PENGELOLAAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS ISLAM Oleh : Mamat Rahmadi Dinas Pendidikan Majalengka (email:[email protected]) ABSTRAK Pendidikan karakter selama ini lebih menekankan pada aspek pengetahuan dari pada aspek sikap dan aplikasinya. Fenomena pelajar tawuran dan pergaulan bebas menjadi bukti. Sekolah Islam berasrama dengan kurikulum khasnya dianggap berhasil mengelola pendidikan karakter akhlak mulia. Namun belum semua sekolah mampu mengelolanya secara efektif. Penelitian ini bertujuan mengetahui dan menggali data mengenai bagaimana pengelolaan pendidikan karakter akhlak mulia dilakukan. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, merupakan studi kasus pada tiga sekolah berasrama. Temuan penelitian menunjukkan bahwa sekolah melakukan perencanaan program diawali dengan penetapan visi dan misi, menyusun kurikulum terpadu mengintegrasikan antara kurikulum nasional dan kurikulum khas dengan penekanan pada pendidikan akhlak mulia. Monitoring dan evaluasi dilakukan terus menerus terhadap seluruh aspek kegiatan siswa. Keberhasilan ditandai adanya perubahan perilaku siswa seperti disiplin, rajin ibadah, taat, jujur, berprestasi dan tidak tawuran. Masyarakat makin percaya dan lembaga makin berkembang. Salah satu rekomendasi penelitian agar semua pemangku kepentingan komitmen terhadap rencana, menjadi contoh dan melakukan pembinaan terus menerus serta menjalin kemitraan. Kata kunci : Pengelolaan, Pendidikan Karakter, Akhlak Mulia, Sekolah Berasrama. ABSTRACT Character education tends to emphasize on knowledge but weak on attitude and its application. The phenomenon of students do free sex, drugs and fights happen. Islamic boarding schools with integrating curriculum of national and local /manhaj tarbiyah emphasizes on Islamic religion subjects and akhlakul karimah values to students. However, many schools have not succeded in managing character education yet. This study is aimed to know and find out data about management of akhlakul karimah character education as a case study of qualitative research. The study finds that the planning program is formulated in school vision and mission, develop integrated curriculum, and actualizes in active learning process, develop students’ extra activity, religious habit and leadership. Monitoring and evaluation conducted on whole activities continuously. The success of managerial implementation has been indicated by students’ attitude changes such as disciplinary, obedience, learning achievement, and less violence. For making effective character education program should involve of parents community, togetherness and commitment. Keywords : Managing, Character, Islamic Based, Boarding Schools. PENDAHULUAN Laporan hasil penelitian yang diungkap sikap tidak jujur dalam ujian, mencontek, mencari oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana atau mempercayai terhadap adanya bocoran kunci Nasional tahun 2010 (Pikiran Rakyat, 11 Januari jawaban ujian, b) meningkatnya kasus kenakalan 2011) menyebutkan bahwa lebih dari 50% anak- remaja dan perbuatan asusila, c) meningkatnya anak perempuan usia 11-15 tahun di beberapa penggunaan bahasa kasar dan tidak santun, d) kota besar sudah tidak perawan lagi. Selain itu semakin berkurangnya siswa/remaja yang berada menurut laporan yang dirilis Kementerian dalam pengajian tetapi minat dan perhatian Informasi dan Komunikasi menyebutkan hasil terhadap hiburan dan kegiatan hura-hura semakin survei terhadap 4.500 siswa SMP di 12 kota besar meningkat. menunjukkan bahwa sebanyak 67,1% siswa Kondisi demikian menguatkan kesan pernah berhubungan seks. Sebuah gambaran bahwa pendidikan moral atau pendidikan akhlak pergaulan bebas di kalangan anak-anak/remaja selama ini tidak berhasil. Mungkin karena sangat memprihatinkan. Gambaran semakin pendidikan lebih menekankan aspek pengetahuan lemahnya karakter baik (good character) di dibandingkan aspek lainnya. Pendidikan Agama kalangan para siswa SMP/SMA juga diperoleh dan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) belum penulis dari diskusi yang dilakukan dengan mampu mentransformasikan nilai-nilai agama, beberapa pengawas Dikmen di kabupaten moral dan kepribadian yang berbudi pekerti luhur Kuningan dan Majalengka, antara lain : a) adanya dan berakhlak mulia dan internalisasinya dalam kehidupan nyata masyarakat bangsa (Ali, Menurut Depag (2008:3) keunggulan lain di 2009:147). Hal ini sejalan dengan penelitian Sri antaranya : misi pendidikannya menekankan pada Judiani dalam Jurnal Pendidikan dan aspek moralitas dan pembinaan kepribadian, Kebudayaan, Vol.16, 2010 bahwa Pendidikan di kultur kemandirian dan interaksi kemasyarakatan Indonesia masih terfokus pada aspek-aspek berlangsung dua puluh empat jam sehari, kognitif atau akademik, sedangkan aspek soft hubungan kyai dan santri bersifat kekeluargaan skills atau non-akademik masih kurang dan kharisma kyai sebagai panutan dan teladan. mendapatkan perhatian. Kurikulum yang dikembangkan sekolah Pendidikan adalah usaha sadar untuk berasrama/pesantren mengintegrasikan antara mencerdaskan kehidupan dengan ilmu pengetahuan umum dengan materi memberdayakan peserta didik untuk berkembang keagamaan. Materi keagamaan mencakup materi menjadi manusia yang lebih baik, sehat jasmani aqidah, akhlak, Qur’an, hadits, dll. Sharma dan rohani. Tujuan pendidikan adalah membekali (2003:122) mengungkapkan suatu sistem peserta didik dan menjadikannya seorang yang pendidikan yang baik dan progresif seharusnya beriman dan bertakwa dan memiliki kecerdasan. memasukkan isi (contents) yang berorientasi nilai Bahkan dalam Islam, menurut Ahmad Tafsir (values) kedalam kurikulumnya. (2011: 45), tujuan pendidikan adalah menjadikan Keberhasilan pendidikan di sekolah manusia yang lebih baik, orang yang berasrama/pesantren dalam mendidik siswanya berkepribadian muslim, manusia yang berakhlak memiliki karakter yang baik banyak mendapatkan