TAHUN XXV, NO. 1 JANUARI-FEBRUARI 1996 ^MALISISMS Dimensi Ekonomi Politik Pembangunan Nasional • Pengantar Redaksi Dimensi Politik Ekonomi Pembangunan Nasional: Kebijakan dan Reformasi • Kemiskinan Petani Peternak Kecil Perdagangan Bebas dan Kesiapan di Nusa Tenggara Timur: Studi Kasus Indonesia di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan Peningkatan Efektivitas Sektor Keuangan untuk Kemandirian • Pertumbuhan Kota dan Struktur Pembiayaan Pembangunan Politik Analisis Perkembangan Ekonomi • Strategi Adaptif Keluarga Miskin Makro Indonesia 1995 dan DKI di Jakarta Prospek 1996 Centre for Strategic and International Studies Analisis CSIS Diterbitkan oleh CENTRE FOR STRATEGIC AND INTERNATIONAL STUDIES (CSIS) sebagaijurnal berkalauntuk menyajikan tulisan-tulisan tentang berbagai masa- lah nasional dan internasional. ANALISIS adalah suatu forum terutama untuk para stafpeneliti CSIS sendiri. Tetapi sumbangan tulisan dari luarCSIS akan dipertimbang- kan untuk dimuat sesuai dengan kebutuhan. Isi tulisan-tulisan yang dimuat dalam ANALISIS sepenuhnya menjadi tanggungjawab pribadi penulis masing-masing. Logo CSIS Mulai tahun 1989 CSIS menggunakan logo baru: Nalar Ajar Terusan Budi. Logo berbentuk sebuah piringan cekung berukiran bola dunia yang melatarbelakangi gambaran orang tanpa busana duduk memangku buku terbuka beralaskan kain lampin. Tangan kiri menunjuk ke buku dan tangan kanan menunjuk ke atas meng- gambarkan orang yang sedang menguraikan pengetahuan yang ditimba dari buku. Ketelanjangan gambar orang di tengah piringan melambangkan keterbukaanbudi ~tiadanyasikapapriori~padawargaCSIS, sepertipadaparaanalis umumnya, dalam kegiatan studinya. Gambar ini menunjukkan kegiatan belajar dan mengajar atau menguraikan pikiran, sebagaimana para analis CSIS melakukan studi dan menguraikan pikiran mereka ke'pada siapa saja yang membutuhkannya. Sedang- kan bola dunia melambangkan alam jagad raya yang menjadi cakrawala dan lingkup CSIS berada dan berkarya. Kalimat Nalar Ajar Terusan Budi yang tertera pada lingkaran piringan adalahsuryasengkala: cara merangkai kata dalam tradisi Jawa un- tuk menandai suatu tahun penting menurut peredaran matahari dan sekaligus menge- mukakan makna yang terkandung dalam peristiwa yang tahunnya ditandai itu. Nalar menurut tradisi Jawa itu berwatak 1, Ajar berwatak 7, Terusan berwatak 9, danBudi berwatak 1. Sebagaimanalazimnyasengkaladibacadalamurutanterbalik: 1971, tahun CSIS berdiri. NalarAjarTerusanBudijugamenggambarkanalampikiran, danhakikat kegiatan CSIS. CSIS sebagai lembagaprofesi keilmuan, yang didukungoleh kreativitas individu, pada hakikatnya mempunyai kegiatan intelektual yang bukan hanya meng- analisa kebenaran tetapi juga terpanggil untuk menunaikan kewajibaii sosialnya. MaknaNalarAjarTerusanBudiadalahbahwabagiCSIS, bernalar, belajarsertameng- uraikan pikiran adalah kelanjutan wajar dari budi yang arif. Logo ini dituangkan da- lam wujud piringan perunggu oleh G. Sidharta. Pemimpin Redaksi/ Rufinus Lahur Penanggung Jawab Dewan Redaksi Daoed Joesoef, A.M.W. Pranarka, J. Soedjati Djiwandono, M. Hadi Soesastro, Harry Tjan Silalahi, Jusuf Wanandi, Clara Joewono, Djisman S. Simandjuntak, Onny S. Prijono, Mari Pangestu, Bantarto Bandoro RedaksiPelaksana Bambang Walgito, Sunarto nDaru Mursito STT SK Menpen RI No. 509/SK/DITJEN PPG/STT/1978, tanggal 28 Agustus 1978 ISSN 0126-222X i&ALISIS CSIS f: TAHUN XXV, NO. JA^aJARI-FEBRUARI 1996 1, Daftar