ini, pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam, dan untuk mencapai akhlak yang sempurna adalah tujuan pendidikan yang sebenarnya.16 Sedangkan Mohammad Fadlil Al-Jammaly menggambarkan bahwa salah satu tujuan pendidikan Islam adalah mengangkat taraf akhlak manusia berdasarkan pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat pada rancangan akhlak yang telah 14M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis dan Praksis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 32. 15Omar Muhammad al-Toumi al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, diterjemahkan oleh Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), h. 399. 16Khairon Rosyadi, Pendidikan Profetik…, h. 162. 151 dibuat Allah baginya.17 Tujuan pembentukan akhlak juga sejalan dengan tujuan Pendidikan Agama Islam. Zuhairini, dkk mengemukakan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah membimbing anak-anak agar mereka menjadi orang muslim sejati, beriman teguh, beramal sholeh, berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.18 Pendidikan agama Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jadi, tujuan akhir pendidikan agama Islam adalah membina manusia agar menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah, baik secara individual maupun secara komunal sebagai umat seluruhnya. Secara ringkas, agar manusia menjadi hamba Allah seperti Nabi Muhammad Saw.19 Uraian di atas menunjukkan terdapat kesamaan tujuan antara pembentukan akhlak dalam kitab Al-Akhlāq Lil Banīn dan Al-Akhlāq Lil Banāt. Dalam konteks ini kesamaan tujuan tersebut nampak pada tujuan akhir yang diinginkan, yaitu yaitu menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan dapat bermanfaat bagi kehidupan di masyarakat. Sehingga secara tidak langsung tujuan yang termuat dalam kitab ini 17Ibid, h. 163. 18Zuhairini, dkk, Metodologi Pendidikan Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 43. 19 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), h. 39-40. 152 relevan dengan pendidikan Islam dan konteks kekinian, khususnya dalam rangka mengatasi berbagai problem akhlak yang terjadi saat ini. 2. Materi Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Bahan ajar atau isi kurikulum adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepada siswa sebagai pembelajar dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi mata- mata pelajaran yang harus dipelajari siswa dan isi program masing-masing mata pelajaran tersebut. Jenis-jenis mata pelajaran ditentukan atas dasar tujuan institusional atau tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan (sekolah/madrasah/pondok pesantren dan lembaga pendidikan lain yang bersangkutan).20 Pendidikan akhlak mestinya menjadi core bagi pendidikan nasional. Sehingga para murid berakhlak mulia, sopan santun, di rumah, di masyarakat, di sekolah, di jalan raya dan dimanapun.21 Kitab al-Akhlāq Lil Banīn dan al-Akhlāq Lil Banāt ini disusun dengan bahasa yang sederhana, yang sesuai dengan tingkat kemampuan sasaran pembacanya, yaitu bagi siswa-siswa dasar di pondok pesantren maupun di madrasah. Terdapat banyak nilai-nilai akhlak dalam bertingkah laku dalam kehidupan 20Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 62. 21Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islami; Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu Memanusiakan Manusia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 124. 153 sehari-hari bagi anak-anak laki-laki maupun perempuan yang terdapat dalam kitab ini. Kitab al-Akhlāq Lil Banīn dan lil Banāāt sebenarnya memiliki kesamaan dalam isi. Artinya perbedaan kitab ini hanya terletak pada judulnya, yaitu untuk laki- laki dan untuk perempuan. Materi yang terdapat dalam Kitab al-Akhlāq Lil Banīn dan lil Banāāt dalam jilid I, seperti: Akhlak laki-laki dan perempuan, anak laki dan perempuan yang beradab, anak laki-laki dan perempuan yang tidak sopan, seorang anak harus bersikap sopan sejak kecilnya, bersyukur atas nikmat-nikmat Allah Swt, sosok anak yang sholeh/taat dan terpercaya, kewajiban terhadap Nabi Muhammad Saw, adab anak dirumah, adab anak terhadap ibu, adab anak terhadap bapak, adab anak terhadap saudara-saudaranya, adab dengan kerabat, adab terhadap pelayan/pembantu, adab terhadap tetangga, adab sebelum pergi ke sekolah/madrasah, adab dalam berjalan, adab di sekolah/madrasah, menjaga peralatan sekolah, adab murid dengan guru, adab anak dengan teman-temannya, adab pulang sekolah. Kesimpulan akhir dari materi nilai-nilai akhlak pada bagian ini adalah nasehat-nasehat umum bagi seorang anak laki-laki mapun perempuan. Beberapa nasehat tersebut berkaitan dengan adab berkata-kata ketika (apalagi orang tua) ingin meminta sesuatu, jangan memutus pembicaraan saat orang berbicara, menjaga kebersihan gigi, jangan mendengarkan pembicaraan orang secara diam-diam, baik anak laki-laki maupun perempuan. Pada nasehat ini sebenarnya penguatan terhadap materi yang telah dijelaskan sebelumnya. 154 Mengawali tulisannya dalam materi kitab al-akhlāq lil banīn dan al-akhlāq lil banāāt jilid 2 Umar Baraja menjelaskan pentingnya akhlak bagi kehidupan seseorang di dunia. Sehingga pendidikan akhlak merupakan sebuah keniscayaan agar tercapainya kebahagaiaan dunia dan akhirat. Adapun nilai-nilai akhlak yang diajarkan pada jilid 2 adalah sebagai berikut: Kewajiban anak terhadap Allah Swt, kewajiban anak terhadap Nabinya, kewajiban terhadap orang tua, kewajiban terhadap saudara laki-laki dan perempuan, kewajiban terhadap keluarga (kerabat), kewajiban terhadap pelayan, kewajiban terhadap tetangga, kewajiban terhadap gurumu, kewajiban terhadap teman-teman. Nilai-nilai yang terdapat dalam jilid 2 secara umum hampir sama dengan jilid 1, namun demikian dalam deskripsinya danya banyak dalil-dalil yang diuraikan dan lebih diperluas lagi pembahasannya. Pada dasarnya pengulangan (Repitisi) dalam pembelajaran diperlukan, karena tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama dalam mengingat suatu pelajaran. Dalam konteks ini Slamento menjelaskan bahwa salah satu prinsip-prinsip mengajar adalah repitisi (pengulangan), seorang guru dalam menjelaskan suatu pelajaran perlu diulang-ulang karena ingatan sisiwa tidak kuat, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Dengan pengulangan pelajaran akan diperoleh keterangan yang lebih jelas. Pengulangan dapat dilakukan secara teratur, pada waktu tertentu.22 Abdul Majid juga menjelaskan bahwa 22Slamento, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h. 37.

Description:
1. Tujuan. Penulisan kitab Al-Akhlāq Lil Banāt tentunya memiliki tujuan . kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari keimanannya kepada Allah . pelayan/pembantu, adab terhadap tetangga, adab sebelum pergi ke basmalah, alhamdulillaah, subhanallaah, Allaahu Akbar, ta‟awwudz, maasya.
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.