mulia. Dengan demikian melalui pendidikanlah pengakuan masyarakat. Namun masih ditemukan akan terbentuk manusia yang cerdas bahwa tidak semua sekolah berasrama/pesantren intelektualnya sekaligus cerdas spiritualnya. telah berhasil mengelolanya. Terdapat beberapa Disinilah letak pentingnya pendidikan karakter. permasalahan belum maksimalnya pengelolaan sedangkan pengelolaan pendidikan menjadi kunci pendidikan karakter akhlak mulia pada sekolah- bagi keberhasilan tujuan pendidikan tersebut. sekolah berasrama. Berdasarkan latar belakang Berdasarkan hal tersebut, menurut tersebut penelitian ini ingin menggali informasi penulis, diperlukan strategi agar pengelolaan lebih mendalam, mendeskripsikan dan pendidikan nilai atau pendidikan karakter dalam menganalisis bagaimana sekolah-sekolah praktik kehidupan nyata lebih berhasil. Menilik berasrama telah mengelola pendidikan karakter sejarahnya, sekolah-sekolah Islam atau pesantren akhlak mulia. telah lebih dahulu mengembangkan pendidikan Pengelolaan Sekolah Berasrama karakter (berbasis Islam) di lembaganya, misalnya Pengelolaan atau manajemen seringkali tentang sikap menghormati guru, patuh pada dipertukarkan dengan istilah administrasi. Heinz orang yang tingkah lakunya sesuai ajaran Islam Weihrich (1993: 4) menyatakan management is (Dhofier, 2011:127). Tujuan pendidikan dalam the process of designing and maintaining an pesantren tidak semata-mata memperkaya environment in which individuals, working pengetahuan murid-murid tetapi untuk together in groups, accomplish efficiently selected meningkatkan moral, menghargai nilai-nilai aims. Sedangkan Engkoswara dan Aan Komariah spiritual dan kemanusiaan, mengajarkan sikap dan (2010:85). menyatakan manajemen sebagai proses tingkah laku yang jujur dan bermoral serta yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis mengenal etika agama. dan terpadu, menggunakan atau memberdayakan Keberadaan sekolah berasrama atau orang lain untuk mencapai tujuan. Sementara pondok pesantren semakin mendapatkan perhatian Lunenberg dan Irby (2006:182) melihat banyak orang tua untuk menyekolahkan anaknya pengelolaan dalam konteks sekolah dilakukan di sekolah ini. Parker (2008:1) mengemukakan oleh seorang kepala sekolah yang bertindak bahwa :”In Indonesia, Islamic education has sebagai manajer. Hill dan McShane (2008:4) become an increasingly popular choice for memodifikasi empat fungsi manajemen menjadi : Indonesian parents over the last decade or more.” 1) planning and strategizing, 2) organizing,, 3) Polusi sosial yang sekarang melanda lingkungan controlling, dan 4) leading and developing kehidupan masyarakat seperti pergaulan bebas, employess. Sedangkan Satori dan Suryadi narkoba, tawuran pelajar, pengaruh media, dll. (2007:155) menyebutkan fungsi-fungsi dapat dikurangi atau dihindari dengan administrasi pendidikan dalam enam macam, menempatkan peserta didik berada dalam asrama. yaitu : merencanakan, mengorganisasikan, Banyak keunggulan sekolah asrama mengkomunikasikan, mengkoordinasikan, seperti hasil survey The Association of Boarding mengawasi, dan menilai. Berdasarkan beberapa Schools (TABS) yang diunduh dari situs pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa http://www.schools.com/about/advantage.html. pengelolaan merupakan proses yang berkaitan dengan kegiatan menggerakkan orang dan sumber Merencanakan adalah kegiatan yang membiarkan daya lain untuk bekerja sama mencapai tujuan manajer untuk menentukan apa yang mereka yang ditetapkan melalui kegiatan merencanakan, inginkan dan bagaimana akan mencapainya. mengorganisasikan, memimpin dan Langkah perencanaan menentukan apa yang mengendalikan. seharusnya dikerjakan, oleh siapa, kemana, kapan, Hal yang paling pokok dalam pengelolaan dan bagaimana. Bagi manajer, sebuah pendidikan di sekolah berasrama adalah perencanaan membantu mengelola sumber- efektivitas pengelolaan terhadap komponen- sumber daya dan aktivitas secara efisien dan komponen kinerja dan layanan sekolah itu sendiri. efektif untuk mencapai cita-cita. Menurut Mulyasa (2007: 39), komponen sekolah Mengorganisasikan (organizing); yang harus dikelola dengan baik, yaitu : mengorganisasikan artinya manajer (1) Pengelolaan kurikulum dan pembelajaran; mengkoordinasikan manusia dan sumber daya (2) Pengelolaan ketenagaan; (3) Pengelolaan materil dalam organisasi, membangun struktur tim kesiswaan/peserta didik; (4) Pengelolaan dan sumber daya pendukungnya. Hills dan keuangan dan pembiyaan; (5) Pengelolaan McShane (2008:5) menyebutkan : “Organizing sarana dan prasarana; (6) Pengelolaan refers to the process of deciding who within an administrasi; (7) Pengelolaan keorganisasian; organization will perform what tasks, where (8) Pengelolaan hubungan sekolah dan decisions will be made, who reports to whom, and masyarakat; dan (9) Pengelolaan lingkungan, how different parts of the organization will iklim dan budaya sekolah. coordinate their activities to pursue a common goal.” Dapat dikatakan juga bahwa Karena itu kepala sekolah berperan pengorganisasian berkaitan dengan langkah mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang menata struktur organisasi, mengisinya dengan ada di sekolah dan melakukan fungsi-fungsi sumber daya yang dimiliki dan mengkordinasikan kepemimpinan. Lunenberg dan Irby (2006:182) tugasnya sehingga dapat mencapai tujuan menyatakan:” principals combine and coordinate organisasi. Memimpin (leading) ; menurut various kinds of resources by carrying out four Engkoswara dan Komariah (2010:95) memimpin basic leadership functions: planning,, organizing, menekankan pada upaya mengarahkan dan leading, and monitoring.” memotivasi personil dapat melaksanakan tugas Sekolah berasrama adalah sekolah yang pokoknya dengan baik. Menurut Lunenberg dan memfasilitasi para peserta didiknya tinggal di Irby (2005: 184) fungsi ini juga mencakup dalam asrama yang berada di lingkungan facilitating (memfasilitasi), collaborating