Isi • Pengantar Redaksi 2 • Kemiskinan Petani Peternak Kecil di Nusa Tenggara Timur: Studi Kasus di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan DanielD. Kqmeo 5 • Pertumbuhan Kota dan Struktur Politik RamlanSurbakti 13 • Strategi Adaptif Keluarga Miskin di DKI Jakarta Kusnadi 28 • Dimensi Politik Ekonomi Pembangunan Nasional: Kebijakan dan Reformasi VidhyandikaMoeljarto 36 • Perdagangan Bebas dan Kesiapan Indonesia NurjamanArsjad 50 • Peningkatan Efektivitas Sektor Keuangan untuk Kemandirian Pembiayaan Pembangunan P. Nurwadono 61 Analisis Perkembangan Ekonomi Makro Indonesia 1995 dan Prospek 1996 Alkadri 72 Pengantar Redaksi KEMISKINAN NTT petani peternak adalah akibat mudahnya mereka dieksploitasi dalam sistem pemasaran dan sosial ekonomi ketergantungan, di mana daya tawar- menawar merekasangatlah rendah. Topik ini dibahas olehDanielD. Kameo. Seba- gai perbandingan ia mengemukakan bahwa pendapatan peternak setahun hanya Rp 1.117.000,- sedangkan pendapatan pedagang ternak lokalRp 14.400.000,-, pendapatan pe- dagang ternak antar kabupaten Rp 57.760.000,- dan pendapatan pedagang ternak antar pulau 216.000.000,- setahun. Mekanisme pasar yang tak sempurna ini dapat dinetralisasi dengan pengembangan peran lembaga ekonomi: KUD dan BRI desa, seperti pinjaman ber- bunga rendah demi menjauhkan mereka dari eksploitasi para pedagang. Pembinaan peter- nak agar efektif hams komprehensif meliputi, semua aspek: seperti, pengadaan bibit dan pakan yang bermutu, teknik pemeliharaan dan pemasaran yang memadai, di samping hams integratif sebagai satu paket yang utuh. Perluasan kota secara ekonomis dan kultural umumnya tanpa disertai perluasan admi- nistrasi tentorial. Dengan ini unit pemerintahan kota tidak dapat memenuhi kebutuhan war- ganya akan pelayanan publik secara efektif dan efisien, apalagi manusiawi. Bagi sebagian besar masyarakat yang marginal, miskin dan rentan, tuntutan akan pelayanan hanya terekspresi apabila mereka tidak melihat altematif lain. Di balik kondisi itu diamati oleh Ramlan Surbakti bahwa hubungan antar otonomi pemerintahan selama ini bukan sebagai mitra, melainkan berciri hirarki. Sebab di mana pun proses hirarki niscaya mengurangi par- tisipasi politik rakyat dan pertanggungjawaban pemerintah setempat. Jika titik berat oto- nomi diletakkan pada Daerah Tingkat II, sehamsnya yang diserahkan bukan hanya kewe- nangan implementasi melainkan juga membuat kebijakan. Jadi, Pemda Kabupaten/Kota- madya hams menyelenggarakan otonomi daerahnya dan tidak hanya memerankan wakil pusat di daerah. Kepala Daerah Tingkat II bukan bawahan Kepala Daerah Tingkat I dan DPRD Tingkat II bukan bawahan DPRD Tingkat I. Dengan semakin derasnya ams migrasi, jumlah penduduk miskin di perkotaan temtama di DKI Jakarta meningkat pesat dari tahun ke tahun. Ternyata yang menjadi penyebab me- ngapa mereka mampu bertahan hidup dalam situasi sulit di perkotaan ialah karena mereka mampu menyesuaikan diri dalam interaksi dengan lingkungan fisik sosial mereka. Hal ini 3 PENGANTAR REDAKSI menurut A-M^z/ff^// menunjukkan adanya pola-pola, mekanisme, norma dan nilai, perangkat perilaku dan pranata sosial budaya yang dapat mereka gunakan untuk menyikapi keadaan lingkungan dan menjawab segala kebutuhan hidup mereka. Hal ini mereka lakukan dengan memobilisasikan serta mendayagunakan seluruh anggota keluarga tanpa memperdulikan je- nis kelamin dan usia untuk mencari nafkah di luar rumah, sehingga