sekolahnya. Sekolah model demikian identik (mengkolaborasikan), dan actuating (menjalankan dengan pesantren. Perkataan pesantren berasal atau menggerakkan). dari kata santri, dengan awal pe dan akhiran an Mengawasi (controlling) ; Menurut Satori berarti tempat tinggal para santri. Kata santri dan Suryadi (2007:158) “pengawasan adalah berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru fungsi administratif untuk memastikan bahwa apa mengaji, atau dari kata shastri dalam bahasa India yang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah yang berarti buku-buku suci (Dhofier, 2011:41). dibuat sebelumnya.” Melalui fungsi pengawasan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat indikator keberhasilan organisasi/sekolah dalam Bahasa, 2008:1064) pesantren diartikan sebagai menjalankan programnya dapat diketahui. Hal ini asrama tempat santri atau murid belajar mengaji, dapat dilihat dari kesesuaian proses dengan apa dsb.; pondok atau madrasah. Elemen-elemen yang yang direncanakan, kesesuaian dalam pencapaian biasa terdapat dalam pesantren, menurut Dhofier tujuan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya (2011: 80) meliputi : 1) pondok, 2) masjid, 3) yang efektif dan efisien melalui suatu mekanisme santri, 4) pengajaran kitab, dan 5) kyai. pengawasan yang baik. Bentuk kegiatan Klasifikasi pesantren diukur menurut banyaknya pengawasan dapat berupa pemantaun/monitoring jumlah murid yang ada. dan evaluasi. Fungsi-fungsi pengelolaan selengkapnya Berdasarkan deskripsi di atas dapat adalah : Merencanakan (planning) ; disimpulkan bahwa pengelolaan sekolah merencanakan adalah kegiatan persiapan untuk berasrama/pesantren adalah penatakelolaan tindakan-tindakan apa yang akan dilaksanakan. sekolah berasrama dengan melibatkan langkah- Menurut Benowitz (2001:47) “ a plan is a langkah: (1) merencanakan, yang meliputi blueprint for goal achievement that specifies the penentuan visi, misi dan tujuan sekolah baik necessary resource allocations, schedules, tasks, jangka panjang atau jangka pendek dengan and other actions.” Jadi sebuah perencanaan strategi yang disesuaikan dengan peluang merupakan cetak biru pencapaian tujuan/cita-cita. pencapaianya, (2) mengorganisasikan sekolah dalam bentuk menata struktur dan sumber daya bahwa: “Character so conceived has three yang dilibatkan di dalamnya, menempatkan interrelated parts: moral knowing, moral feeling, semua sumber daya tersebut dalam kendali and moral behavior.” Karena akhlak merupakan organisasi, (3) memimpin adalah kegiatan bagian dari tiga elemen kunci ajaran Islam, yaitu mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan aqidah dan syariah, maka akhlak mulia muncul orang dan organisasi menuju pencapaian tujuan, sebagai buah dari proses penerapan syariah mengarahkan dan mendorong orang bekerja, dan berupa ibadah dan muamalah yang dilandasi oleh (4) mengawasi dan mengevaluasi kinerjanya yaitu keyakinan atau aqidah yang kuat. Seorang muslim kegiatan mengumpulkan informasi untuk melihat yang memiliki aqidah/iman yang kuat pasti akan apa yang terjadi sesuai dengan semestinya, sebuah berprilaku sehari-harinya dengan didasari pelaksanaan program berjalan sesuai dengan keimanannya tersebut. rencana yang dibuat melalui kegiatan monitoring Mengenai pendidikan karakter, menurut dan evaluasi. Thomas Lickona. (1991:.2. Character education Pendidikan Karakter Akhlak Mulia is the deliberate effort to develop good character Karakter atau character berasal dari based on core virtues that are good for the bahasa Perancis, “charactere”, dan dari bahasa individual and good for society. Sedangkan Latin character yang berarti “mark, distinctive program pendidikan sekolah berasrama atau quality”. Pengertian karakter menurut Kamus pesantren merumuskan tujuan pendidikan Islam Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 2008:623) sebagai inti dalam kurikulumnya. Hasil yang adalah “ tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak diharapkan dengan kurikulum demikian atau budi pekerti yang membedakan seseorang menghasilkan siswa yang mampu menunjukkan dari yang lain. karakter akhlak mulia seperti dicontohkan nabi Secara etimologis, pengertian karakter Muhammad saw. “ In the case of a Muslim child, sebagai watak, tabiat, akhlak atau budi pekerti good character means teaching students to follow sebagai sebuah kepribadian tersebut, menurut the examples of Prophet Muhammad SAW.” Koesoema (2007 : 80) merupakan “ciri atau (Salahuddin, 2009 :222). Hal ini sesuai dengan karakteristik atau sifat khas dari diri seseorang tujuan pendidikan Islam. Menurut Ahmad Tafsir yang bersumber dari bentukan-bentukan yang (2011:51) tujuan umum pendidikan Islam adalah diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada “manusia muslim yang sempurna atau manusia masa kecil dan bawaan sejak lahir.” Dengan yang takwa, atau manusia beriman, atau manusia demikian karakter melekat dalam dirinya dan yang beribadah kepada Allah.” Maka akhlak menjadi ciri dari penampilan setiap orang yang sangat penting sebagai bagian inti pendidikan. membedakannya dari orang lain. Menurut Marzuki (2012:2) :” Pendidikan akhlak Sedangkan pengertian akhlak menurut (karakter) adalah jiwa pendidikan Islam. Sauri (2011:5) dalam bahasa Indonesia berasal Mencapai akhlak yang karimah (karakter mulia) dari bahasa Arab al-akhlaaqu, bentuk jamak dari adalah tujuan sebenaarnya dari pendidikan Islam.“ kata al-khuluqu atau khuluqun yang berarti tabiat, Strategi Pengelolaan Pendidikan Karakter kelakuan, perangai, tingkah laku atau kebiasaan. Akhlak Mulia Pengertian akhlak menurut istilah ialah sifat yang Strategi yang dapat dilakukan adalah tertanam di dalam diri yang muncul dalam bentuk melalui : proses pembelajaran, pembinaan siswa perbuatan tanpa merasa dipaksa, tanpa dan pengelolaan sekolah. Proses pembelajaran memerlukan pemikiran, prilaku yang muncul berlangsung dengan pendekatan proses belajar secara spontan. aktif yang berpusat pada anak yang dilakukan Dalam ajaran Islam, standar normatif secara efektif melalui kegiatan di dalam kelas, di suatu perbuatan bersumber pada al-Quran dan sekolah dan masyarakat Brophy dalam Lunenberg hadits. Apapun yang diperintahkan Allah dalam (2005:109) ada dua belas prinsip pengajaran al-Quran dan Rasulullah dalam Sunnah/Hadits efektif. pasti bernilai baik untuk dilakukan, sebaliknya Pendidikan karakter akhlak mulia dalam yang dilarang oleh al-Quran dan Sunnah pasti pembelajaran berjalan efektif dengan melakukan bernilai baik untuk ditinggalkan atau buruk jika persiapan yang baik. Peran guru sangat penting dilakukan. Akhlak menyentuh berbagai aspek dalam membuat suasana belajar di dalam kelas kehidupan, menyentuh hubungan bersifat vertikal terbangun melalui pengintegrasian antara kepada Allah dan horizontal sesama manusia. pengetahuan dengan sikap dan perbuatan dalam Maka ruang lingkup akhlak mencakup akhlak sehari-hari. Proses pembelajaran yang melibatkan dalam kehidupan perorangan, berkeluarga, langkah-langkah eksplorasi, elaborasi dan bermasyarakat, dan bernegara bahkan akhlak konfirmasi melalui pendekatan Contextual dalam kehidupan beragama. Lickona (1991: 51) Teaching and Learning atau Cooperative Learning sebagai bentuk intervensi guru terhadap lakukan untuk mempromosikan pengajaran yang peserta didik agar menjadi siswa lulusan yang berkualitas dan pembelajaran setiap siswa. berkarakter dan berkualitas. Untuk menguatkan Mereka mendeskripsikan bagaimana pemimpin pengetahuan yang telah diperoleh, diberikan melakukan pendekatan kerja dengan cara yang kesempatan pembiasaan dalam bentuk pemodelan dapat diamati dan terukur. Sementara Kemdiknas oleh guru dan lingkungan. (2010) dalam Pedoman Sekolah untuk Dalam pengelolan sekolah, pendidikan Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter karakter akhlak mulia didalamnya juga mencakup Bangsa merumuskan pernyataan kualitatif yang suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, menggambarkan pencapaian suatu indikator atau melaksanakan dan mengawasi dalam upaya untuk nilai pendidikan karakter. Kesimpulan tersebut menghasilkan lulusan yang sesuai dengan visi, didasarkan atas hasil pengamatan, catatan misi, dan tujuan pendidikan. seperti ditegaskan anekdotal, tugas, dan laporan. Kementerian Pendidikan Nasional dalam Buku Adapun pernyataan kualitatif dimaksud Pedoman Pendidikan Budaya dan Karakter adalah : Bangsa (2010), bahwa: BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik Sebagai suatu sistem pendidikan, maka belum memperlihatkan tanda-tanda awal dalam pendidikan karakter juga terdiri dari perilaku yang dinyatakan dalam unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya indikator). akan dikelola melalui bidang-bidang MT :Mulai Terlihat (apabila peserta didk merencanakan, pelaksanaan, dan sudah mulai memperlihatkan adanya pengendalian. Unsur-unsur pendidikan tanda-tanda awal perilaku yang karakter yang akan direncanakan, dinyatakan dalam indikator tetap belum dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut konsisten. antara lain meliputi : (1) nilai-nilai karakter MB :Mulai Berkembang (apabila peserta didik kompetensi lulusan; (2) muatan kurikulum sudah memperlihatkan berbagai tanda nilai-nilai karakter; (3) nilai-nilai karakter perilaku yang dinyatakan dalam indikator dalam pembelajaran; (4) nilai-nilai karakter dan mulai konsisten). pendidik dan tenaga kependidikan; dan (5) MK :Membudaya (apabila peserta didik terus nilai-nilai karakter pembinaan peserta didik. menerus memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara Melalui kegiatan pembinaan, kegiatan konsisten). pendidikan yang dilakukan di luar jam mata pelajaran tatap muka. Kegiatan dilaksanakan di Sementara Lickona, Schaps dan Lewis dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah. (2003:7) menyebutkan mengenai sebelas prinsip Tujuannya untuk memperluas pengetahuan, sebagai kriteria yang dapat digunakan sekolah meningkatkan keterampilan dan menginternalisasi untuk merencanakan pendidikan karakter dan nilai-nilai atau aturan-aturan agama (Islam) serta menilai program pendidikan karakter, buku dan norma soial untuk membentuk insan yang sumber kurikulum yang ada. seutuhnya. Pembinaan kesiswaan untuk Dampak mengandung makna pengaruh. membantu pengembangan peserta didik sesuai Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat dengan kebutuhan, potensi, bakat, dan minat Bahasa, 2010:290) pengertian dampak sebagai mereka melalui kegiatan yang secara khusus pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga negatif atau posistif. Keberhasilan pendidikan kependidikan yang berkemampuan dan karakter akhlak mulia dapat memberikan berwenang di sekolah. pengaruh terhadap siswa dalam bentuk perubahan Indikator dan Dampak Keberhasilan sikap atau perilaku. Seperti disebutkan dalam Pengelolaan Sekolah buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Karakter Indikator adalah sesuatu yang dapat tujuan pendidikan karakter adalah untuk memberikan petunjuk atau keterangan. Menurut membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, State Consortium on Education Leadership berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong (Sanders dan Keanan, 2008) disebutkan : royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, “indicators are observable and measurable berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi statements about what leaders do to ensure yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa effective teaching and successful learning by kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan every student.” Dengan demikian indikator Pancasila. mengidentifikasi apa yang pemimpin pendidikan METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah kelengkapan seperti kisi-kisi penelitian, pedoman pendekatan kualitatif berupa studi kasus. wawancara, pedoman