akibatnya distribusi dan alokasi kekuasaan menjadi semakin merata, tidak lagi berada di satu tangan. Politik ekonomi pembangunan Indonesia dianalisis Vidhyandika Moeljarto bahwa kon- disinya memperlihatkan gejala sistem ekonomi legal dan formal yang tidak lagi berfungsi se- bagaimana mestinya. Efisiensi pasar yang kompetitif dengan mudah diancam intervensi ke- bijakan yang berasal dari tekanan interest group dalam pemerintahan. Ada praktek politik di mana pemerintah berinteraksi secara tertutup dengan sektor swasta besar. Bentuk hu- bungan yang terjadi biasanya bersifat tradisional yang menghalalkan praktek korupsi, pe- nyelewengan, koneksi, dan pilih kasih yang terselubung. Di dalam ketertutupan, transaksi politik dan ekonomi terlaksana hanya untuk kepentingan segelintir kelompok. Sedangkan menyuburnya praktek otoriterisme atas sumber-sumber vital masyarakat merupakan petun- juk tidak bekerjanya mekanisme politik dan ekonomi yang partisipatif. Dan praktek- praktek itu khususnya didukung sistem hukum yang sengaja dibiarkan kabur, yang prosedur penetapannya dikendalikan kekuasaan eksekutif sehingga produk hukum yang muncul tetap berpihak pada penguasa. Sebagai suatu ide, perdagangan bebas memang telah lama dicetuskan oleh para ahli. Namun dewasa ini hal itu sudah menjadi kebijakan yang mendunia dan Indonesia pun sudah menyatakan kesediaannya untuk ikut mengambil bagian di dalamnya. DiUhat dari perkem- bangan yang ada baik di dalam maupun di luar negeri, tampak bahwa Indonesia hams benar-benar menyiapkan diri sebaik mungkin. Oleh karena itu, menunit Nurjaman Arsjad tingkat produktivitas dan efisiensi hams dinaikkan agar mampu memenangkan persaingan dan merebut pasar global. Penguasaan teknologi dan kemampuan berinovasi yang mempa- kan faktor mutlak yang mendukung perwujudan efisiensi dan produktivitas hams tems ditingkatkan. Apalagi sekarang ini kekayaan alam dan rendahnya upah bumh bukan lagi menjadi faktor penentu seperti dahulu. Hams disadari bahwa Indonesia betapapun masih hams melatih diri menjadi pesaing yang tangguh. Secara resmi pemerintah menganut anggaran belanja berimbang. Dari standar teori ang- garan ini menumtP. Nurwadono sebenarnya mempakan anggaran defisit, sebab ketergan- tungannya pada hutang luar negeri dari waktu ke waktu semakin membesar. Padahal masih banyak kemungkinan untuk mengefektifkan sektor keuangan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kemandirian pembiayaan pembangunan. Ada peluang menggiatkan penda- naan domestik melalui tabungan swasta maupun pemerintah. Selama ini akumulasi tabung- an swasta tidak efektif sebagai akibat kurang baiknya manajemen ekonomi makro, seperti berlanjutnya depresiasi mpiah, ancaman devaluasi, masih rendahnya perkreditan untuk in- vestasi karena lebih banyak kredit untuk konsumsi, dan banyaknya terjadi praktek kartel, proteksi berlebihan dan kolusi. Akumulasi tabungan pemerintah dapat ditempuh dengan pe- ningkatan penerimaan dan pengurangan pengeluaran. Pengeluaran pemerintah yang banyak 4 terpakai demi penyelenggaraan pemerintahan perlu dikurangi untuk meningkatkan tabung- an pemerintah. Selain itu, semakin berkembangnya pasar modal akan menjadi sumber dana guna kemandirian pembiayaan pembangunan. Seperti yang sudah diramalkan oleh beberapa pihak, dalam tahun 1995 laju pertumbuh- an ekonomi Indonesia ternyata mencapai 7,3%. Dilihat dari perspektifAsia, Indonesia men- duduki peringkat ke-7. Di samping pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat pula aneka pe- nyakit ekonomi lama seperti inflasi yang cukup tinggi dan defisit transaksi berjalan akibat melambannya laju ekspor non migas serta melonjaknya pertumbuhan impor. Masalah hutang luar negeri yang terus membengkak ditambah lagi dengan peningkatan suku bunga tampaknya akan dikurangi bebannya melalui percepatan pembayarannya dengan men- BUMN dorong beberapa go international. Banyak hal perlu dibenahi kembali. Alkadri mengemukakan bahwa penguasaan Iptek dan pengembangan SDM di bidang industri strate- gis merupakan keharusan disamping penggalian sumber-sumber dana domestik melalui in- tensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi perpajakan. Dengan itu semua diharapkan dalam tahun 1996 kapasitas ekonomi nasional menjadi kokoh sehingga pembangunan nasional akan berjalan secara berkesinambungan. REDAKSI Februaril996 Kemiskinan Petani Peternak Kecil Nusa Tenggara Timur*: di Studi Kasus di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan* Daniel D, Kameo 2 Pengantar ekspor ternak sejak Perang Dunia II. Pro- 1. pinsi Nusa Tenggara Timur senantiasa di- anggap sebagai salah satu penghasil ternak TERNAK dari Bali telah dimasukkan paling besar di Indonesia. Dan peternakan ke Timor oleh Pemerintah Hindia merupakan salah satu penunjang pokok eko- Belanda sekitar tujuhpuluh tahun nomi NTT. Suksesnya sistem paron menye- yang lalu, sehingga peternakannya sudah babkan peningkatan ekspor ternak NTT dari menjadi bagian yang penting dalam penghi- 18.000 pada tahun 1975^ menjadi lebih dari dupan sosio-ekonomi masyarakat Timor se- 70.000 ekor pada tahun 1990.'* Pada tahun jak saat itu. Karenanya Timor menjadi peng- 1991 populasi ternak NTT adalah 675.990 NTT ekor atau 6,3% dari jumlah nasional. Alih bahasa oleh Sunarto nDani Mursito dari Daniel D. Kameo, Poverty Among Small Cattle FarmersinEastNusa Tenggara:A CaseStudyinKabu- bersangkutan, pengurus-pengurusKUD, danpedagang- patenKupangand Timor TengahSelatan, makalah un- pedagang antar pulau juga diwawancarai sebagai sum- tuk lokakarya mengenai Indonesia Timur Dewasa Ini, ber informasi yang pokok. 23-24 Agustus 1995, Department ofAnthropology, Re- ^Cunningham, Clark E., 1967, Saba: An Atoni search School of Pacific and Asian Studies, Australian Village of West Timor, dalam Koentjaraningrat (ed.), National University, Canberra, Australia. 1%7, "Villages in Indonesia", Cornell University 'Makalah ini terutama berdasarkan riset lapangan Press, Itacha. yang saya lakukan pada bulan Oktober 1994. Kecamat- 'Corner Lorraina, East and West Nusa Tenggara: an Amarasi dan Amfoang Selatan di Kabupaten Ku- pang serta Kecamatan Molo Selatan dan Kota Soe di IsolationandPoverty, dalamHalHill(ed.), 1989, Unity and Diversity: Regional Economic Development in In- Kabupaten Timor Tengah Selatan dengan sengaja dipi- lih sebagai daerah sampel. Empatpuluh petani peternak donesia sejak 1970 (Singapore: Oxford University dan sepuluh pedagang/pengumpul lokal dipilih secara Press), 177-206. acak sebagai sampel dari setiap kabupaten itu. Kete- ^Kameo Daniel, 1994, Dinamika UsahaPeternakan rangan tambahan juga dikumpulkan dari petani-petani SapidiNusa Tenggara Timur StudiKasus diKabupa- di Kecamatan Fatuleu dan Amfoang Utara di Kabupa- ten Kupang dan Timor Tengah Selatan (Laporan Pene- ten Kupang. Pejabat-pejabat pemerintah lokal yang litian), LPM-UKSW, Salatiga. 