observasi, recorder, kamera, Penelitian studi kasus untuk memperoleh buku catatan. Data yang diperoleh dan terekam pemahaman makna dari data yang berhasil tersebut kemudian dicatat dalam bentuk catatan dihimpun. Pemilihan subjek penelitian lapangan dianalisis. Tiga langkah utama analisis menggunakan teknik purposive dan snowball dilakukan, yaitu describing, classifying dan sampling. Ruang lingkup subjek penelitian adalah connecting. Teknik analisis data meliputi data : 1) Mudir, pimpinan pondok, 2) kepala sekolah, collection, data reduction, data display, dan 3) pengurus yayasan, 4) guru-guru/ust./usth., 5) drawing conclusion/verifications. Untuk pengawas sekolah, 6) perwakilan orang tua siswa, menjamin validitas dan reliabilitas data dilakukan dan 7) siswa/santri. Instrument penelitian adalah triangulasi, member check, dan prolonged peneliti sendiri yang dilengkapi dengan observation. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perencanaan program pendidikan karakter Kebijakan dalam merumuskan kurikulum dibuat akhlak mulia ditemukan dalam bentuk : a) visi dengan melibatkan tim yang telah dibentuk yang dan misi serta tujuan yang dibuat oleh sekolah, b) merepresentasikan unsur-unsur terkait di dalam adanya dokumen Rencana Strategis atau Renstra lembaga pendidikan/pondok pesantren. Temuan yang memuat kebijakan tentang pendidikan ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah karakter akhlak mulia, c) pengintegrasian dilakukan oleh Sarafidou dan Chatziioannidis kurikulum umum dengan kurikulum khas (2013) dalam International Journal of pesantren/keagamaan. Dengan dibuatnya Educational Management vol.27 bahwa ada perencanaan menggambarkan kesadaran hubungan positif antara partisipasi dalam pengelola sekolah terhadap arah pencapaian keputusan menyangkut isu guru dengan tingkat tujuan. Hal ini sejalan dengan pendapat Saud dan kepuasan diri, “our research revealed a positive Makmun (2007:42) bahwa proses perencanaan association between participation in decision sangat penting untuk menentukan kejelasan arah concerning teacher issues and level of self- proses pendidikan selanjutnya. Rumusan misi efficacy.” Hasil perumusan program oleh tim yang menggambarkan tentang fokus menuju arah disebarluaskan kepada seluruh pemangku mana proses perencanaan diarahkan (Razik dan kepentingan sekolah termasuk orang tua siswa. Swanson, 1995:355). Hal ini sejalan dengan Temuan penelitian ini juga memperkuat hasil pendapat Benowitz (2001:47) bahwa menyusun penelitian yang dilakukan oleh Sutjipto (2011) perencanaan berarti menyiapkan apa yang ingin dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan vol 17, diraih di masa depan. Temuan penelitian ini bahwa sosialisasi program terhadap para memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan pemangku kepentingan merupakan kegiatan yang dan dikatakan oleh Sri Judiani (2010) dalam amat diperlukan. Selengkapnya dikemukakan Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan vol.16, dalam hasil studi tersebut bahwa “sosialisasi dan bahwa “guru dan sekolah perlu mengintegrasikan pelatihan terhadap para pemangku kepentingan nilai-nilai karakter yang dikembangkan dalam dengan materi ….konsepsi pendidikan karakter, pendidikan karakter ke dalam Kurikulum Tingkat tata cara penyusunan KTSP yang Satuan Pendidikan, Silabus, dan Rencana Program mengintegrasikan nilai-nilai karakter….amat Pembelajaran (RPP).” Sedangkan penelitian yang diperlukan oleh satuan pendidikan rintisan.” dilakukan oleh Lee (2009) mengenai The Salah satu keputusan perumusan planning, implementation and evaluation of kebijakan adalah menetapkan kurikulum yang character-based school culture (CSBC) project in mengintegrasikan antara kurikulum nasional Taiwan menyimpulkan tentang tahap perencanaan dengan kurikulum khas pesantren. Kurikulum ini proyek pendidikan karakter berbasis budaya memuat nilai-nilai agama Islam pada sekolah sekolah. dengan karakter khas seperti sekolah berasrama. Mengenai perumusan kebijakan program Hal ini sejalan dengan pendapat Sharma (2003) pendidikan karakter diperoleh data : a) dilakukan bahwa “a good and progressive system of melalui musyawarah dalam bentuk rapat kerja, education should incorporate value oriented rapat pimpinan, lokakarya, b) tim pengembang contents in the curriculum.” Sekolah berasrama kurikulum sebagai penanggung jawab penyusunan memiliki ciri sebagai sekolah modern. Seperti kurikulum, c) rencana strategis sebagai pedoman. dikatakan Lickona (2001:162) bahwa kurikulum sebagai urusan utama sekolah (the chief business Pengelolaan pendidikan karakter akhlak of schooling) dan menjadikan kurikulum sebagai mulia. Secara umum, penelitian ini menemukan kendaraan untuk mengembangkan nilai-nilai dan data dari ketiga situs bahwa implementasi kesadaran etika “that curriculum as a vehicle for pendidikan karakter dalam proses pembelajaran developing values and ethical awareness.” Hal dilakukan dengan langkah-langkah : 1) menyusun senada dikemukakan oleh Sharma (2003 :123) RPP yang memuat/mengintegrasikan nilai-nilai yang menyatakan bahwa nilai-nilai yang harus karakter yang akan dikembangkan, dan, 2) ada dalam kurikulum antara lain nilai estetika, melaksanakan proses pembelajaran di dalam kelas nilai spiritual, nilai moral atau etika, dan nilai atau di luar kelas. Temuan ini sejalan dengan sosial. hasil penelitian Sri Judiani (2010) bahwa Kurikulum pada ketiga sekolah pengembangan nilai-nilai yang sudah ada dalam menunjukkan integrasi antara kurikulum silabus dicantumkan dalam RPP. pendidikan umum dan kurikulum khas pesantren. Sedangkan proses pembelajaran yang Kurikulum pendidikan umum mengacu pada berlangsung memperlihatkan pembelajaran aktif. standar yang ditetapkan oleh Kementerian Model pembelajaran tersebut dinamakan Pendidikan Nasional dan Kementerian Agama. cooperative learning. Menurut Johnson, Johnson Berdasarkan temuan pula bahwa pengembangan (Nucci, 2008) cooperative learning adalah :” the kurikulum yang berlaku di ketiga sekolah juga instructional use of small groups so that students mengakomodasi masukan dari orang tua siswa. work together to maximize their own and each Masukan dari orang tua siswa dan siswa diperoleh other’s learning.” Hubungan guru-murid (the di antaranya melalui angket yang diisi saat para teacher-student relationship) menurut Lickona orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah- adalah fondasi dari pengajaran yang efektif. sekolah ini. Hal ini sejalan dengan pendapat Proses pembelajaran yang diamati di atas Elkind dan Sweet (2004) kurikulum yang menunjukkan adanya kegiatan pembelajaran diajarkan seharusnya memberikan kesempatan akademik yang bersamaan terintegrasi dengan siswa terlibat. Keterlibatan siswa dalam penanaman nilai karakter yang dilakukan guru di pengembangan kurikulum melalui ruang aspirasi kelas. Dalam jurnal Journal of Research in atau membangun komunikasi dua arah dapat Character Education Jacques Benninga dan mendorong motivasi dan tanggung jawab mereka. Marvin Berkowitz, dkk. (2003) melaporkan hasil Hal ini sesuai dengan temuan Caroline Koh penelitiannya tentang adanya hubungan antara (2012) bahwa keterlibatan siswa dapat merasa pendidikan karakter dan prestasi akademik. memiliki dan dapat meningkatkan motivasi Sekolah-sekolah yang memperoleh implementasi belajar. Menurut William Kilpatrick (Muslich, pendidikan karakter cenderung memiliki skor 2009:) salah satu penyebab ketidakmampuan akademik lebih tinggi. ”those schools addressing seseorang untuk berbuat baik walaupun secara the charatcer education of their students in a kognitif dia mengetahuinya (moral knowing) serious, well-planned manner tended also to have tetapi tidak terlatih melakukan kebajikan atau higher academic achievement scores.” moral action. Akibatnya pengetahuan itu tidak Kegiatan rutin untuk membiasakan para memiliki nilai dalam implementasinya. Sejalan siswa melakukannya sehingga melekat dalam dengan itu, Lickona (1991:53) menekankan dirinya adalah bentuk proses pembelajaran pentingnya tiga komponen karakter yang baik, disiplin. Menghadirkan simbol-simbol, acara- yaitu :1) moral knowing ( mengetahui kebaikan), acara, tradisi-tradisi yang hidup dalam lingkungan 2) moral feeling, (dan 3) moral action untuk sekolah berasrama/pesantren atau membangun diajarkan kepada siswa. Karakter yang baik rasa bangga, persatuan dan kesatuan korsa sebagaimana dikemukakan oleh Lickona tersebut pesantren, visi dan misi, nilai dan norma-norma memiliki kesamaan dengan karakter akhlak mulia sekolah berasrama mampu mengantarkan para dalam agama Islam. Menurut Al Ghazali dalam siswa dalam sikap disiplin yang kuat. Ini sejalan Salahuddin (2009) menyatakan bahwa ; ”good dengan penelitian Westhuizen, Oosthuizen dan character means teaching students to follow the Wolhuter (2008) yang meneliti tentang The examples of Prophet Muhammad saw.” Akhlak Relationship Between an Effective Organizational mulia tidak dapat dilepaskan dari aqidah dan Culture and Student Discipline in a Boarding syariah. Satu dengan lainnya tidak dapat School dan menyimpulkan bahwa terdapat dipisahkan. Karena itu, sebagaimana hubungan antara budaya organisasi dengan dikemukakan oleh Marzuki (2012, 3) bahwa : disiplin siswa (a relationship that exists between “Ketiga bagian ini tidak bisa dipisahkan, tetapi organizational culture and student discipline), harus menjadi satu kesatuan yang utuh yang disiplin sisswa efektif menentukan keefektifan saling mempengaruhi.” budaya organisasi (effective student discipline determines the effectiveness of the organizational Jika siswa/santri wajib mengikuti kegiatan culture), dan budaya organisasi efektif halaqoh tarbawiyah maka bagi para pegawai pun menentukan keefektifan disiplin siswa ( an berlaku kewajiban serupa. Artinya bahwa para effective organizational culture determines the pegawai juga memiliki tanggung jawab untuk effectiveness of student discipline). Hal ini dapat senantiasa meningkatkan pengetahuan dan terjadi seperti yang disebut oleh Lickona (1991) menerapkannya dalam kehidupan. Sehingga karena kebiasaan berbuat baik perlu didorong dalam diri para pegawai melekat kewajiban oleh adanya aspek emosional yaitu rasa ingin menjadi teladan bagi para siswa dalam segala berbuat baik atau “desiring the good”. aspek. Ini sesuai dengan pendapat Sharma, Kegiatan pembinaan bersifat (2003:128): “Teachers should not only be good in intrakurikuler dan ekstra kurikuler. Bidang yang teaching but also be a good citizen possessing digarap dalam unit pembinaan diarahkan agar basic moral and aesthetic values.” para siswa memperoleh pembinaan keagamaan Peran sentral kyai dalam pesantren pada terutama pembinaan akhlak mulia. Kegiatan umumnya juga diakui oleh Dhofier (2011:93-96). pembinaan umumnya bersamaan dengan kegiatan Menurutnya kyai merupakan elemen paling ekstra kurikuler siswa di antaranya adalah esensial dari suatu pesantren.Di ketiga situs kegiatan pembinaan keagamaan dalam bentuk penelitian tidak dikenal figur kyai kharismatik halaqoh tarbawiyah atau mentoring. Selain itu dengan segala kelebihannya yang berkuasa kegiatan ekstra kurikuler berupa bermacam- mengendalikan pesantren sendirian. Representasi macam pilihan olahraga, organisasi santri, life kyai diwakili oleh para pembimbing/ustad yang skills dan bahasa mengisi waktu-waktu yang dianggap kompeten di lingkungannya. Struktur dimiliki siswa setelah pulang sekolah formal. organisasi dibangun dengan pola distribusi tugas Melalui kegiatan tersebut siswa memperoleh dan jabatan sesuai kebutuhan. Dengan demikian pengalaman belajar tentang berorganisasi, pola kepemimpinan yang berlaku adalah kepemimpinan, kewirausahaan dan kesempatan kepemimpinan demokratis dan partisipatif. mengikuti berbagai lomba/kompetisi baik bidang Kepemimpinan partisipatif menggambarkan peran akademik maupun non