6 ANALISIS CSIS, 1996-1 Tabel 1 POPULASI TERNAK DAN RASIO TERNAK-RUMAH TANGGA DI ANTARA PRODUSEN TERNAK DI INDONESIA, 1991 % Propinsi Populasi Ternak Nasional Rasio Ternak- Rumah Tangga 1. Jawa Timur 3.062.500 28,7 0,4 2. Sulawesi Selatan 1.226.430 11,5 0.9 3. Jawa Tengah 1.190.860 11,2 0,2 4. Nusa Tenggara Timur 675.990 6,3 1,1 5. Bali 435.800 4,1 0,7 6. Aceh 398.220 3,7 0,6 7. Sumatra Barat 375.700 3,5 0,4 8. Sumatra Selatan 358.300 3.3 0.3 9. Seluruh Sisanya 2.943.590 27,6 0,1 INDONESIA 10.667.400 100,0 0.3 Sumber: Direktur Jenderal Peternakan, Buku Statistik Peternakan 1992, Jakarta, 1993. Biro Pusat Statistik, Statistik Indonesia 1993, Jakarta, 1994. juga mempunyai rasio ternak rumah tangga duduk desa dan 16,4% penduduk kota di yang tertinggi (1,1), untuk tingkat nasional.^ NTT hidup di bawah garis kemiskinan, mar sih jauh di atas rata-rata nasional yang ma- Pertumbuhan populasi ternak dan eks- sing-masing angkanya adalah 13,8% dan pornya jelas-jelas menunjukkan peningkat- 13,5%. Ini membuat NTT menjadi salah an bagian subsektor peternakan dalam per- satu dari propinsi dengan indeks kemiskinan ekonomian NTT. Dalam tahun 1990 peter- yang tertinggi di tanah air setelah Timor nakan menyumbang 23% pada GDP daerah Timur, Maluku, Irian Jaya dan Kalimantan NTT, nomor dua setelah subsektor pertani- Barat. GDP daerah per kapita NTT juga an tanaman pangan.^ yang paling rendah di Indonesia. Pada tahun Meskipun demikian, kinerja ekonomi 1991 GDP daerah per kapita, pada harga makro perindustrian ternak NTT yang me- pasar, adalah Rp 404.000 (US$202) yang ada- ngesankan tidak niscaya mencerminkan lah kurang dari sepertiga rata-rata nasional gambaran riel dari para petani peternak ke- yaituRp 1.254.000 (US$627). cilnya. Kebanyakan dari mereka masih hi- Masalahnya adalah mengapa industri pe- dup miskin. Dalam tahun 1993, 22,7% pen- ternakan di NTT tidak menyumbang secara berarti bagi ekonomi rumah tangga para 'BiroPusat Statistik, 1994, StatistikIndonesia1993, petani kecil? Studi kasus di empat kecamat- Jakarta. an Kabupaten Kupang dan Timor Tengah *Biro Pusat Statistik, 1993, Gross RegionalDomes- tic Product of Provinces in Indonesia by Industrial Selatan menghasilkan beberapa jawaban Origin: 1987-91, Jakarta. yang sama atas permasalahan ini. — KEMISKINAN PETANI PETERNAK KECIL DI NTT 7 Bagian 2 dari makalah ini memaparkan tahun atau rata-rata 5 ternak setahunnya. sejumlah ciri-ciri pokok petani peternak Lebih dari 70% peternak mempekerjakan kecil. Temuan-temuan sehubungan dengan keluarganya sendiri yang tidak diberi upah. kemiskinan, hutang dan masalah peternakan Sekitar40% petani memperoleh anak ternak lain yang dihadapi oleh petani-petani kecil untuk dibesarkan dari kawanan ternaknya dikemukakan pada bagian 3 dan 4. Sedang- sendiri, sedangkan 60% membeli anak-anak kan bagian 5 mengajukan kesimpulan tang- ternak itu. Ternak yang paling biasa dipeli- gapan dan implikasi-implikasi kebijakan. hara untuk dibesarkan adalah yang berumur 3 tahun, dengan rata-rata penggemukan se- lama setahun. Sebagian petani memilih ter- 2. Ciri-ciri Pokok Petani Peternak nak yang berumur 2 sampai 2,5 tahun dan Kecil membutuhkan 1,5 sampai 2 tahun untuk penggemukannya, Umum 2.1. Ciri-ciri Sebagaimana halnya berkenaan dengan Hampir 75% petani peternak tidak per- banyak komoditi pertanian yang lain, petani nah menyelesaikan pendidikan Sekolah Da- peternak tidak memperhitungkan input, pakan dan tenaga kerja ke dalam ongkos