akademik. Kegiatan pemimpin atau manajer di sekolah melibakan pengembangan diri dan berbagai aktivitasnya bawahannya dalam pengambilan keputusan dan seperti yang berjalan di sekolah tersebut mendelegasikan sebagian kewenangannya. menguatkan hasil studi yang dilaporkan Sri Benowtiz (2001: 145) menegaskan “a good Judiani (2010) dalam Jurnal Pendidikan dan participative leader encourages participation and Kebudayaan vol. 16 bahwa implementasi delegates wisely but never loses sight of the fact pendidikan karakter di sekolah (SD) dapat that he or she bears the crucial responsibility of diintegrasikan ke dalam mata pelajaran yang leadership.” Begitupun pendapat dari Hill dan sudah ada, muatan lokal, pengembangan diri dan McShane (2008:414) mengenai kepemimpinan budaya sekolah. Temuan serupa diungkapkan oleh partisipatif. Ditegaskan pemimpin partisipatif Sabar Budi Raharjo (2010) dalam Jurnal adalah “The participative leader encourages Pendidikan dan Kebudayaan yang sama bahwa subordinates to make suggestions and to offer pendidikan yang dapat mengembangkan karakter input into the decision-making process.” baik adalah bentuk pendidikan yang Sedangkan gaya kepemimpinan demokratis mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung sejalan dengan pendapat Rivai dan Murni (2009: jawab, kasih sayang kepada peserta didik yang 289) bahwa tipe kepemimpinan demokratis dilakukan secara integral dan simultan di adalah paling tepat memimpin organisasi modern. keluarga, kelas, lingkungan sekolah, dan Tipe kepemimpinan di tiga sekolah memberi masyarakat. ruang partisipasi yang luas kepada berbagai Temuan lapangan mengenai pengelolaan komponen sekolah terutama guru dan tenaga pendidikan karakter dalam manajemen sekolah di pendidik lainnya. Guru termotivasi untuk bekerja antaranya dalam hal SDM, kepemimpinan lebih baik. Temuan ini sejalan dengan hasil sekolah, perumusan kebijakan sekolah dan penelitian yang dilakukan oleh Stephen Jacobson lingkungan sekolah. Kebutuhan sekolah terhadap (2010) dalam International Journal of tenaga pendidik yang sesuai dan memiliki Educational Management bahwa kepemimpinan kompetensi mengharuskan sekolah membuka berpengaruh terhadap prestasi siswa dan kesempatan kerja. Langkah demikian sejalan mendukung keberhasilan sekolah. dengan pendapat yang dikemukakan oleh Randall Monitoring dan evaluasi pengelolaan S.Schuler (1987: 6-7) bahwa pada saat organisasi pendidikan karakter akhlak mulia dilakukan membutuhkan pegawai sesuai analisa dalam bentuk : 1) pencapaian target dari program kebutuhannya maka perlu dilakukan pengisian. yang direncanakan, 2) menggunakan pedoman rencana strategis dan pedoman tata tertib siswa berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam sebagai instrumen monitoring dan evaluasi, 3) indikator dan mulai konsisten.’ Bahkan memberdayakan para pembina kegiatan di bawah keberhasilan pada beberapa aspek urusan pembinaan untuk pelaksanaan monitoring memperlihatkan kualitas ‘membudaya’ karena dan evaluasi dengan memakai instrumen yang apabila peserta didik terus menerus telah dibuatnya, dan 4) pelaksanaan rapat memperlihatkan perilaku yang dinyatakan dalam koordinasi hasil monitoring dan evaluasi. indikator secara konsisten. Temuan ini sejalan Kegiatan monitoring dan evaluasi adalah untuk dengan hasil penelitian Sutjipto (2010) dalam menjamin terlaksananya program dan berkualitas. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan volume 17 Di ketiga sekolah tidak dilaporkan terjadinya bahwa indikator keberhasilan pengelolaan kasus moral a-susila di kalangan santri/santriwati. pendidikan karakter harus mampu menerapkan Berbagai peraturan yang dibuat dan berlaku di nilai karakter baik yang dapat diamati langsung lingkungan sekolah/asrama dapat dijalankan baik (tangible) maupun dapat diamati tidak langsung oleh siswa maupun para pembimbingnya. Temuan (intangible). Nilai karakter yang tangible antara ini berbeda dengan temuan hasil penelitian lain religius, peduli lingkungan, disiplin, empati, Amanah Nurish (2010) yang melakukan kerja sama, santun, ramah, senyum, salam, dan penelitian di sejumlah pesantren di Jawa Timur sapa. Temuan penelitian di atas jika menggunakan terkait Women’s Same sex Relations in Indonesian kriteria penilaian perencanaan program Pesantren. pendidikan karakter menurut Lickona, Schaps, Kegiatan monitoring dan evaluasi dan Lewis (2003:7) memperlihatkan terpenuhi merupakan tindakan-tindakan yang berkaitan beberapa prinsip, di antaranya prnsip dengan upaya memperbaiki kegiatan. Secara mendefinisikan karakter secara komprehensif spesifik George Terry (Sutikno, 2010) menyebut yang mencakup berfikir, sikap dan perilaku. bahwa pengawasan sebagai kegiatan lanjutan Prinsip lain adalah kurikulum akademik yang yang bersangkutan dengan ikhtiar untuk menghargai semua pembelajar/siswa, membantu mengidentifikasi pelaksanaan program yang harus mereka berhasil, dan menciptakan komunitas sesuai dengan rencana. Maka pengawasan yang peduli (caring community). Capaian prestasi dilakukan untuk melihat sejauh mana hasil akademik yang diraih para siswa dalam berbagai tercapai. Menurut Nanang Fattah (2001:103) lomba, kepedulian para siswa dan pembimbing prinsip dasar yang menjadi kunci dalam sistem menciptakan lingkungan yang pengawasan adalah adanya umpan balik atau mendukung/kondusif bagi kegiatan belajar dan feedback. pengembangan diri siswa, menunjukkan Penelitian ini menemukan bahwa terpenuhinya prinsip-prinsip tadi. mengenai indikator keberhasilan pengelolaan Sementara itu temuan hasil penelitian di pendidikan karakter di tiga situs penelitian tiga sekolah mengenai dampak keberhasilan menunjukkan data beragam. Secara umum temuan implementasi pengelolaan pendidikan karakter tersebut adalah : 1) lulusan dapat menerapkan telah menunjukkan hasil nyata. Ungkapan orang nilai-nilai pendidikan mulia dalam kehidupan tua siswa bahwa puteranya mengalami perubahan