sar atau hanya tamat Sekolah Dasar, 159b produksi. menyelesaikan pendidikan Sekolah Mene- ngah Pertama, dan 10% sisanya mempunyai pendidikan Sekolah Menengah Atas. Lebih dari 50% petani peternak telah berpenga- 2.2. Saluran Pemasaran laman memehhara ternak selama 10 sampai 30 tahun, dan sisanya menjalankan pemeli- Semua petani peternak menjual hasil ter- haraan ternak selama 5 sampai 10 tahun. nak di tempatnya sendiri. Ada empat jenis saluran pemasaran yang biasanya diguna- Rumah tangga petani memelihara 1 sam- kan, seperti ditunjukkan dalam diagram be- pai 10 ekor ternak setahunnya. Lebih dari rikut. Jenis saluran (1) dan (2) adalah yang 50% petani memelihara 4 sampai 6 ekor se- paling biasa dilaksanakan di seluruh NTT. Diagram 1 JALUR-JALUR PEMASARAN TERNAK DI NTT (3) r PETANI (1) PEDAGANG/ PEDAGANG/ PEDAGANG PETERNAK PKMGUMPUL PENGUMPUL ANTAR- TINGKAT TINGKAT PULAU KABUPATEN PROPINSI 113 (2) (4) KOPERASI UNIT DESA (KUD) 8 ANALISIS CSIS, 1996-1 2.3 Pendapatan Petani Peternak dan Peda- (3) Model pedagang setempat: gang (a) Sistem upah (dalam bentuk uang): Di Kecamatan Amfoang Selatan, 2.3.1. Petani yang Memelihara Ternaknya Rp 50.000 (US$23) per ternak Sendiri setahun; Di Kecamatan Amarasi, Rp 100.000 Ada berbagai tingkatan pendapatan para (US$45) per ternak setahun; petani peternak, tergantung dari jumlah ter- Di Kabupaten Timor Tengah Sela- nak yang dipelihara rumah tangga. Penda- tan, Rp 75.000 (US$34) per ternak se- patan kotor mereka setahun berkisar dari tahun; yang minimum Rp 250.000 (US$110) sampai Jikalau biaya pakan ternak diperhi- maksimum Rp 8.820.000 (US$4,465) per ru- tungkan, yang bernilai Rp 150 sehari, mah tangga. Dengan rata-rata satu rumah maka pendapatan petani per ternak tangga terdiri dari 6 orang, maka pendapat- setahun akan menjadi: an kotor per kapita berkisar antara - untuk Amfoang Selatan: Rp 41.000 (US$18) dan Rp 1.633.000 = Rp 50.000 - (365 hari x Rp 150) (US$742) setahunnya. Pendapatan kotor minus Rp 4.740 (US$2,2); rata-rata petani peternak adalahRp 1.117.000 (US$508) per rumah tangga atau Rp 237.000 - untuk Timor Tengah Selatan: (US$108) per orang setahun. Jumlah penda- Rp 75.000 - Rp 54.750 = Rp 20.250 patan per kapita ini hanyalah sekitar 60% (US$9,2) atau US$0,77 sebulan; dari GDP daerah per kapita NTT dalam ta- - untuk Amarasi: hun 1991. Rp 100.000 - Rp 54.750 = Rp 45.250 (US$20,5) atau US$1,7 sebulan. (b) Sistem pengupahan bukan dengan uang (dalam bentuk ternak): 2.3.2. Pendapatan dariSistemKontrak (Ba- Dalam sistem ini, pemilik mengupah gi-Hasil): petani seekor ternak untuk pemeliha- raan 4 atau 5 ekor ternak bagi pemi- Adalah menarik bahwa hampir 50% pe- liknya. Sistem ini yang dikenal seba- tani peternak kecil bekerja dalam pemeliha- gai sistem 4:1 atau 5:1 hanya terda- raan ternak milik pedagang setempat atau pat di Kecamatan Amarasi, tetapi ti- pemberi pinjaman uang. Ada tiga jenis pen- dak populer. Biasanya dilakukan di dapatan dalam sistem kontrak ini: antara keluarga atau anggota suku. Sistem KUD (50%:50%). Petani dan (1) KUD membagi rata selisih dari harga penjualan ternak dengan harganya sebe- 2.3.3. Pendapatan Bersih Pedagang lum dipelihara. Mode! LSM (60%:40%). Petani mem- Dibandingkan dengan petani, pedagang (2) peroleh 60% dari selisih antara harga memperoleh pendapatan yang jauh lebih jual ternak dengan harga sebelum peme- baik. Seorang pedagang lokal pengumpul 15 liharaan. ternak sebulannya, dengan batas keuntung-