selama di dalam asrama, setelah lulus dan dalam bentuk meningkatnya tanggung jawab diterima di perguruan tinggi yang diinginkannya, sebagai seorang muslim seperti mau shalat, lebih 2) suasana tertib di lingkungan asrama; tertib santun, bisa mengaji bahkan hafal Quran beberapa shalat berjamaah, tertib shalat malam, tertib juz, dan konsisten berbusana muslim. Juga shaum sunnat, tertib mengkhatamkan Qur’an, prilaku santri yang tidak pernah terdengar terlibat tidak terlibat tawuran, dll. 3) perubahan perilaku tawuran, narkoba, pergaulan bebas dapat dianggap yang didorong oleh besarnya perhatian para sebagai dampak keberhasilan pendidikan karakter. pembimbing dalam kegiatan belajar dan Dampak langsung yang dirasakan adalah pembinaan, seperti sikap disiplin, jujur, taat pada meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap aturan, bertanggung jawab, saling menolong, sekolah. Keberhasilan siswanya dalam berbagai rajin, berprestasi. Dengan demikian temuan lomba bidang akademik dan non akademik, penelitian menunjukkan bahwa pencapaian lulusanya banyak diterima di perguruan tinggi indikator pendidikan karakter dapat dinyatakan favorit, menguasai hafalan minimal tiga juz Al ‘mulai terlihat’ karena menunjukkan adanya Quran, lingkungan belajar yang agamis dan tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam nyaman, dan kepemimpinan sekolah/pesantren indikator namun belum konsisten. Pada sebagian yang amanah. Hadirnya pesantren berdampak lain indikator keberhasilan ‘mulai berkembang’ juga pada masyarakat sekitarnya, antara lain artinya peserta didik sudah memperlihatkan lingkungan menjadi lebih religius. SIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan data hasil penelitian dan sekolah ditujukan pada program perencanaan pembahasan sebagaimana telah diuraikan penulis dan pelaksanaan pendidikan karakter, pada bab sebelumnya, penulis menyusun dilakukan oleh guru/pembimbing terhadap kesimpulan penelitian sebagai berikut : siswa berlangsung terus menerus terhadap 1. Perencanaan program pendidikan karakter seluruh aspek kegiatan dan kehidupan siswa akhlak mulia di dalam sekolah dan asrama. Instrumen Ketiga sekolah telah melakukan monitoring dan evaluasi berupa pedoman tata perencanaan pendidikan karakter dengan tertib, buku mutabaah dan renstra mampu penyusunan rencana strategis yang memuat menjadi alat pengumpul informasi visi dan misi serta tujuan. Muatan kurikulum ketercapaian program dan menjadi informasi pendidikan karakter akhlak mulia terintegrasi berharga untuk refleksi dan program dalam mata pelajaran yang didokumentasikan perbaikan selanjutnya. dalam bentuk kurikulum terpadu satuan 4. Indikator keberhasilan pengelolaan pendidikan. Perumusan kebijakan pendidikan karakter berbasis Islam pengelolaan pendidikan karakter akhlak ditunjukkan dengan kualitas nilai-nilai mulia melibatkan tim yang karakter akhlak mulia yang mulai tampak, merepresentasikan unsur-unsur sekolah. mulai berkembang dan membudaya dalam Muatan kurikulum keagamaan dalam bentuk bentuk pengetahuan, sikap dan perilaku penambahan jam tatap muka atau melalui peserta didik. Indikator lain dalam bentuk kegiatan pembinaan/ekstrakurikuler yang kurikulum akademik yang mendukung dan menitikberatkan pada pendidikan/pembinaan mendorong kemajuan siswa, staf sekolah akhlak mulia. Sumber rujukan nilai-nilai inti yang ikut bertanggung jawab dan memiliki karakter berbasis Islam berpedoman pada Al kepemimpinan sekolah yang terbuka, dan Quran dan Hadits. Diantara ketiga sekolah demokratis. Indikator keberhasilan masing-masing memiliki strategi dan fokus pendidikan karakter yang tampak langsung pendidikan karakter akhlak mulia sesuai (tangible) antara lain : jujur, bertanggung dengan ciri khas dan misi sekolahnya. jawab, patuh dan disiplin terhadap aturan 2. Pengelolaan pendidikan karakter akhlak yang berlaku, taat beribadah, kerja keras, mulia santun, ramah rajin shalat, peduli pada Secara umum di tiga sekolah sesama, dan tidak suka tawuran, Prestasi pengelolaan pendidikan karakter dalam siswa dalam berbagai lomba mungkin proses pembelajaran dilakukan guru dengan dipengaruhi oleh karakter baik yang mereka menetapkan nilai-nilai karakter akhlak mulia miliki. dan diintegrasikan dalam mata pelajaran 5. Dampak keberhasilan pengelolaan yang diajarkannya dalam dokumen silabus pendidikan karakter dirasakan oleh sekolah dan RPP dengan pendekatan pembelajaran Pertama, meningkatnya kepercayaan orang koperatif dan kontekstual. Ini artinya tua menyekolahkan putera-puterinya di tiga pendidikan karakter terintegrasi secara sekolah ini. Kedua, meningkatnya jumlah eksplist dalam pembelajaran tetapi tidak lulusan yang dapat diterima di berbagai menjadi mata pelajaran khusus. Dalam perguruan tinggi ternama dan dalam kegiatan pembinaan dan ekstra kurikuler lingkungan masyarakat sehingga sebagai pengayaan pengetahuan keislaman keberadaannya dapat dirasakan manfaatnya, sekaligus pembiasaan perilaku sesuai nilai- baik manfaat bagi dirinya maupun bagi nilai karakter akhlak mulia berbentuk lingkungannya. kegiatan halaqoh tarbawiyah atau mentoring keislaman, kegiatan organisasi santri, Berdasarkan atas temuan hasil penelitian, olahraga dan kepemimpinan Dalam pembahasan dan kesimpulan di atas, maka penulis pengelolaan sekolah berasrama menekankan menyampaikan rekomendasi terhadap pihak pada pengelolaan SDM dan kepemimpinan terkait sebagai berikut : demokratis sehingga mendorong partisipasi a. Bagi pengelola sekolah bersarama dan tanggung jawab seluruh komponen Dalam perencanaan program harus sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan dipertegas mengenai nilai-nilai karakter akhlak dan pembinaan karakter akhlak mulia. m u l i a y a n g d i k e m b a n g k a n d a n h a r u s 3. Monitoring dan evaluasi pengelolaan terintegrasi dalam pembelajaran. Selain itu pendidikan karakter akhlak mulia di tiga partisipasi atau pelibatan orang tua (school
Description: